Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angel Si Gadis Bercahaya Biru

14 September 2018   08:29 Diperbarui: 14 September 2018   12:48 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: pixabay.com)

Kehamilanku terus membesar. Meski aku bertekad untuk meneruskan kehamilanku. Tapi ada saat-saat aku merasa down dan sempat punya pikiran untuk mengakhiri kehamilanku dengan meminum obat peluntur. Namun akhirnya aku sadar dan kembali menyelamatkan janinku dengan meminum air kelapa hijau muda. Syukur, janinku selamat dan aku semakin kuat untuk meneruskan kehamilanku. 

Aku semakin kuat untuk meneruskan kehamilanku setelah ada kejadian yang berbau mistis terjadi padaku. Ketika aku pulang kampung, karena ayahku sakit keras, aku sangat khawatir kehamilanku diketahui keluargaku. Tapi aneh, kehamilanku tidak terlihat sama sekali, perutku kempes.  Namun ketika aku masuk kamar, perutku perlahan membesar kembali layaknya orang hamil. 

Kejadian berbau mistis lainnya terjadi ketika ketika usia kehamilanku semakin mendekati kelahiran. Di kamarku terlihat cahaya biru melingkupi tempat istirahatku itu. Aku sendiri tidak memahami kejadian itu.  Sampai ada "orang pintar" yang memberi tahu bahwa janin yang aku kandung adalah orang yang ratusan tahun yang lalu menunggu untuk dilahirkan melaluiku.  Sekali lagi, aku tidak memahami keanehan-keanehan ini. Tetapi aku terus mencoba bertanya pada orang yang lebih tahu dan membaca berbagai literatur tentang kejadian mistis yang aku alami.    

Sesungguhnya, aku sendiri sejak balita mempunyai kemampuan untuk melihat hal ghaib. Dan seringkali dipertemukan dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan yang sama. Dengan kemampuanku ini, aku terkadang merasa kesakitan dan merasakan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang di sekitarku. Misalnya, suatu ketika aku mencium bau yang sangat menyengat dan aku hampir muntah atau melihat makhluk menyeramkan yang membuatku ketakutan luar biasa.  

Kehamilanku semakin membesar dan sudah mendekati masa melahirkan. Aku tetap tegar dengan kesendirianku, aku tidak lagi memperdulikan laki-laki yang memperkosaku. Akhirnya aku melahirkan bayi perempuan yang sehat dan cantik di tempat persalinan dengan selamat dengan kondisi kekhawatiran tidak dapat membayar biaya persalinan.        

Meskipun hatiku sedih dan perih mengandung dan melahirkan anakku dengan kondisi yang jauh dari keluarga tetapi aku bangga dan puas dapat mempertahankan dan memperjuangkan kandunganku dan mengatarkan amanah Allah dengan sehat dan selamat.  

Itulah cerita Reni sekitar 18 tahun yang lalu. Rahasia itu tetap aku simpan dengan rapi di laci hatiku.
Bayi mungil dan cantik itu kini sudah menginjak dewasa. Aku lihat di FB Reni foto-fotonya. Kecantikannya semakin terlihat. Rambutnya hitam tergerai. Matanya tajam memancar. Hidungnya hidung Arab meskipun agak kecil. Bulu matanya lentik bagai bulu mata barbie.  

Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mandiri seperti Ibunya. Semua orang mengakui kecantikannya. Terlihat di komentar-komentar di foto FB itu. Tapi orang juga tahu, sorot mata gadis itu menyimpan rindu yang sudah lama tak beradu.

Ingin rasanya aku menemui gadis cantik itu dan menceritakan apa yang kutahu tentang Ibu dan dirinya. Tapi aku berpikir lagi, tidak mungkin. Aku harus bisa menjaga rahasia ini. Biarkan dia menemukan sendiri kisahnya.  

Untuk mengobati rasa rinduku kepada Reni aku kirim pesan WA.

"Ren, apa kabar?"
"Haiiii Rat...., Alhamdulillah baik. Kamu?"
"baik Ren."
"kamu sekarang sibuk apa?"
"Kini dengan kesendirianku, aku masih terus berjuang membesarkan Angel, anak perempuanku dengan segenap kemampuanku.  Aku sangat berharap ada dukungan dari keluarga untuk membesarkan anakku ini. Tapi aku sadar, tidak mudah orang tua dan keluarga bisa menerima keadaanku ini. Akhirnya aku menyadari, biarlah apa yang terjadi padaku ini aku terima sebagai "karma" bagi perbuatan kurang baik dari keluargaku. Semoga ke depan aku dan keluargaku hidup lebih baik lagi dengan menyandarkan sepenuhnya kepada Allah yang maha kuasa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun