Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Estetika: “Let’s Call It a Day!”

2 Juli 2011   23:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:59 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1309647038772169686

[caption id="attachment_120280" align="aligncenter" width="680" caption="ESTETIKA- Dimodifikasi oleh Mamak Ketol dari hasil screenshot kamus Oxford "][/caption] Boston, USA Summer 19XX Aku langsung mengenali sosok hitam manis itu begitu aku memasuki salah satu tempat makan yang ada di China Town di pusat kota Boston. Dia adalah seorang peragawati jadul yang aktif di salah satu cabang sekolah kepribadian di Jakarta yang berpusat di kota ini. Mata kami beradu pandang. Aku tersenyum, dan dia pun memandang ramah rombongan kami yang baru tiba dan mendapat meja di sampingnya. Sebut saja namanya Inggrid. Sosok anggun (bukan anggota ragunan, ya … ) berlesung pipit dan bertubuh tinggi langsing. Dengan kening yang sedikit “nongnong”, wajahnya sangat “jawani”. Tubuh semampainya dibalut T-Shirt putih polos dan jins yang masih biru. Kakinya dibalut selop kitten heel. Tentu saja aku tak sempat melihat merek pakaian dan asesori yang dikenakannya. Akan tetapi, tak dapat disangsikan … penampilannya yang sederhana tetap memberi aura “berkelas”. Bisa jadi pakaiannya dibeli di salah satu butik mewah di Saks Fifth Avenue. Inggrid tampak asik menyantap masakan ala Cina di pusat jajan yang oleh mahasiswa asal Indonesia dikenal dengan istilah “Second Floor”. Kami memang tidak pernah hafal dengan nama pusat jajan sederhana ini. Hanya saja karena letaknya berada di lantai dua lah yang membuatnya disebut demikian. Konon salah satu mantan Gubernur Bank Indonesia, dan seorang Jendral yang pernah bertugas melumpuhkan pembajakan pesawat terbang pun pernah nongkrong di Lantai Dua ini. Sesungguhnya, bukan Pujasera sederhana yang berbau asap ini yang akan aku bicarakan. Tapi sosok Inggrid yang tetap tampak segar dan chic, meskipun berbaur dengan penikmat makanan Asia lainnya yang berdesakan di tempat makan yang selalu ramai ini. Suatu lokasi yang mungkin tidak punya nilai ESTETIKA dimata seorang pengajar sekolah kepribadian terkenal. Namun, bersama kedua anaknya yang turut bersantap, mereka terlihat sangat menikmati suasana makan malam yang “rame”; tanpa meninggalkan kesan “kedodoran” dari cara mereka duduk ataupun makan; tanpa ingin diperlakukan secara khusus; tanpa terganggu dengan cara pelayan meletakkan pesanan di meja yang terkesan agak “kasar”; atau terusik dengan bunyi penggorengan ataupun asap pesanan BBQ Chicken Noodle dan masakan lain yang “berasap”, bahkan bau jus duren salah satu pesananku. Ya cuma itu yang kutulis di catatan harianku tentang Inggrid.

***♥♥♥♥♥***

Leicester, UK Summer 20XX Hari ini aku kedatangan tamu aneh. Seseorang bernama Claire telah membuat janji potong rambut di Salon Rudy tempatku bekerja yang berlokasi di kompleks Ketol University. Dia datang dengan satu buntelan tembus pandang yang sepertinya toga wisuda. Buntelan yang dicampakkannya begitu saja di lantai itu membuatku “terpesona” dengan stocking hitam dan running shoes hitam yang dikenakannya. Tubuhnya padat berisi dan tampak sedikit gempal. Dia mengenakan blus merah berkerah Shanghai yang tertutup hingga nyaris mencekik lehernya. Padanannya rok mini kotak-kotak ala Scotlandia yang sudah agak mengembang. Bahan wool yang semestinya rapih dengan pleats yang ngepres itu membentuk gelembung di pinggulnya yang lebar. Mungkin dia tak sengaja telah memasukkannya ke dalam mesin cuci. Bukankah seharusnya rok dari bahan wol itu di-steam atau “dicuci-kering”? “What can I do for you today?” aku menyapanya dengan senyum terbaikku. “I want to have my hair cut just like this,” katanya dengan penuh percaya diri sambil menyodorkan selembar guntingan majalah dengan gambar seorang seleb Inggris papan atas. “Is today your graduation day?” Tanyaku berusaha untuk menjalin komunikasi. “Yes, at 12:00 o’clock,” jawabnya dengan penuh rasa bangga. “Will you go back to your country, after your graduation?” “Well, I was offered a teaching job here at this university.” “What do you teach?“ESTETIKA, hmm … I mean esthetics.” “Oh, good for you.” Ya cuma itu yang kutulis di catatan harianku tentang Claire.

***♥♥♥♥♥***

Dusun Ketol, Musim Duren 2011 Sarimin: “Mak, what is estetika“? Mamak Ketol: "Well, according to Oxford Dictionary, esthetics is a set of principles concerned with the nature and appreciation of beauty. It is also the branch of philosophy which deals with questions of beauty and artistic taste.” Sarimin: “Is estetika really important?” Mamak Ketol: “Well, it depends on the line of work you deal with. If you work in a fashion industry or advertising agency, you probably need to take precautions on the issue. On the other hand, if you care for “esthetics” theoretically, then you need to be able to argue or support you argument base on the theory". Sarimin: “Do most people practise what they preach?” Mamak Ketol: "Why did you ask? Let's call it a day! The durians are here."

***♥♥♥♥♥***

Goodbye My Lover - James Blunt Sumber: You Tube Catatan: 1. Ditulis berdasarkan penuturan Sarimin. Sosok, tahun dan tempat kejadiannya direka-ulang dan disamarkan oleh Mamak Ketol. 2. Let’s call it a day adalah ungkapan berupa ajakan untuk menghentikan suatu kegiatan atau pembicaraan yang sedang berlangsung karena waktunya sudah habis. Terjemahan bebasnya: “Ya sudahlah, kita cukupkan sampai di sini saja.” Atau singkatnya: “Goodbye …”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun