Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menengok Isi Hati Si "Anak Tengah"

27 Juli 2021   09:41 Diperbarui: 27 Juli 2021   16:41 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa orangtua masih tetap memperlakukan kita sebagai anak tengah. Sungguh, anak tengah harus banyak sabar dan berproses.

Sejauh yang saya alami, justru dengan segala ketidaknyamanan sebagai anak tengah, banyak yang saya syukuri. 

Saya menjadi orang yang berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab untuk diri-sendiri.

Saya juga mempunyai prinsip hidup sendiri yang tak sama dengan orang lain. Saya cenderung cuek dan santai dengan apa yang dipunya orang. Ini karena sebagai anak tengah selalu dibandingkan dan ingin disamakan dengan anak pertama.

Memang pada akhirnya juga menjadi sedikit keras kepala dan menjengkelkan orangtua. 

Dari dulu saya tak ingin dibelikan baju yang sama dengan kakak, saya harus berbeda! "I have my own taste!", kira-kira begitu. 

Saya tahu apa yang saya kejar dan ingin bahagia dengan cara saya. Dengan banyak perlakuan berbeda dari orangtua, anak tengah banyak pergumulan batin. 

Seperti Aurora dalam NKCTHI, dia pun banyak bergumul dan berupaya mengolah segala perasaannya lewat seni.

"Mengolah diri" bagi anak tengah menjadi sangat penting supaya tidak jatuh ke pemberontakan hal-hal yang negatif. 

Namun, jika orangtua terus-menerus memperlakukan anak tengah dengan pengabaian dan tanpa penghargaan, bisa jadi seorang anak tengah juga akan terus larut dalam kekecewaan.

Saatnya para orangtua untuk menyadari bahwa keberadaan anak tengah bukanlah "pelengkap". Berikan pujian, kasih sayang, dan perhatian seperti saudaranya. Suatu saat justru anak tengah ini yang akan menjadi penengah dan menguatkan dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun