Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Mbah Kasan

30 September 2020   06:00 Diperbarui: 30 September 2020   05:58 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi (Dok. Pribadi)

"Bulik, sayang banget ya rumah mbah Kasan? Mending Bulik beli aja, nyambung sama rumah Bulik meskipun cuma belakangnya hehe..." kataku kepada Bulik Nah. Kulihat Bulik hanya menarik nafas.

"Haiya harusnya gitu Mbak Estu, tapi kan tidak semudah itu. Rumah itu jadi rebutan anak-anak mbah Kasan. Masih sengketa sampai sekarang, " jawab Bulik. Air mukanya terlihat sedih.

"Ya begitulah mbak, jadinya nggak ada yang rawat sekarang, " pungkasnya menutup obrolan. Aku pun hanya tersenyum menganggukkan kepala sebagai tanda aku paham masalahnya.

Mobil Ibu sudah memasukki pekarangan Uti, segera aku berpamitan dengan bulik Nah. Kucium tangan orang tua yang bijaksana itu. Aku pun melangkah menuju rumah Uti.

***

"Pingin ke rumah Mama, tapi malas! Ntar dikira mau menguasai rumah ya, Beb? Nggak tahan sama istri mas Nic" tanya suamiku pagi itu. "Oh, lha maunya gimana? Aku manut, " sahutku.

Dulu ketika almarhum Mama mertuaku masih hidup, hampir tiap bulan kami ke rumah Mama. Sejujurnya aku bosan dan nggak betah juga main di rumah mertua. Hahaha

Sekarang suamiku yang justru malas setelah Mama mertua berpulang. Aku sendiri no comment untuk urusan harta warisan orangtuanya. Aku harus bisa menempatkan diriku sesuai pesan Bapak.

"Jadi gimana ini? " tanya suamiku lagi setelah terdiam sekian lama. Dia menarik nafas panjang. Hatinya bimbang. Mungkin dia kangen namun juga kesal dengan situasi yang terjadi sekarang ini.

Aku tahu dia tidak nyaman dengan istri mas Nic yang sok berkuasa setelah Mama tiada. Mas Nic sendiri berulang-kali mengatakan bahwa dia yang berhak memutuskan. Herannya, istrinya ikut-ikutan dalam seteru internal keluarga ini.

Aku bingung untuk memberi jawaban. Seketika aku menjadi ingat rumah mbah Kasan yang kulihat dua minggu yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun