Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "Koki-koki Cilik", Ketika Anak Laki-laki Hobi Masak

12 Juli 2018   23:15 Diperbarui: 13 Juli 2018   09:02 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram Film Koki-koki Cilik

Begitu muncul iklan dan trailer film ini, saya sudah merasa "wajib" mengajak anak saya nonton. Judul filmnya saja sudah cocok untuk anak-anak, tentulah bagus. Apalagi untuk mengisi liburan yang panjang ini.

Singkat cerita hari Minggu (8/6), kami sekeluarga nonton film ini. Kami berempat menikmati film ini. Banyak cerita lucu yang membuat kami tertawa. Anak-anak menikmati film ini sampai selesai.

Di awal cerita memang syahdu dengan adegan Bima dan ibunya yang susah payah mendaftar Cooking Camp. Dengan berjalannya cerita, kita jadi tahu bahwa Bima memang punya hobi sekaligus bakat memasak. Cita-citanya pun menjadi chef terkenal dan membangun restoran.

Disini saya tidak bermaksud membuat resensi film. Namun sekedar berbagi kesan dan pesan yang saya dapat dari film tersebut. Rasanya saya semacam "dicolek" untuk kembali sadar bahwa tiap anak punya bakat kemampuan dan juga passion masing-masing.

Pernah suatu kali di hari Minggu sepulang gereja, anak perempuan saya (7 tahun) mengatakan : "Mom... Dad... I want to be barista". Sontak saya kaget tapi berusaha menutupinya dengan tersenyum. Begitu juga suami saya. Anak saya malah ngambek : "kenapa mama sama papa ketawain aku?" Duh, garuk-garuk kepala deh!

Padahal sebenarnya sederhana, dia sedang membaca buku berjudul Instant Expert. Ada bagian yang menjelaskan bagaimana menjadi barista berikut cara dan takaran kopi, susu, gula dan seterusnya untuk berbagai jenis minuman kopi. Karenanya, dia ingin menjadi barista. Sesuatu yang wajar untuk anak seusianya.

Hmmm.... mungkin kami ini generasi jadul yang masih kaku ya? Meskipun berusaha fleksibel dan demokratis terhadap anak, tapi tetap saja kids jaman now bikin kita gumun dan ujungnya terbengong-bengong. Stereotip cita-cita jaman dulu itu ya dokter, pilot, polisi, dan atau tentara.

Cerita yang sama di tahun kemarin saat memilih mata pelajaran elective di sekolah (semacam ektrakurikuler). Anak saya memilih cooking, padahal banyak elective lain yang bagus menurut kami. 

Dari bahasa Mandarin, keyboard, dancing, violin, atau painting. Dia keukeuh sekali ingin cooking. Saya mikirnya kalau cooking bisa di rumah dengan saya. Tapi ya sudah, setahun dijalani ya dia happy. Saya selalu hafal tiap hari Rabu, pulang sekolah selalu ceria karena habis cooking di sekolah.

Kembali ke film Koki-koki Cilik, bagaimana Bima bisa bercita-cita menjadi chef. Sebenarnya tidak lepas dari peran almarhum bapaknya. Bima ingin meneruskan cita-cita bapaknya dan mendirikan rumah makan. Ibunya pun mendukung hobinya. Buku resep warisan bapaknya diberikan kepada Bima. Bahkan sang ibu mau bersusah payah mengumpulkan uang sebesar 12,5 juta untuk Cooking Camp.

Jadi, apakah memasak hanya urusan perempuan? Apakah anak laki-laki tidak boleh masuk ke dapur? Sepertinya sudah tidak jaman seperti itu. Sudah selayaknya kita memberi kesempatan yang sama untuk anak-anak belajar apapun sesuai minatnya tanpa melihat gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun