Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini loh Penyebab Terbakarnya Hutan

28 Oktober 2015   16:31 Diperbarui: 30 Oktober 2015   09:26 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa ternyata kabut asap sampai saat ini tetap menjadi bencana yang cukup menyesakkan. Tak hanya yang membakar, lantaran ada beberapa pelaku, baik perusahaan maupun orang perorangan yang mendapatkan hukuman seperti penjara, denda dan dicabut izinnya. Selain itu, masyarakat di sekitar lokasi kebakaran itu pun juga menjadi korban pasif. Mereka tak melakukan tapi mendapatkan getahnya.

Bahkan tak hanya wilayah yang sekarang lagi menjadi hotspot bencana seperti Jambi dan Kalimantan, karena sudah merembet ke daerah lain dengan status siaga. Sumatera Selatan sudah terjadi kebakaran, Riau, Padang.

Menurut informasi dari media, Lampung pun saat ini juga ditandai sebagai salah satu lumbung hotspot (titik panas) karena di wilayah ini kebakaran hutan mulai terjadi. Bahkan diprediksi bencana kabut asap ini juga segera menyerbu Jakarta sebagai ibukota negara.

Nah, kalau sampai Jakarta terkena getahnya, bukankah menjadi gonjang-ganjing bisnis yang cukup mengerikan. Belum sampai ke Jakarta saja, orang-orang Jakarta sudah dibaut repot apalagi jika sampai ke sana. Jelas akan banyak pemilik bisnis yang akan mengalami kerugian.

Usaha mereka menjadi terhambat karena aktifitas terhenti lantaran gumpalan asap pekat menyerang. Bandara bisa saja lumpuh dan lalu lintas jelas terganggu. Bahkan lebih dari itu, jalan-jalan di ibukota juga dipastikan macet dan sekolah-sekolah terpaksa diliburkan seperti yang terjadi saat ini.

Sungguh bencana asap ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Boleh jadi kita di sini yang jauh dari bencana itu bisa tertawa-tawa menonton, atau mencela dan menghujat, tapi seandainya kita pada posisi yang sama tentu keadaannya akan berbeda. Kita akan sulit bernapas, anak-anak dan dewasa terkena serangan ISPA. Dan sudah pasti yang punya bisnis terancam bangkrut lantaran sepi pembeli.

Yang bisa tertawa-tawa, air matanya akan menetes. Menetes tidak hanya karena asap yang memedihkan mata, tapi juga karena kita sedih lantaran tersiksa batin mengapa alam menjadi sulit ditiinggali.

Yang biasanya bisa bernapas dengan leluasa, kini harus menggunakan masker. Yang biasanya bisa berolah raga dan lari-lari pagi di hari lain, kini tinggal menangis lantaran oksigen sangat mahal. Maka tak jarang yang sampai memaki-maki sang presiden karena mereka harus keluar banyak uang hanya demi membeli tabung gas oksigen. Sungguh menyesakkan dan mahal sekali hidup ini ya?

Terlepas dari itu semua, berdasarkan informasi dari sahabat yang sama-sama mengikuti acara di Makasar beberapa hari yg lalu. Ada beberapa point mengapa bencana asap ini terjadi.

Pertama, mereka mengatakan bahwa hakekatnya bencana asap ini memang sudah biasa mereka rasakan. Mereka tidak asing lagi jika satu hari dikepung asap, lantaran memang budaya masyarakat yang suka membakar hutan demi meneruskan usaha pertaniannya. Tak hanya petani kecil, lantaran pengusaha perkebunan sudah dari dahulu memang hoby membakar hutan. Alasannya, itu sudah ada aturan yang membolehkan. Jadi mereka membakar karena tidak takut mendapatkan sanksi pidana. 

Menyimak apa yang disampaikan sahabat saya ini, menjadi catatan buruk, bahwa selama ini masyarakat kurang begitu peduli dengan pembakaran hutan dan lahan perkebunan. Mereka sadar bahwa asap yang berterbangan itu amat menyesakkan, tapi mereka tidak mau peduli bahwa itu akan berakibat fatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun