Jika pekerjaan itu tidak dibagi, maka alangkah badan seperti ditindih beban yang maha berat. Nah, jika sang istri merasakan beban pekerjaan yang sepertinya tidak pernah selesai, maka akan muncul emosi, marah-marah pada anak serta uring-uringan.
Pada saat itu, suami semestinya menyadari dan turut mengambil peran bagaimana meringankan pekerjaan pasangannya.
Bahkan menurut saya, seorang ibu ketika rela menjadi ibu rumah tangga, maka ibu tersebut sudah siap terkurung di dalam rumah dengan aneka pekerjaan yang seperti tidak ada habisnya. Sedangkan sang ayah, lebih banyak menghabiskan waktunya di luar. Meskipun dengan pekerjaan yang bertumpuk, nyatanya masih bisa merasakan hiburan karena aktivitasnya lebih bebas.
Bagaimana dengan seorang ibu rumah tangga? Jangankan memiliki waktu jalan-jalan, kadang kalau penghasilan pas-pasan, maka ia pun harus bersiap-siap mencari pemasukan demi mencukupi kebutuhan keluarga. Lalu kapan mereka akan merasakan bahagia??Â
Salam