"hidup adalah kepalan Â
masa lalu adalah apa yang kau lihat di gerbang kota
aku adalah pejuang yang bertahan" Â
begitu pilihanmu di taman kota Â
malam itu
kukhatamkan kotamu, kawan Â
di linang sisa pinggan, daki, dan jamban Â
pada lorong-lorong setengah hati
yang gemeretak di tapak-tapak tiang jemawa
kita terpisahkan sunyi Â
yang datang bersama dirimu yang lain
menggenggam mengulas senyum terindah
demi semata hasrat mengada
mungkinkah rindu yang pecah
atau hidup yang tak lagi ramah
hanya yang kusadari kini
kesepian kita sisi hitam yang terungkap
di ujung jalan bercabang
kususuri apa yang kau sebut masa lalu
kau keliru, masih ada kami
meski kadang canggung dan terbata