Mohon tunggu...
Adi Prima
Adi Prima Mohon Tunggu... Administrasi - Photojournalist

Saya adalah seorang freelance photojournalist di Sumatera Barat, memotret satwa-satwa dilindungi, benda bersejarah, tokoh- tokoh besar dan keindahan bentangan alam, adalah kegemaran saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mahal, Seru, dan Jauh Bercampur Menuju Betaet Mentawai

20 Maret 2017   11:42 Diperbarui: 21 Maret 2017   06:01 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapura Selamat datang di Betaet ( foto Adi Prima)

MAHAL, SERU DAN JAUH BERCAMPUR MENUJU BETAET MENTAWAI


MENTAWAI.Faktanya, tidak semua masyarakat Mentawai pernah berkunjung atau tau dimana itu Betaet berada. Selain jarak tempuh, biaya yang tinggi, dan faktor cuaca, sangat menentukan jika ingin berkunjung ke sini. Penuh tantangan dan pastinya nanti akan meninggalkan banyak cerita jika sudah pernah berkunjung ke daerah yang berada di wilayah paling barat Kepulauan Mentawai ini.

Ada beberapa alternative untuk keberangkatan jika hendak menuju Betaet. Jika berangkat dari Sikabaluan, jarak tempuh diperkirakan 3-4 jam, jika berangkat dari Tuapeijat, dibutuhkan 5-6 jam perjalanan laut dengan speed boat 2 mesin 40 PK. Lama waktu yang ditempuh, semua tergantung pada kondisi cuaca dan muatan boat. Sampai saat ini, memang belum ada akses darat bagi kendaraan roda dua atau roda empat untuk menuju Betaet, baik dari Sikabaluan, ibukota Tuapeijat atau dari desa terdekat. Pilihan satu-satunya, praktis hanya jalur laut.

Jalur laut, satu-satunya moda transportasi yang menghubungkan Desa Simalegi ( foto : Adi Prima)
Jalur laut, satu-satunya moda transportasi yang menghubungkan Desa Simalegi ( foto : Adi Prima)

Kagum dan Takut Bercampur

Jika berangkat dari Tuapeijat, suguhan pemandangan dinding batu tebing yang terus-menerus dihantam gelombang besar Samudera Hindia, mengaduk perasaan decak kagum akan keindahan dan rasa takut. Dinding batu ini tepatnya berada disepanjang perbatasan antara Desa Taileleu dan Desa Sagulubbeg. Bagaimana tidak takut, jika seandainya terjadi kerusakan mesin atau boat, pastinya hanya ada dua pilihan, berenang menjauh supaya tidak terhempas ke dinding tebing dan hanyut ke tengah laut lepas Samudera Hindia, atau ikut terbawa arus gelombang menuju dinding tebing? Pilihan ini disesuaikan dengan nyali masing-masing saja, tidak ada yang bisa disarankan. Sebab, masing-masing memiliki keuntungan dan risiko yang berbeda.

Dinding batu sepanjang Desa Tailelu dan Sagulubbeg ( foto Adi Prima )
Dinding batu sepanjang Desa Tailelu dan Sagulubbeg ( foto Adi Prima )

Operator yang Handal Kunci Keselamatan

Saran satu-satunya saran demi keselamatan adalah, mencari operator yang berpengalaman jika hendak mengunjungi Betaet. “Nyawa sepenuhnya berada ditangan Tuhan, namun, memilih operator boat yang handal adalah tugas manusia.” Operator yang berpengalaman tentunya paham akan kondisi mesin, kondisi boat dan yakin untuk memutuskan melanjutkan perjalanan, atau menepi sejenak kepulau terdekat sembari menunggu cuaca membaik demi keselamatan. Kondisi cuaca di laut memang sering berubah-ubah.

Operator yang berpengalaman selalu mengamati gelombang laut demi keselamatan ( foto Adi Prima)
Operator yang berpengalaman selalu mengamati gelombang laut demi keselamatan ( foto Adi Prima)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun