Tahun 2013, sosok sederhana dari Adonara itu kembali dari Jakarta usai menerima Apresiasi Kusala Swadaya Tingkat Nasional. Saya masih ingat betul, menjemputnya di Bandara Gewayan Tanah, lalu bersama-sama menyeberang lewat Pelabuhan Pante Palo--Tanah Merah. Saat itu, perjuangannya, saya tuliskan di media Weeklyline.Net dengan judul "Selepas dari Malaysia, Jakarta Beri Penghargaan" tulisan yang diedit dengan sangat baik oleh Sahabat Sandro Balawangak .
Pada tahun yang sama, ia mendapat kesempatan langka, difasilitasi Rhenald Kasali. funder Rumah Perubahan untuk hadir di Pulau Buru, Maluku. Di sana, Kamilus Tupen Jumat menyapa warga, berbicara tentang tanah, kebun, dan masa depan pertanian. Kata-katanya sederhana, namun selalu sampai ke hati: bertani bukan sekadar menggali tanah, melainkan mengolah hidup. Sekembali dari Pulau Buru, saya bersama Matheus Usen menjemputnya di Bandara Frans Seda Maumere.
Sejak itu, hampir setiap diskusi di Adonara, Flores Timur hingga level nasional, selalu menyebut namanya. Ia hadir, menyumbang ide, menggerakkan semangat. Dari gagasan kecil, lahirlah terobosan besar. Derap inovasi itu kemudian berwujud nyata, Ladang Bayolewun, sebuah bentang kebun yang menjadi laboratorium hidup bagi generasi muda.
Saya menulis sosoknya di Kompasiana pada 3 Februari 2019 dengan judul "Kamilus Tupen Jumat, Petani 'Gila' di Adonara". Tulisan itu jadi artikel utama, dan hingga kini, jika nama Kamilus Tupen Jumat diketik di Google, tulisan itu muncul pertama. "Gila" adalah diksi pengakuan atas keberanian seorang petani yang melawan arus.
Tahun 2019 menjadi tonggak lain. Bersama Mama Maria Loretha , kami menerima Apresiasi Ikon Prestasi Pancasila 74 oleh Presiden Joko Widodo di Surakarta. Dari kesempatan itu, kami berhak mengusulkan tiga nama. Salah satu yang saya usulkan  adalah Bapak Kamilus Tupen Jumat . Tiga tahun kemudian, tepatnya 2022, ia terpilih sebagai Ikon Prestasi Pancasila, menerima penghargaan di Yogyakarta bersama istri tercintanya. Malam syukur di Ladang Bayolewun kala itu saya hadir. Abang  Anton DoniDihen , sekarang Bupati Flores Timur saat ini hadir memberikan apresiasi atas inovasi hebat ini.
Bagi Kamilus, hidup selalu sederhana. Tagline yang ia bawa ke mana-mana adalah: "Tanam apa yang anda makan, dan makan apa yang anda tanam." Dari situlah Ladang Bayolewun tumbuh, mengubah lahan tandus menjadi "surga kehidupan". Ia mengajak anak muda untuk tidak malu berkebun, mengolah tanah, dan menjadikan pertanian sebagai jalan hidup yang bermartabat.
Agustus 2025 menjadi puncak lain dari perjalanan panjangnya. Di tingkat nasional, Kamilus Tupen Jumat dinobatkan sebagai Pahlawan Pangan Nasional oleh Svarna Bhumi Award. Sementara di tingkat Kabupaten Flores Timur, ia dianugerahi Champions Inovasi Daerah. Prestasi itu datang di usia senja, namun semangat mudanya justru terasa semakin menyala.
Bagi Kamilus, inovasi bukan sekadar hasil, tetapi energi. Ia selalu percaya bahwa pikiran positif akan melahirkan karya, dan karya yang tulus akan menyehatkan jiwa dan raga. "Kalau tanah kita olah dengan kasih, ia akan memberi kehidupan," begitu sering ia ucapkan.
Hari ini, Senin 18 Agustus 2025 saya kembali beruntung menjemputnya di Bandara Gewayan Tanah, lalu bersama singgah rumah jabatan Bupati Flores Timur, bertemu Bupati Flores Timur, menghantarnya ke Pelabuhan Larantuka hingga rombongan tiba kampung halaman Honihama. Perjalanan  penuh sukacita. Ada rasa haru, sekaligus bangga, menyaksikan seorang petani dari tanah kecil Adonara mendapat pengakuan besar dari bangsa.
Sehat selalu, Bapa Kamilus. Teruslah menabur inspirasi, mengalirkan nilai-nilai kehidupan, dan menunjukkan bahwa petani bukanlah profesi biasa. Ia adalah penopang peradaban. Menjadi Petani ada hal luar biasa di sana. Ada kebahagiaan tersendiri.