Mohon tunggu...
Maki Muzaki
Maki Muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Inisnu Temanggung

Hobi sag diskusi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

23 April 2024   22:41 Diperbarui: 23 April 2024   22:50 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia

Oleh: Achmad Maki Muzaki

Pendidikan pada dasarnya iyalah proses memerdekakan serta mengembangkan potensi individudalam kehidupan. Memerdekakan yang dimaksut bukan berarti semata-mata bebas tanpa adanya ikatan dan aturan, akan tetapi juga memahami serta sadar atas batas-batas yang ada dalam hidup. Kemudian berhubungan dengan pengembangan potensi, bagaimana Pendidikan itu mengupayakan sedemikian  rupa sehingga potensi bawaan individu bisa diasah dan biberkembangkan.

Sementara itu kurikulum iyalah satu instumen, pedoman pelaksanaan Pendidikan guna mencapai tujuan pendidikian tersebut. Dengan kurikulum satu tujuan dan capaian sebuah bangsa dan negara dapat tercerminkan. Akn tetapi sutu masa atau zama pasti akan berubah, sehingga dibutuhkan pembahruan terhadap apa yang telah tidak relevan, termasuk kurikulum. Maka kurikulum haruslah dapat menyesuaikan diri dengan mmasanya.

Perubahan kurikulum dapat  bersifat sebagaian ataupun keseluruhan.Seperti halnya di Indonesia ini telah mengalam begitu banyaknya perubahan kurikulum. Yang pada dasarnya perubahan itu ditujukan untuk tujuan Pendidikan itu. Tetapi karna saking kerapnya kurikulum Di Indonesia mengalam perubahan yang terus menerus, sehingga mucul narasi-narasi yanga mengatakan "setiap kali berganti Mentri pendidikan maka akan berganti pulalah kurikulum pendidikanya".  Dengan demikian di Indonesia ini perubahan kurikulum hanya bernuansa politis dan keluar daaripada hakikatnya.

KURIKULUM DI INDONESIA

  •  Kurikulum 1948 (Rentjana Pelajaran 1947)
  • Kurikulum ini adalah kurikulum yang pertama,  Dimana Indonesia sendiri baru lahir dan masih gagap. Hal ini adalah teransformasi kurikulum dari kurikulum sebelumnya, yakni Pendidikan yang diberikan oleh Belanda pada masa penjajahan. Setelah Indonesia merdeka pemerintah mulai mengarap dan mengonsepsikan kurikulum 1947 dengan disesuaikan kondisi dan situasi masa itu.

  • Karna pada saat itu kandisi masih bernuansa perjuanggan, kurikulum ini lebih memfokuskan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat, dan statusnya sejajar dengan bangsa lain di muka bumi. Kemudi juga lebih memfokuskan dengan karakter, watak, kesadaran berbangsa dan bernegara.
  • Kurikulum 1952 (Rentjana Pembelajaran 1952)
  • Kurikulum ini  pada dasrnya merupakan penyempurnaan daripada yang sebelumnya.Dengan merinci-rincikan mata Pelajaran,sehingga sering disebut rentjana pembelajaranTerurai. Kurikulum ini sudah lebih mengarah pada system Pendidikan nasional. Salah satu ciri dalam krikulum ini iyalah silabusnya yang menunjukan secara jelas, bahwa setiap guru hanya menggisi satu mata pelajaran, dan setiap dari pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
  • Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964
  • Pada masa ujung kepemimpina Soekanro, beliau merombak Kembali kebijakan kurikulum pendidikanya. Kurikulum ini mengkonsepsikan pembelajaran yang lebih aktik, kreatif dan produktif. Sehingga dalam kurikulum ini sekolah diwajibkan membimbing anak agar mampu memecahkan sendiri terhadap suatu kasus (Problem Solving)
  • Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964 ini terkenal dengan pengembangan daya cipta,rasa, karya, dan moral yang juga disebut dengan Pancawardhana. Disebut Pancawardana dikarnakan ada lima pengembangan, yaitu: pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistic, ketrampilan,  dan jasmani.

Kelahiran Kurikulum 1968 terjadi dalam konteks politis yang berusaha menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dianggap sebagai produk dari rezim Orde Lama. Kurikulum ini memiliki tujuan yang kuat untuk membentuk individu yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, kuat secara fisik dan moral, serta memiliki kecerdasan dan keterampilan yang tinggi, juga berbudi pekerti dan keyakinan beragama.

  • Secara struktural, Kurikulum 1968 mengalami perubahan dari pendekatan Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Ini mencerminkan perubahan orientasi menuju penerapan UUD 1945 secara tulus dan konsisten.
  • Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran yang terbagi menjadi tiga kelompok: pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Ada sembilan mata pelajaran pokok yang diakui dalam kurikulum ini. Para ahli, seperti Djauzak, menyebutnya sebagai "kurikulum bulat" karena hanya memuat mata pelajaran pokok tanpa banyak penambahan. Muatan materi pelajaran cenderung bersifat teoritis dan kurang mengaitkan dengan konteks lapangan atau permasalahan aktual. Fokus utamanya adalah pada pemilihan materi yang tepat untuk disampaikan kepada siswa di setiap tingkat pendidikan.
  • Kurikulum ini juga menekankan pada pengembangan kecerdasan, keterampilan, dan fisik yang sehat dan kuat pada siswa. Namun, pendekatan yang digunakan lebih bersifat tradisional, dengan penekanan pada pengetahuan dan pemahaman konsep secara langsung oleh guru.

Kurikulum 1975

Kurikulum ini lahir dengan fokus pada efektivitas dan efisiensi pendidikan. Latar belakangnya terinspirasi dari konsep manajemen, khususnya Management by Objectives (MBO) yang populer pada masa itu. Pendekatan ini memperkenalkan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang kemudian dikenal sebagai "satuan pelajaran". Dalam sistem ini, metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci secara lebih terperinci.

Satuan pelajaran memecah setiap topik pembelajaran menjadi komponen-komponen seperti tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan panduan yang jelas bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

Namun, Kurikulum 1975 mendapat banyak kritik, terutama terkait dengan tingkat detail yang tinggi dalam merencanakan pembelajaran. Guru-guru menjadi sibuk dengan tugas menulis rincian yang sangat terperinci tentang apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa fokus pada administrasi dan detail dapat mengurangi kreativitas dan fleksibilitas guru dalam proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun