Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

RRT Tidak Punya Niat Untuk Menguasai Dunia Kata Wk Menlu RRT

17 September 2011   06:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:53 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Formasi barisan TPA : “Pos-pos lain telah diberi prioritas pendanaan yang lebih besar daripada pengembangan pertahanan kita” Kata Fu Ying. Lebih lanjut dia berkata “ Penekanan terbesar pada pengembangan ekonomi.....Generasi anak saya sekarang yang pertama tidak pernah mengalami kelaparan dinegeri ini.”

Lanjutan dari posting penulis : http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/09/17/pintu-dialog-dengan-dalai-lama-tetap-terbuka-kata-wk-menlu-rrt/ ( Pintu Dialog Dengan Dalai Lama Tetap Terbuka Kata Wk Menlu RRT )

SPIEGEL: Hingga akhir Juni, China telah memegang obligasi AS senilai US$1,165 Triliun dan obligasi Eropa senilai $ 700 Milyar. Secara ekonomis, hari ini China sudah menjadi adidaya. Apa artinya bagi keseimbangan kekuatan politik?

FU YING: Banyak yang mengatakan bahwa kekuasaan bergeser dari Barat ke Timur, tapi kami percaya bahwa itu adalah proses difusi. Tadinya hanya dalam dunia Barat, tapi kini disfusi ini telah menyebar ke dunia yang lebih luas. Itu diperlukan untuk merefomasi struktur dunia saat ini, yang dibangun sejak PD II dan hanya menguntungkan 1 milyar orang dinegara maju. China hanya salah satu dari negara yang baru berkembang. Brazil berkembang. India berkembang, dan beberapa dari Afrika. Dimasa yang akan datang, 3 sampai 4 milyar orang akan berada dalam proses industrilaisasi yang lebih luas. Namun reformasi ini perlu suatu proses inkremental yang dicapai tidak dengan perang dan tidak dengan konflik, tetapi melalui dialog.

SPIEGEL: Apakah angin Barat dipihak yang kalah?

FU YING: Anda sedang mengalami kesulitan, tetapi Anda telah berpengalaman melalui begitu banyak kesulitan dimasa yang lalu-Eropa dan AS dan Anda selalu bisa bangkit kembali. Kita tergantung satu sama lain, kerugian Anda tidak harus menjadi keuntungan bagi kami. Kita berada dalam satu perahu. Dan kita benar-benar kuatir jika ekonomi Barat mengalami kesulitan. Maka sangatlah baik Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang maju memimpin. Akhir-akhir ini, saya dan rekan saya berdiskusi tentang masa depan Uni Eropa. Pandangan umum bahwa jika kita bekerjasama untuk mengatasi kesulitan saat ini, maka Uni Eropa akan maju dan akan menjadi lebih terintegrasi. Jika tidak, zona euro akan runtuh.

SPIEGEL:Apa artinya bagi China jika krisis keuangan di Barat meluas kedaerah lain?

FU YING: Semuanya akan menderita.

SPIEGEL: Banyak pengamat percaya bahwa legitimasi pemerintah tergantung pada

keberhasilan ekonominya. Pada saat terjadi krisis ekonomi, apakah Anda perlu kuatir terhadap stabilitas negara Anda?

FU YING: Apakah pemerintah Barat mengubah sistim multi partai mereka selama terjadi krisis ekonomi? Saya kira tidak begitu.Mengapa mereka harus kuatir? Karena itu, reformasi kita terus dalam proses berkelanjutan dan terus bergerak maju.

SPIEGEL: Sudah sejak lama, Barat percaya bahwa perkembangan di China adalah win-win untuk semua pihak yang terlibat. Sekarang, bagaimanapun, kesan lebih menguat-bahkan dalam lembaga-lembaga internasional seperti WTO, bahwa China ingin menggeser eonomi global untuk keuntungan China. Kebijakan jangka panjang menekan nilai artifisial Renminbi dibawah harga sebenarnya adalah salah satu contoh.

FU YING: China tidak punya niat untuk menguasai dunia. Tetapi jika Anda terus menganggap diri sebagai pusat dunia, jika Anda melihat Anda sebagai monopoli tentang kebenaran, semua yang diyakini benar dan dinilai tepat, maka Anda akan selalu merasa tidak nyaman, ketika Anda menyadari bahwa dunia ini banyak ragamnya. Ada nilai yang berbeda dan beda budaya. Dan jika Anda merasa telah memenangkan Perang Dingin, tapi Perang Dingin itu telah berkahir, sudah selesai. Kita kini hidup didunia baru. Coba turun dari kuda Anda yang merasa berada dipuncak dunia. Turun menjadi sejajar sama rata dan bergabung dengan kami di lapangan bermain, daripadamenciptakan saingan baru gaya dan model Perang Dingin.

SPIEGEL: Anda tetap berhubungan sangat dekat dengan pemimpin seperti Kim Jong Il di Korut, dimana rakyatnya banyak yang kelaparan karena dia menolak untuk membuka negaranya, atau dengan Presiden Sudan Utara Omar al-Bashir, yang menjadi buron sebagai penjahat HAM. Apa filosofi Anda mengenai ini?

FU YING: Penderitaan kita dalam sejarah yang mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mencoba tidak memaksakan pada negara-negara lain atau orang lain kehendak kita. Kami memiliki kursi permanen di Dewan Keamanan PBB, kami memiliki ratusan pasukan penjaga perdamaian PBB China di Dafur, Sudan. Jika setiap kali Anda tidak menyukai suatu pemimpin negara, kemudian ikut bergerak dan campur tangan, maka itu akan membawa kekacauan. Coba pikirkan pengalaman diri Anda dalam intervensi, yang tidak selalu berhasil.

SPIEGEL: Apakah Anda maksud dengan pengerahan militer dinegara tetangga Anda, Afganistan.

FU YING: Anda perlu merenungkan pengalaman Anda sendiri.

SPIEGEL: China telah membikin lemah lembaga-lembaga seperti PBB, pada khususnya, karena Anda sering menggagalkan resolusi bersama terhadap Iran, Korut atau Suriah, yang Presidennya Bashar Assad yang telah memerintahkan tentaranya untuk menembak rakyatnya sendiri. Pada titik ini, dimana batas-batas toleransi China atas pelanggaran HAM?

FU YING: Kasus Iran merupakan bagian dari situasi keamanan secara keseluruhan. Itulah mengapa tentang Iran kita memiliki sistim 5 + 1. Dalam kasus Republik Rakyat Demokratik Korea, kita memiliki pembicaraan enam pihak. Saya percaya dengan kesabaran diplomasi, ahhirnya akan terselesaikan.

SPIEGEL: Sehubungan dengan Iran, kesabaran ini bisa mengakibatkan kita kalah berpacu dengan waktu, pada akhirnya.

FU YING: Kita tidak punya solusi yang lebih baik.

SPIEGEL: Mengingat ada perbedaan pendapat seperti itu, bagaimana kekuatan seperti China dan AS seharusnya bekerjasama dalam menghadapi tantangan global seperti keamanan cyber, stabilitas keuangan, keamanan pangan dan prolifirasi nuklir?

FU YING: Kita perlu mengatasi dinding ketidak percayaan. Jika kita hanya membiarkan diri kita menuruti pandangan kita sendiri, perasaan kita sendiri, emosi kita sendiri, bahkan nilai-nilai kebanaran kita sendiri, maka kita hanya menciptakan lebih banyak masalah. Bentuklah misi pemelihara perdamaian atau satuan perlindungan terhadap pelayaran kapal dilepas pantai Somalia atau misi perubahan iklim, saya kira Anda akan melihat betapa antusiasnya China dalam berpartisipasi dalam urusan dunia ini.

SPIEGEL: Bagaimana perasaan Anda dipandang sebagai negara adidaya ekonomi baru?

FU YING: Saya rasa tersanjung.

SPIEGEL: Apakah itu membuat Anda gugup, juga?

FU YING: Sama sekali tidak. Kita tidak melihat kita sendiri sebagai negara adidaya. Anda tidak akan melihat China seperti AS atau Uni Soviet. Anda akan melihat sebuah negara yang subur akan kebudayaan dengan populasi yang besar, lebih beragam isi, penuh kebahagiaan, karena tujuannya adalah menjadi teman bagi dunia. Tidak ada alasan untuk dikuatirkan tentang China.

SPIEGEL: Madame Fu Ying, we thank you for this interview.

(Habis)

Sumber :

Interview with China's Vice Minister of Foreign Affairs, Der Spiegel 08/22/2011.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun