Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Memperkirakan Tujuan Latihan Militer Besar-besaran PLA di Perairan Taiwan Pasca Kunjungan Pelosi ke Taiwan

10 Agustus 2022   14:04 Diperbarui: 12 Agustus 2022   07:01 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima helikopter jenis AH1W melintas ketika digelar latihan perang Han Kuang, yang mensimulasikan invasi China di Taichung, Taiwan, pada 16 Juli 2020. Foto: Reuters Photo/Ann Wang via Kompas.com

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi juga membuat pernyataan serupa, menekankan bahwa stabilitas hubungan Tiongkok-AS sangat penting bagi masyarakat internasional.

Jepang yang selama ini menjadi sekutu kental AS, sebenarnya mengatakan tidak bisa berkomentar, menurut banyak pengamat karena Jepang tidak akan mau main-main dengan AS. Tetapi segera setelah itu Jepang mengeluarkan pernyataan terkait Taiwan bersama dengan G7, yang menentang latihan militer yang diadakan PLA di perairan sekeliling Taiwan.

Pernyataan bersama G7 dirilis oleh para menlu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan AS, bersama dengan perwakilan tinggi UE. Berbunyi "Kita prihatin dengan tindakan mengancam yang diumumkan oleh RRC baru-baru ini, khususnya dengan latihan dengan amunisi tajam/hidup dan pemaksaan ekonomi, yang berisiko menimbulkan eskalasi yang tidak perlu. 

Tidak ada pembenaran untuk menggunakan kunjungan Pelosi sebagai dalih untuk melakukan aktivitas militer yang agresif di Selat Taiwan."

Meskipun Jepang mungkin berada di bawah tekanan dari AS, tapi mereka mengikuti G7 untuk membuat penyataan yang berbeda dengan kebanyakan negara-negara dunia. Bagaimanapun, Jepang adalah negara pertama di Asia yang membuat pernyataan yang berbeda tentang Tiongkok dalam masalah ini.

Ketika menerima Pelosi, PM Jepang Fumio Kishida tidak hanya menerimanya secara pribadi, tetapi juga menemani Pelosi untuk sarapan. Ini dapat digambarkan sebagai penerimaan yang luar biasa. Fumio Kishida bahkan secara terbuka mengklaim bahwa Tiongkok daratanlah yang menghancurkan perdamaiannya dan menuntut agar Tiongkok daratan segera menghentikan latihan militer yang dapat meningkatkan krisis Selat Taiwan.

Sikap Jepang yang demikian ini dianggap Tiongkok yang paling aktif , dianggapnya perlu diberi suatu peringatan. Memang selama era PM Shinso Abe, meskipun dia terus berdebat dengan Tiongkok tentang masalah Kepulauan Diaoyu, dia tidak membuat terlalu banyak pernyataan tentang masalah Taiwan.

Setelah Kishida berkuasa, dia tidak hanya mempercepat proses amandemen konstitusi, tetapi juga terus memprovokasi Tiongkok secara langsung. Secara khusus, menekankan berulang kali akan bertempur untuk Taiwan jiak diserbu Tiongkok daratan, pernyataan ini bahkan lebih keras dari AS.

Setelah Pelosi berkunjung ke Taiwan, Jepang berpartisipasi dalam G7 dan ikut  partisipasi dalam pernyataan bersama UE tentang Tiongkok, meskipun menlu Jepang mengklaim bahwa "tidak dalam posisi untuk berkomentar" dan juga menekankan bahwa stabilitas hubungan Tiongkok-AS sangat penting bagi komunitas internasional.

G7 mengeluarkan pernyataan, masih menyatakan dukungannya atas kunjungan Pelosi ke Taiwan, yang oleh tiongkok darat dianggap secara serius melanggar kedaulatan dan martabat nasional Tiongkok.

Tiongkok menjadi marah sekali dan menganggapnya bahwa era "Aliansi Delapan Negara" (tahun 1899-1901) yang pernah mengivasi dan merampok Tiongkok habis-habisan sudah tidak mungkin bisa diulang kembali. Dengan adanya respon yang sangat kuat dari pihak Tiongkok, Jepang juga menyadari keseriusan masalah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun