Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Israel-Palestina Siapakah yang Menekan Israel Gencatan Senjata?

31 Mei 2021   17:39 Diperbarui: 1 Juni 2021   07:39 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hindustantimes.com

Palestina dan Israel akhirnya mengumumkan gencatan senjata setelah sebelas hari konflik.

Pada pukul 2 pagi waktu setempat pada 21 Mei 2021, kesepakatan tersebut mulai berlaku. Gencatan senjata Palestina-Israel diumumkan. Biden segera angkat bicara, mengatakan bahwa Gedung Putih telah terus menerus menekan Israel, sehingga Palestina dan Israel akhirnya berhenti menembak.

Namun, ini sebenar terlalu lucu menurut pengamat, karena setelah konflik pecah, pemerintah AS tidak pernah mengucapkan kata-kata keras kepada Israel, juga tidak benar-benar ingin menekan Israel. Sebaliknya, Biden juga mengatakan bahwa dia memahami apa yang dinyatakan Israel sebagai "serangan balik."

Di Dewan Keamanan PBB, AS telah memblokir Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan pernyataan bulat tiga kali berturut-turut. Apakah ini yang dikatakan AS menekan Israel? Belum lagi AS baru saja menjual $ 730 juta senjata ke Israel tiga hari sebelum konflik pecah.

Bahkan boleh dikatakan gencatan senjata Palestina-Israel bisa dikatakan tidak ada hubungannya dengan AS, sebaliknya, tanpa AS, Israel tidak akan berani menyerang Palestina sekeras itu, dan tidak akan menimbulkan bencana kemanusiaan yang begitu besar.

Namun Banyak pengamat yang berpandangan, bahwa apa yang menjadi alasan sebenarnya dari gencatan senjata Palestina-Israel terlaksana? Mediasi dan tekanan terpenting untuk gencatan senjata dalam konflik Palestina-Israel sebenarnya datang dari Tiongkok, bukan AS. Baca:

Bentrok Isreal-Palestina Kali Ini Tiongkok Turun Tangan Untuk Mendamaikan

Bentrok Israel-Palestina, Kali Ini Tiongkok Turun Tangan untuk Mendamaikan

Begitu konflik Palestina-Israel pecah, Tiongkok melopori dan memimpin dengan menyerukan gencatan senjata dan meluncurkan tiga mosi berturut-turut di Dewan Keamanan PBB, meminta Dewan Keamanan untuk mengutuk Israel dan segera melakukan gencatan senjata. Namun, ketiga mosi tersebut diveto oleh AS.

Selain itu Tiongkok terus mempromosikan diadakannya pertemuan terbuka Dewan Keamanan PBB untuk mengungkapkan posisi Tiongkok kepada dunia, dan kemudian berkomunikasi dan menengahi dengan banyak negara Timur Tengah, serta meluncurkan serangkaian tindakan untuk membujuk perdamaian dan mempromosikan perundingan.

Secara khusus, telah dilakukan komunikasi khusus antara Tiongkok dan Mesir yang akhirnya memainkan peran kunci. Setelah Mesir mengadakan komunikasi berturut-turut secara khusus dengan Israel akhirnya disetujui gencatan senjata.

Oleh karena itu, pada dasarnya gencatan senjata ini tidak ada hubungannya dengan AS. AS hanya menyerukan gencatan senjata dengan cara yang pura-pura, tanpa ada tindakan substantif sama sekali, dan menghalangi tekanan dari PBB.

Bagaimana itu bisa menjadi disebutkan berkat Biden? Tanpa tekanan dan mediasi Tiongkok dan Mesir, Israel mungkin tidak akan menghentikan tembakan dengan mudah.

Alasan mengapa Biden membual bahwa itu adalah untuk kebaikan AS sebenarnya hany untuk mencari muka dan untuk membuktikan pengaruh AS pada masalah Palestina-Israel.

Namun, kini seluruh dunia telah melihat bahwa AS telah kehilangan pengaruhnya terhadap isu Palestina-Israel, namun Tiongkok yang kemudian ikut campur, memainkan peran paling aktif dalam konflik Palestina-Israel ini.

Israel Tidak Puas Dengan Gencatan Senjata Ini

Sumber: arabnews.com
Sumber: arabnews.com
Israel masih tidak puas dengan gencatan senjata ini, terlihat dari peristiwa konflik antara polisi militer Israel dan warga sipil Palestina segera setelah gencatan senjata.

Plot gencatan senjata Palestina-Israel, Biden mengaku sebagai yang berjasa, dan munculnya kembali konflik Palestina-Israel tidaklah mengherankan, yang mengejutkan adalah bahwa Kedutaan Besar Israel di Tiongkok secara terbuka mengkritik CGTN TV pemerintah Tiongkok berbahasa Inggris.

Mengenai konflik Palestina-Israel, CGTN melaporkan pada 18 Mei 2021 bahwa "Beberapa orang percaya bahwa kebijakan Israel disebabkan dipengaruhi oleh orang-orang kaya Yahudi di AS, dan bahwa beberapa pembuat kebijakan luar negeri AS juga dipengaruhi oleh orang-orang kaya Yahudi. Dikatakan bahwa Israel mengandalkan orang-orang Yahudi ini. Melobi AS untuk mendukung mereka dengan kekuatan kekayaan dan pengaruh mereka."

Jelas ini sudah menjadi rahasia umum yang terkenal, karena Israel didirikan dengan dukungan AS. AS mendukung Israel untuk mendirikan negara di Palestina setelah Perang Dunia II. Faktor yang sangat penting adalah lobi kelompok-kelompok orang Yahudi AS demi kepentingannya melobi pemerintah AS

Berdirinya negara Israel adalah hasil lobi kelompok-kelompok kepentingan Yahudi di AS, apalagi sekarang? Menurut statistik yang relevan, dalam 70 tahun terakhir ini, AS telah memberikan bantuan lebih dari 250 miliar dolar AS kepada Israel. Jika bukan karena peran kelompok kepentingan Yahudi di AS, bagaimana mungkin ada negara di dunia yang secara sepihak membantu negara lain begitu lama?

Faktanya adalah bahwa orang Yahudi di AS memiliki hampir 70% dari kekayaan AS, sehingga tidak mengherankan jika dampak mereka dalam politik emas dan dolar AS sangat jelas.

Apalagi ada banyak orang Yahudi AS yang kaya raya, sebagai politisi, dan kaum intelektual kelas atas, tentunya inilah yang menjadi akar pengaruh Yahudi pada pemerintahan AS.

Dalam hal ini, beberapa sarjana di Barat juga banyak menyebutkannya, sehingga pernyataan CGTN tentang pandangan ini memiliki dasar historis dan realistis, dan tidak mewakili posisi CGTN, itu hanya pernyataan belaka.

Namun, mungkin komentar yang disampaikan sedemikian rupa membuat jengkel Kedubes Israel di Tiongkok. Mereka secara terbuka menyebutkan CGTN sebagai "terang-terangan anti-Semitis (anti-Yahudi)."

Kedubes Israel di Tiongkok men-tweet: "Kami berharap era yang penuh dengan teori konspirasi bahwa orang Yahudi menguasai dunia telah berubah menjadi debu sejarah, tetapi sayangnya, anti-Semitisme kembali menunjukkan wajah kotor. Video laporan penuh dengan diskriminasi rasial dan informasi berbahaya. Kami sangat terkejut dengan media resmi Tiongkok yang secara terbuka mengekspresikan anti-Semitisme. Kami telah meminta CGTN untuk menghapus video yang menyiarkan kebohongan dan rasisme. Siapapun harus malu."

Topi dan tuduhan yang diberikan Kedubes Israel kepada CGTN memang cukup besar, karena di Barat, "anti-Semitisme" adalah zona terlarang politik, dan "anti-Semitisme" identik dengan Nazi.

Faktanya, alasan mengapa Barat menerima kesadaran politik semacam ini, selain pengaruh kaum Yahudi di Barat, alasan yang lebih dalam adalah bahwa Barat merasa bersalah atas kebijakan genosida yang diterapkan oleh Nazi Jerman terhadap kaum Yahudi.

Oleh karena itu, hanya sedikit orang di media Barat dan kalangan akademisi yang berani menentang Israel. Salah satu alasan penting adalah mereka khawatir dicap "anti-Semitisme". Begitu mereka dicap "anti-Semitisme," mereka akan di anggap seperti ekstrimis dan Nazi, yang berakibat kemudian dianggap sebagai "kebenaran politik" untuk menekan yang bersangkutan.

Di mata orang Tiongkok, CGTN hanyalah pernyataan fakta, bagaimana bisa disamakan dengan "anti-Semitisme"? Mempertimbangkan bobot "anti-Semitisme" yang biasa disematkan di topi Barat, tidak ada keraguan bahwa ini adalah Kedubes Israel di Tiongkok yang melampiaskan ketidakpuasannya terhadap posisi Tiongkok kepada media Tiongkok.

Orang  Tiongkok menganggap, Israel tampaknya kurang memahami Tiongkok secara mendalam. Pertama-tama, hampir semua orang Tiongkok sebenarnya bersimpati dan berempati dengan bencana yang dialami orang Yahudi selama Perang Dunia II, mereka berpikir bahwa dibandingkan dengan orang Yahudi, penderitaan orang Tiongkok bahkan lebih tragis. Selama seluruh periode Perang Dunia II, 35 juta orang Tiongkok meninggal di Tiongkok.

Pengalaman umum yang senasib membuat orang Tiongkok dan Yahudi mudah berempati, inilah salah satu alasan mengapa orang Tiongkok sangat bersahabat dengan Israel bertahun-tahun yang lalu.

Selain itu, untuk melabeli CGTN sebagai "anti-Semit", untuk orang Barat mungkin tuduhan masih bisa diterima, tapi bagi orang Tiongkok hal sama sekali tidak dapat diterima. Karena orang Tiongkok tidak merasa bersalah terhadap orang Yahudi, orang Tiongkok tidak akan menganggap dirinya "anti-Semitis". Topi itu sangat berat, dan orang Tiongkok bahkan telah melihat banyak menderita akibat "anti-Tiongkok/Tionghoa".

Kebohongan dan konspirasi orang Barat melawan Tiongkok, dan pembalikan standar ganda hitam dan putih sangat dibenci oleh Tiongkok. Ini termasuk distorsi terhadap Tiongkok oleh media yang dipimpin oleh Yahudi Amerika, dan profesional medis Israel. Media AS juga tidak bersahabat dengan Tiongkok.

Orang Barat merasa kasihan dan berdosa pada orang Yahudi, dan orang Tiongkok telah menyelamatkan banyak orang Yahudi. Oleh karena itu, orang Tiongkok tidak memiliki apa yang disebut masalah rasa bersalah seperti orzang Barat. Orang Tiongkok merasa tidak tepat mengaitkan topi "anti-Semitis" dan Nazi sebagai "kebenaran politik".

Netizen Tiongkok menganggap tuduhan Kedubes Israel ini tidak masuk akal memasang label kepada CGTN.

Karena Orang Tiongkok sebenarnya hanya mengenali dua hal: pertama. Apakah negara yang bersangkutan bersahabat dengan mereka dan bertanya pada diri sendiri, apakah Israel telah bersahabat dengan Tongkok dalam beberapa tahun terakhir? Selama konflik Tiongkok-India, terlepas dari penentangan Tiongkok terhadap penjualan senjata profil tinggi ke India; Israel juga memainkan peran yang kurang bersahabat dalam kampanye anti-Tiongkok AS selama ini.

Karenanya, dalam beberapa tahun terakhir, posisi Israel di mata netizen Tiongkok anjlok, yang menjadi alasan fundamental bukan Tiongkok, melainkan posisi dan sikap Israel terhadap Tiongkok. Israel tidak bersahabat dengan Tiongkok dan selalu berbicara dari sudut pandang Barat. Bagaimana tidak membuat ketidak senangan netizen Tiongkok?

Kedua, apakah negara-negara terkait membenarkan masalah Palestina-Israel, mungkin orang-orang biasa di Barat kurang memahami, tetapi netizen Tiongkok memiliki pemahaman yang luas tentang bagaimana Israel berasal, dan bagaimana wilayah Palestina dimangsa sedikit demi sedikit. Sehingga Palestina dan Israel menjadi seperti sekarang ini.

Selama ini memang orang Tiongkok dan Palestina tidak dekat, dan tidak ada hubungan khusus antara kedua negara. Posisi Tiongkok sepenuhnya berpendirian pada fairness and justice (keberadilan), dan posisi netizen Tiongkok sepenuhnya juga didasarkan pada hal yang sama. Orang-orang Tiongkok memiliki persepsi sendiri-sendiri. dan penilaian, Israel tidak mungkin dapat mengendalikan mereka.

Kenyataan dalam hal ini, media Tiongkok hanya menceritakan beberapa fakta, dan mereka langsung dicap sebagai "anti-Semitis". Jadi jelas orang Tiongkok mau menerima tuduhan ini.

Mereka menganggap perilaku Kedubes Israel justru memancing lebih banyak reaksi keras dari netizen Tiongkok terhadap Israel, dan kata-kata serta tindakan Israel akan menyinggung lebih banyak orang Tiongkok.

Seharusnya Israel perlu meperhitungkan untuk kepentingan jangka panjangnya sendiri. AS tidak dapat melindungi Israel selamanya. Alasannya sederhana. Kekuatan AS sudah mulai terlihat menurun.

Ke depan, kekuatan AS akan menurun lebih cepat, sementara kecepatan kebangkitan Tiongkok terlihat semakin cepat, dalam konteks ini, mengapa Israel harus dengan sengaja menyinggung perasaan 1,4 miliar rakyat Tiongkok?

Jika Israel bertindak secara tidak tepat dan menyinggung generasi baru kaum muda di Tiongkok, mungkin sulit untuk membalikkan citranya di Tiongkok dalam beberapa dekade mendatang. PDB Tiongkok pasti akan melebihi AS dalam 10 tahun ini, dan kekuatan nasionalnya yang komprehensif pasti akan melampaui AS dalam 20 tahun ini.

Dalam keadaan seperti ini, Israel harusnya tidak menyinggung persaan rakyat Tiongkok, apakah tidak mungkin hal ini akan membawa akibat yang tidak baik? Orang-orang Tiongkok berbeda dengan orang-orang di negara-negara Barat. Ini adalah negara dengan latar belakang sejarah dan peradaban yang mendalam dan lama. Semua perkataan dan perbuatan para netizen Tiongkok ini akan terkenang di dalam hati mereka.

Selain itu, biasanya mudah bagi orang-orang Tiongkok untuk mencapai konsensus tentang masalah-masalah utama. Dalam keadaan seperti itu, bukankah seharusnya Israel memikirkan masa depannya? Oleh karena itu, yang perlu dilakukan Israel adalah menanggapi sikap dan posisi Tiongkok dengan serius, dan secara aktif berkomunikasi dengan Tiongkok, sehingga semua pihak dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri.

Hindustan Times

Arab News

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun