Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Latihan Militer PLA di Sekitar Pulau Dongsha Laut Tiongkok Selatan

26 Mei 2020   20:14 Diperbarui: 26 Mei 2020   20:32 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.have8.tv + mil.news.sina.com

Dalam beberapa hari terakhir, topik yang paling menjadi perhatian di Pulau Taiwan adalah bahwa PLA sedang bersiap untuk melakukan latihan militer maritim skala besar di Laut Tiongkok Selatan (LTS) pada bulan Agustus.

Selain itu, menurut berita eksklusif yang dikeluarkan oleh Jepang Kyodo News, terungkap bahwa PLA akan mengambil Pulau Dongsha selama latihan militer ini.

Kyodo News melaporkan pada 12 Mei lalu bahwa PLA Tiongkok berencana untuk mengadakan latihan pendaratan skala besar ini pada bulan Agustus. Ini akan dilaksanakan oleh Komando Maritim selatan yang bertanggung jawab untuk pertahanan LTS, menggunakan kapal pendarat, hovercraft, helikopter dan korps marinir dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya

Sumber: mil.news.sina.com.cn
Sumber: mil.news.sina.com.cn
Laporan itu mengatakan bahwa selama pemerintahan Ma Ying-jeou, Tiongkok daratan merasa lebih bisa terkendali di Dongsha. Namun, baru-baru ini ada banyak pendapat di dalam PLA harus dipelajari apakah tekanan harus diberikan untuk tidak membiarkan pemerintah Tsai Ing-wen (Cai Yingwen), yang tidak terlalu peduli tentang kedaulatan LTS, secara sukarela akan menyerahkan Dongsha kepada pihak luar (untuk pangkalan militer AS), maka perlu dan harus menduduki Dongsha.

Analisis laporan menunjukkan bahwa untuk melakukan perjalanan dari Pulau Hainan  tempat PLA memiliki basis, ke Samudra Pasifik harus melalui Selat Bashi, mereka harus melewati Pulau Dongsha, pulau ini sangat strategis dan penting bagi PLA.

Desember lalu, kapal induk domestik pertama Tiongkok "Shandong" juga dikerahkan di pangkalan Pulau Hainan. Bagi Tiongkok kebutuhan untuk mengendalikan Dongsha meningkat. Baru-baru ini, untuk mengumpulkan data-data intelijen dari PLA, pesawat-pesawat intelijen AS. sering terbang di wilayah udara dekat Pulau Dongsha dan terbang 13 kali pada bulan April lalu saja.

Sumber: Ryukyu Shimpo
Sumber: Ryukyu Shimpo
Kantor berita Kyodo News adalah kantor media yang sudah lama berdiri, tradisional, nirlaba, dan non-komersial di Jepang. Terlebih lagi, media ini memiliki otoritasnya, dan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Taiwan di masa lalu. Kantor berita Kyodo yang menyiarkan berita ini adalah kantor yang berada di Beijing, jadi tingkat kelayakannya cukup tinggi. Segera setelah berita ekslusif ini keluar, semua sektor di Taiwan menjadi ketakutan.

Sumber: ResearchGate
Sumber: ResearchGate
Dalam laporan itu Kyodo memberitakan, Tentara Pembebasan Tiongkok (PLA) berencana mengadakan latihan pendaratan skala besar yang diperkirakan akan merebut Pulau Dongsha pada Agustus yang saat ini dikelola oleh Taiwan di kawasan LTS dekat dengan Pulau Hainan,

Direktur Operasi Gabungan Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan Lin Wenhuang mengatakan bahwa tentara nasional Taiwan menjunjung tinggi prinsip tidak mengangkat konflik atau menyebabkan perselisihan, menjaga kedaulatan nasional dan memastikan keamanan nasional, serta berencana memberi bantuan untuk pulau-pulau terluar tanpa jeda.

Shi Shunwen, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, mengatakan bahwa latihan Tentara Nasional Taiwan dan pemantauan dinamika militer pasukan PLA di sekitarnya dan penggunaan intelijen bersama, pengawasan, dan pengintaian dapat sepenuhnya memahami kondisi di sekitarnya dan merespons pada waktu yang tepat.

Kantor Administrasi Patroli Maritim Taiwan menyatakan bahwa pasukan yang ditempatkan di Pulau Dongsha telah melakukan pelatihan penembakan artileri di sekitar pulau pada bulan Februari, dan diharapkan akan diimplementasikan lagi pada bulan Juni untuk memverifikasi efektivitas penembakan berbagai mortir dan senapan mesin pada posisi pulau itu. Pada saat itu, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan akan mengirim personel ke pulau itu untuk membantu pengawasan dan verifikasi.

Sejak wabah pandemi Covid-19 satuan "Detasemen Dunmu" (Taiwan) telah ditarik meinggalkan Pulau 15 Maret, pada saat itu banyak media Taiwan bertanya,kemana perginya armada?

Kemudian terungkap mereka berlayar ke barat daya pada waktu itu, melewati Filipina selatan dan memasuki LTS. Ketika melewati perairan dekat Pulau Taiping dan Pulau Dongsha, latihan "Haijiang" dilaksanakan. Pulau yang disimulasikan diserang dan tentara Taiwan Bantu penjaga "Patroli Laut". 

Namun, karena anggota "Detasemen Dunmu" tidak memiliki kapal amfibi pada saat itu, personel tidak mendarat di pulau itu, tetapi mensimulasikan kontrol perairan terdekat. Dari sini, jelas bahwa militer Taiwan juga sadar akan risiko direbutnya Pulau Dongsha sangat mungkin.

Di pulau ini Taiwan memiliki Taman Nasional Atoll dan Stasiun Penelitian Oceanografi Internasional. Komando Administrasi Patroli Dongsha memiliki dua skuadron yang ditempatkan di kedua sisi Pulau Dongsha.

Namun selama ini rezim yang pro-kemerdekaan Taiwan selalu "membodohi" rakyat Taiwan dengan mengatakan, bahwa Tiongkok daratan tidak akan menggunakan kekuatan militer membebaskan Taiwan, AS pasti akan datang menyelamatkan Taiwan.

Namun kali ini PLA akan melakukan latihan maritim skala besar pada Agustus yang akan datang ini dengan tema untuk membebaskan Pulau Dongsha. Maka selama ini rezim Taiwan yang mengatakan Tiongkok daratan tidak akan menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan adalah suatu kebohongan.

Sumber: taiwannews.com.tw
Sumber: taiwannews.com.tw
Jika memang terjadi PLA membebaskan Dongsha dan AS ternyata tanpa strategi untuk membantu. Maka propaganda yang mengatakan AS akan menyelamatkan Taiwan adalah suatu kebohongan juga.

Menurut sebagian pendangan pengamat masalah RRT dan Taiwan, jika Tiongkok daratan benar melakukan pembebasan Taiwan dengan kekuatan militer, mereka percaya AS tidak akan datang menyelamatkan mereka. Namun sebagian warga Taiwan percaya bahwa AS pasti membantu.

Ini yang menyebabkan kenapa dukungan terhadap pro-kemerdekaan meningkat menjadi 82% dan dukungan terhadap Tsai Ing-Wen (Cai Ingwen) setinggi 75%. Mereka mengatakan tidak takut, Tiongkok daratan tidak akan melakukan tindakan militer, jadi jangan dikhawatirkan.

Kenyataan, pihak militer Taiwan juga menyadari, Pulau Dongsha berada di tangan teater armada selatan PLA, dan di "Strategi Indo-Pasifik" AS, posisi strategis Pulau Dongsha jauh lebih rendah daripada pulau-pulau lain di LTS, jadi begitu perang dimulai, peluang militer AS untuk mendukung Pulau Dongsha sangat minim.

Selain itu, epidemi angkatan laut AS lebih serius sekarang. Di antara kapal-kapal tempur utama AL-AS, termasuk empat kapal induk, satu per tujuh dari kapal perang itu sedang doking di pangkalan karena berjangkitnya infeksi Covid-19. Militer AS juga telah menangguhkan latihan globalnya.

Posisi Geografi Dongsha

Sumber: www.orchina.net
Sumber: www.orchina.net
Pulau Dongsha, sangat kecil, sekitar 2,8 kilometer dari timur ke barat dan 0,8 kilometer dari utara ke selatan dibentuk oleh akumulasi terumbu karang. Berjarak 240 mil (laut) dari Pelabuhan Kaohsiung, 170 mil dari Hong Kong, dan 140 mil dari Shantou, Guangdong.

Di sebelah utara Pulau Dongsha adalah Selat Taiwan, di sebelah timur adalah selat Bashi, dan di sebelah barat adalah daratan Guangdong, Hainan, dan Hong Kong. Di selatan adalah LTS-Zhongsha, Xisha, Pulau Nansha.

Di LTS Taiwan menguasai hanya dua pulau, Dongsha dan pulau Taiping yang jaraknya dari 640 mil laut (1600km).

Pulau Dongsha statusnya sangat strategis, dari LTS ke Taiwan atau ke Samudra Hindia atau dari LTS ke Samudra Atlantik harus melalui Selat Bashi (Bashi Channel), jadi Dongsha menjadi titik tenggorokan jalur maritim.

Selat Bashi khususnya adalah jalur peairan yang sangat strategis, poros dari apa yang oleh para analis keamanan Asia disebut rantai pulau pertama ke rantai kepulauan besar yang mengalir di perbatasan Asia timur, dimulai dengan Kepulauan Kuril di lepas pantai Hokkaido di Jepang ke selatan menuju Filipina dan Kalimantan harus melalui selat ini.

Jika seandainya PLA menguasai Dongsha, Pulau Taiping akan tidak ada gunanya bagi Tsai Yingwen yang awalnya ingin menyewakan pulau Taiping sebagai pangkalan transportasi kepada militer AS. Karena Donsha ada di antara Taiwan dan Pulau Taiping, pulau ini akan terkucilkan di LTS dan menjadi tidak berpengaruh.

Kita bisa melihat titik penting dari P. Donsgha, pulau terbesar di LTS adalah pulau Yongxing yang berada dibawah kendali Tiongkok daratan.

Pulau terbesar kedua di LTS adalah Dongsha, yang memiliki bandara dengan landasan pacu 1.555 meter. Ada pesawat terbang yang dapat melakukan perjalanan antara pulau Taiwan. Selain pesawat angkut C130 dari Angkatan Udara, ada penerbangan charter Lirong Airlines.

Di Pulau Dongsha terdapat situ air tawar, tanaman, dan hewan. Sekarang ada dua skuadron yang ditempatkan di pulau itu, tetapi itu bukan lagi pasukan marinir, tapi hanya dua skuadron penjaga pantai/coast guard.

Dua skuadron dengan kurang lebih 300-400 personil lebih banyak dari garnisun yang ditempatkan di Pulau Taiping, tapi penjaga pantai ini tidak memunyai kemampuan bertahan karena bagaimanapun Penjaga Pantai bukan tentara sesungguhnya.

Sumber: mil.news.sina.com.cn
Sumber: mil.news.sina.com.cn
Beberapa sumber di AD Taiwan mengatakan bahwa posisi mortir di Pulau Dongsha disembunyikan di bawah permukaan dan "solid dan dapat digunakan." "Administrasi Patroli Laut" Taiwan mengatakan pada 12 Mei bahwa Korps Dongsha Garrison diperkirakan akan melakukan latihan penembakan pada bulan Juni, "tujuannya adalah untuk memverifikasi efisiensi penembakan berbagai mortir dan senapan mesin pada posisi pulau.

Namun pada kenyataannya, Pulau Taiping dan Pulau Dongsha keduanya adalah pulau "tipe karang", yang "mudah diserang dan sulit dipertahankan", tidak seperti pulau Jinmen dan Matsu yang merupakan pulau "lempeng batu", karena pertahanan juga dapat dibangun ke bawah "Bunker bawah tanah" memiliki senjata dan personel tersembunyi di dalam bunker bawah tanah, sehingga mereka dapat tetap menggunakan bunker dengan senjata selama operasi.

Dari sudut pandang geografis, Pulau Dongsha mencakup area seluas 1,74 kilometer persegi dan berjarak 444 kilometer dari Pelabuhan Kaohsiung. Saat ini, ada sekitar 200 garnisun di setiap pulau, yang dikirim ke Korps Marinir untuk pelatihan khusus oleh Administrasi Patroli Marinir. Ditugaskan ke pulau itu untuk bertanggung jawab atas tugas "membela teritori selatan".

Senjata yang dilengkapi oleh tentara yang ditempatkan di pulau itu mencakup berbagai jenis artileri dan senjata ringan seperti 120 mortir, 40 senjata anti-pesawat, 40 senjata granat, dan 84 roket anti-baju besi tradisional dan senjata tradisional lainnya. Pada dasarnya, itu rentan.

Karena itu pangamat militer memperkirakan jika PLA melakukan penyerbuan pada bulan Agustus, dan menganggap Pulau Dongsha sebagai musuh imajiner dan target untuk merebut pulau itu, maka Pulau Dongsha diperkirakan dalam waktu tiga jam sudah akan terkuasai.

Analisis Pengamat Atas Pulau Dongsha

Dan jika Pulau Dongsha terkuasai PLA, apa dampaknya?

Selain fakta bahwa lalu lintas antara Taiwan dan LTS telah terputus, tenggorokan antara seluruh LTS dan Pasifik Barat akan dicekik. Selanjutnya, dari Samudera Hindia ke Selat Malaka ke Hokkaido melalui Selat Bashi ke Pasifik Barat, ini disebut nadi (jalur) transportasi laut juga sama akan berefek sama.

Maka dengan menguasai Dongsha berarti menguasai nadi transportasi maritim yang paling penting ini. Oleh karena itu, posisi strategis ini harus diperebutkan kata ahli strategis militer. Namun mengapa di masa lalu Tiongkok daratan membiarkannya? Alasannya karena dianggap masih dikuasai oleh seksama bangsa Tiongkok.

Seperti diketahui pulau terbesar di LTS -- Pulau Yongxing dikelola oleh Tiongkok daratan dan Pulau Dongsha dikelola Taiwan, satu sama lain masih dianggap dikuasai Tiongkok. Dan dianggap masih hidup berdampingan secara damai.

Namun sekarang dengan santernya gerakan pro-kemerdekaan Taiwan dan mereka ini merangkul paha AS, dan akan menggunakan keunggulan georafis Pulau Dongsha yang berada di bawah yurisdiksi Taiwan, dimana kapal perang, pesawat tempur dan kapal selam  AS selama ini sering berkeliaran di sekitar perairan ini dengan melecehkan Tiongkok.

Mungkin masih ingat beberapa tahun lalu, pada tahun 2001 Insiden Tabrakan Pesawat AS dan Tiongkok di LTS ini terjadi diwilayah ini. Baca:

https://www.kompasiana.com/makenyok/5eb6a47b097f3629083bbba3/melihat-tindakan-as-mempermalukan-tiongkok-dalam-beberapa-dekade?page=all#section2

Sumber: China.org.cn + china news today
Sumber: China.org.cn + china news today
Pesawat AS tiba-tiba menabrak pesawat tempur J-8II nomor 81192 yang dipiloti oleh Wang Wei, yang berakibat pilot berusia 33 tahun ini tewas dan jasadnya tidak diketemukan.

Pangamat percaya AS selalu seperti ini, jika sekali diberi hati akan terus merambah kemana-mana, dan bersikap merajalela. Dengan pimpinan Taiwan Tsai Ing-wen berbangga bergelayut di paha AS, lalu membodohi warga Taiwan dengan berpikir "jika AS ada di belakang mereka, Tiongkok daratan tidak akan pernah menggunakan kekuatan militer." Oleh karena itu, tingkat dukungan untuk pro-kemerdekaan Taiwan telah meningkat.

Tetapi dengan santernya kabar PLA akan melakukan latihan militer skala besar dengan tema perebutan kembali Pulau Dongsha, mereka menjadi cemas dan ketakutan, karena segera berpikir sejarah pada masa periode Kekaisaran Kangxi

Sumber: kknews.com + winchun1.com
Sumber: kknews.com + winchun1.com
Pada tahun 1682, Kaisar Kangxi memerintahkan Shi Lang untuk bergabung dengan Gubernur Provinsi Fujian saat itu, Yao Qisheng, untuk memajukan pasukan ke Penghu dan Taiwan untuk mencapai reunifikasi nasional.

Dalam memilih rute ofensif di laut, Shilang memutuskan untuk berlayar dari Tongshan (sekarang Pulau Dongshan, Fujian) berdasarkan arah angin dan informasi tentang situasi pertahanan musuh. Di sebelah selatan pulau utama Penghu, Pulau Bahuo yang dijaga Zheng Jun yang lemah.

Langkah ini tidak hanya dapat memperoleh jangkar armada dan titik awal serangan, tetapi juga menempati posisi yang menguntungkan untuk meluncurkan serangan terhadap Penghu. Jika Anda menangkap Penghu, mecekik tenggorokan musuh, dan kemudian mengarahkan tentaranya langsung ke Taiwan dapat dengan lancar menerapkan konsep strategis "berperang untuk menghukum demi keadilan".

Pada 13 Agustus 1683, Shilang memimpin pasukan AL menyerang Taiwan dan berhasil merebut kembali, Taiwan berhasil direunifikasi ke Negara Qing.

Karena model Shi Lang adalah contoh hidup bagi warga Taiwan, memang benar bahwa Shi Lang mengambil sebuah pulau bernama Penghu, setelah mengambil Penghu, dan kemudian berteriak kepada Zheng Kecheng, cucu dari Zheng Chenggong di Taiwan, jika tidak menyerah akan digempur. Maka akhirnya tanpa mengatakan apa-apa, Zheng Kecheng menyerah.

Mengapa Pro-kemerdekaan Taiwan Takut Dengan Latihan PLA Bulan Agustus Ini?

Dalam strategi politik perang ada yang disebut "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian"

(Kita ingat saat pembebasan Irian Barat/Papua dulu, Bung Karno 19 Desember 1961 dengan Komando Operasi Trikora. Setelah konflik bersenjata dengan militer kita, maka terjadi intevensi PBB melalui UNTEA dilaksanakan PEPERA tahun 1969 dan Indonesia berhasil secara legal dan damai mereunifikasi Iran Barat/Papua hingga sekarang).


Mengapa harus mengatakan bahwa "Dimulai dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian", alasannya sangat sederhana, karena tidak akan secara otomatis dicapai perdamaian, belum lagi bahwa rezim pro-kemerdekaan Taiwan telah memblokir pintu unifikasi secara damai.

Dan menurut analisis pengamat Taiwan yang pro-unifikasi melihat, oposisi Kuomintang di Taiwan berangsur-angsur bergerak mendekati pro-kemerdekaan Taiwan, mereka tidak menginginkan perdamaian sama sekali. Seruan mereka hanyalah omongan kosong belaka sebagai alat untuk menipu sumber daya Tiongkok daratan.

Jadi dalam kasus ini dimana perdamaian tidak dapat dicapai secara otomatis, dan perdamaian tanpa syarat tidak akan memulai, bagaimana mungkin ada perdamaian?

Karena itu hanya dengan "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" barulah  ada kemungkinan penyatuan kembali (reunifikasi) secara damai.

Tapi ada pendapat yang mengatakan jika dimulai dengan kekuatan militer, maka AS memiliki ruang untuk campur tangan, dengan mengambil tindakan militer dan sanksi ekonomi.

Namun pengamat Taiwan yang pro-unifikasi berpendapat lain, mengapa harus "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" karena merdeka yakin jika dimulai dengan perang, rezim pro-kemerdekaan Taiwan dalam dua minggu akan menyerah, dan kedua belah pihak rezim Taiwan dan Tiongkok daratan sudah akan menanda-tangani perjanjian perdamaian.

Jika kedua sisi yang sebangsa telah sepakat untuk bersatu kembali, itu akan menjadi urusan dalam negeri Tiongkok. Sudah tidak ada lagi alasan AS untuk ikut campur tangan, dan punya ruang untuk melakukan intervensi.

Selain itu pada dasarnya, jika AS benar-benar ingin mengirim pasukan untuk berurusan dengan Taiwan atau sanksi macam apa yang dijatuhkan, mereka selalu harus mendapatkan persetujuan dari Kongres. Kongres itu harus mempertimbangkan reaksi opini publik. Prosesnya paling sedikit harus dua atau tiga mingguan, ini sudah pasti. Maka pengamat pro-unifikasi Taiwan berpendapat strategi "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" adalah yang paling tepat.

Namun bagaimanapun perlu diperhitungkan bagaimana menekan jatuhnya korban tidak berdosa, jika dimulai dengan perang dan damai kemudian.

Namun bagaimanapun model Shilang yang paling ditakuti oleh warga Taiwan pro-kmerdekaan. Karena model Shilang adalah cotoh hidup bagi mereka, kenyataan Shilang pertama mengambil dulu sebuah pulau Penghu kemudian Zheng Chenggong menggertak penguasa di Taiwan kala itu, maka dengan cepat mereka menyerah tanpa bertarung.

Maka bisa saja tanpa pertumpahan darah dan perdamaian bisa tercapai. Penguasaan Shilang atas Taiwan kala itu dapat terlaksana dengan damai. Dan itu tercapai dengan pertama menguasai pulau Penghu sebagai batu locatan.

Maka tidak heran ketika Kantor Berita Kyodo menurun berita eksluif tentang latihan maritim skala besar PLA dengan tema perebutan kembali Pulau Dongsha, warga Taiwan pro-kemerdkaaan menjadi ketakutan.

Karea itu bukankah sebuah strategi "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian"? Jika PLA memenangkan Dongsha, dipekirakan paling banyak memperlukan dua atau tiga jam. Mungkin juga menyerah dalam waktu kurang dari satu jam. Karena penjag pulau ini bukan tentara melainkan Penjaga Pantai. Polisi laut dari dua skuadron. Tidak dilengkapi dengan senjata pertahanan. 

Begitu PLA muncul untuk merebut pulau itu dengan mengepung dengan armada laut udara yang masif, kekuatan polisi maritim ini akan menyerah dan tidak akan ada korban.

Sumber: tnimage.s3.hicloud.net.tw
Sumber: tnimage.s3.hicloud.net.tw
Situasi geografis yang sangat strategis, menjadi mengapa PLA menganggap sangat penting untuk membebaskan P. Dongsha, dan jika benar-benar kali ini PLA mengusai Dongsha, itu akan menjadi reproduksi dari unifikasi Taiwan model Shilang.

Jika hal diatas ini benar tejadi, berapa banyak warga Taiwan yang akan mendukung pro-kemerdekaan? Pada tahun 2016, Universitas Duke di AS melakukan penelitian dan mempublikasi,  jika unifikasi Beijing dilakukan dengan kekuatan militer, AS tidak akan datang menyelematkan mereka.

Pada saat ini, rasio dukungan internal Taiwan untuk kemerdekaan Taiwan akan turun menjadi hanya 14%. Saat Universitas Duke membuat studi ini, Tiongkok daratan belum ada tindakan untuk melakukan gerakan militer pembebasan.

Jika Dongsha benar-benar diambil alih kali ini, rasio pendukung pro-kemerdekaan Taiwan dijamin kurang dari 3%, atau bahkan bisa mernjadi 0% jika karena akan menyerah sepenuhnya. Semua orang yang menuntut kemerdekaan Taiwan akhirnya menjahit bendera bintang lima di rumah dan memakan bubur untuk menyambut sang pembebas. Demikian pandangan analis pro-unifikasi Taiwan.

Inilah yang dimaksud dengan "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian".

Oleh karena itu, dapat kita dilihat dari uraian dia atas ini bahwa latihan militer maritim PLA Agustus ini telah mendapat perhatian tinggi dari semua pihak, terutama bagi pembebasan PLA terhadap Pulau Dongsha.

Mengingat secara geopolitik pentingnya strategis Pulau Dongsha, akankah Tiongkok daratan benar-benar akan melakukan misi unifikasi Taiwan yang menjadi cita-cita bangsa Tiongkok selama ini untuk kebangkitan bangsa.

Hal ini menjadi perhatian besar pengamat seluruh dunia, dan kita tunggu perkembangan latihan maritim skala besar pada bulan Agustus ini.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri dan Dalam Negeri

1, 2 3 4 5 6 7 8 

A New Era? Taiwan in 2016 by DENNIS V. HICKEY AND EMERSON M. S. NIOU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun