Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Latihan Militer PLA di Sekitar Pulau Dongsha Laut Tiongkok Selatan

26 Mei 2020   20:14 Diperbarui: 26 Mei 2020   20:32 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.have8.tv + mil.news.sina.com

Dalam strategi politik perang ada yang disebut "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian"

(Kita ingat saat pembebasan Irian Barat/Papua dulu, Bung Karno 19 Desember 1961 dengan Komando Operasi Trikora. Setelah konflik bersenjata dengan militer kita, maka terjadi intevensi PBB melalui UNTEA dilaksanakan PEPERA tahun 1969 dan Indonesia berhasil secara legal dan damai mereunifikasi Iran Barat/Papua hingga sekarang).


Mengapa harus mengatakan bahwa "Dimulai dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian", alasannya sangat sederhana, karena tidak akan secara otomatis dicapai perdamaian, belum lagi bahwa rezim pro-kemerdekaan Taiwan telah memblokir pintu unifikasi secara damai.

Dan menurut analisis pengamat Taiwan yang pro-unifikasi melihat, oposisi Kuomintang di Taiwan berangsur-angsur bergerak mendekati pro-kemerdekaan Taiwan, mereka tidak menginginkan perdamaian sama sekali. Seruan mereka hanyalah omongan kosong belaka sebagai alat untuk menipu sumber daya Tiongkok daratan.

Jadi dalam kasus ini dimana perdamaian tidak dapat dicapai secara otomatis, dan perdamaian tanpa syarat tidak akan memulai, bagaimana mungkin ada perdamaian?

Karena itu hanya dengan "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" barulah  ada kemungkinan penyatuan kembali (reunifikasi) secara damai.

Tapi ada pendapat yang mengatakan jika dimulai dengan kekuatan militer, maka AS memiliki ruang untuk campur tangan, dengan mengambil tindakan militer dan sanksi ekonomi.

Namun pengamat Taiwan yang pro-unifikasi berpendapat lain, mengapa harus "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" karena merdeka yakin jika dimulai dengan perang, rezim pro-kemerdekaan Taiwan dalam dua minggu akan menyerah, dan kedua belah pihak rezim Taiwan dan Tiongkok daratan sudah akan menanda-tangani perjanjian perdamaian.

Jika kedua sisi yang sebangsa telah sepakat untuk bersatu kembali, itu akan menjadi urusan dalam negeri Tiongkok. Sudah tidak ada lagi alasan AS untuk ikut campur tangan, dan punya ruang untuk melakukan intervensi.

Selain itu pada dasarnya, jika AS benar-benar ingin mengirim pasukan untuk berurusan dengan Taiwan atau sanksi macam apa yang dijatuhkan, mereka selalu harus mendapatkan persetujuan dari Kongres. Kongres itu harus mempertimbangkan reaksi opini publik. Prosesnya paling sedikit harus dua atau tiga mingguan, ini sudah pasti. Maka pengamat pro-unifikasi Taiwan berpendapat strategi "Dimulia dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" adalah yang paling tepat.

Namun bagaimanapun perlu diperhitungkan bagaimana menekan jatuhnya korban tidak berdosa, jika dimulai dengan perang dan damai kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun