Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Permainan Politik di Balik Peracunan "Double Agent" Rusia di Inggris

17 April 2018   14:16 Diperbarui: 18 April 2018   09:08 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: CCTV News/youtube.com

Sebelum api gejolak diplomatik padam, pada 6 April, AS mengeluarkan keputusan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. 38 individu dan entitas, termasuk pejabat senior Rusia, orang-orang kaya, dan perusahaan ekspor pertahanan berada di dalam daftar. Hal ini dilihat sebagai sanksi paling keras yang diterapkan oleh pemerintahan Trump terhadap Rusia hingga hari ini.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hubungan Barat dan Rusia dipenuhi dengan dendam. Kontes geopolitik dan konflik interim telah menciptakan hubungan antara Eropa, AS, dan Rusia seperti saat ini, dan juga telah membuktikan bahwa dalam "Pasca Tatanan Barat (post-Western order)", Rusia dan Eropa dan AS merasa sulit untuk hidup damai satu sama lain.

Gara-gara Putin Terpilih Kembali Sebagai Presiden Rusia

Jadi, mengapa negara-negara dari aliansi anti-Rusia Barat memilih untuk menekankan topik ini pada saat ini, dan mengarahkan laras senjata mereka ke Rusia?

Putin memberi pernyataan setelah pemilihan presiden Rusia: "Lebih dari 56 juta warga memberikan suara mereka kepada presiden incumbent. Itu lebih dari 76% suara. Ini adalah dukungan tertinggi dalam sejarah negara kita."

Pada 23 Maret 2018, Putin memenangkan pemilihan presiden Rusia, sekali lagi memenangkan masa kepresidenan untuk 6 tahun. Statistik resmi menunjukkan bahwa Putin menerima 76,69% suara, yang merupakan suara terbanyak yang ia peroleh sejak ia ikut dalam pemilihan presiden tahun 2000.

Berbeda dengan rakyat di Rusia yang menari di jalan-jalan untuk merayakan kemenangan Putin, beberapa sikap negara-negara Barat justru tampak sedikit lebih dingin.

Donald Tusk, Presiden Dewan Uni Eropa mengatakan: "Setelah serangan Salisbury (dengan agen saraf) saya tidak berminat untuk merayakan (Rusia) Presiden (Vladimir) Putin yang telah diangkat kembali."

Tampaknya sulit bagi Barat untuk menerima kenyataan bahwa Putin menang dengan persentase suara yang mutlak besar.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Putin selalu menjadi sasaran ketidak-senangan Barat. Karena Putin cukup berani untuk mengajunkan pedangnya dengan Barat, dan menyatakan kepada Barat "Tidak" untuk membela kepentingan Rusia, jadi ini telah menciptakan konflik mendasar antara Rusia dan Barat.

Selain itu, sejak 2014, perselisihan antara mereka tentang Ukraina dan masalah Krimea telah memperparah konflik antara Barat dan Rusia. Barat percaya bahwa selama Putin sebagai presiden Rusia, hubungan mereka dengan Rusia tidak akan pernah menjadi hal yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun