Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Kebijakan Tarif Baru Trump Akan Memicu Perang Dagang Dunia?

14 Maret 2018   21:06 Diperbarui: 15 Maret 2018   10:02 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rangkaian globalisasi yang dipimpin AS dan telah mendapat branded atau cap AS yang sangat penting diatasnya, seperti ideologi Amerika, hegemoni militer AS, keseluruhan sistem ekonomi dan mata uang internasional yang dipimpin oleh USD, dan lonjakan budaya global dipimpin oleh film-film Hollywood AS, dengan budaya pop dan budaya mainstream. Yang lebih penting lagi adalah keseluruhan sistem global dibangun di atas fondasi nilai-nilai Barat yang Amerikanisasi.

Dan dalam kerangka globalisasi ini, topik yang paling penting adalah melakukan reformasi bergaya Amerika terhadap negara-negara berkembang, sehingga AS sekali lagi menciptakan simbol otoritas - "Konsensus Washington".(mungkin termasuk juga menbentuk elit politisi dan teknokrat Indonesia, terutama sejak menjelang orba?).

Pada tahun 1989, negara-negara Amerika Latin mengalami krisis utang di "Backyard/halaman belakang Amerika" dan sangat membutuhkan reformasi ekonomi domestik. Institut Ekonomi Internasional AS mengundang para periset dari IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Antar-Amerika, dan Departemen Keuangan AS, serta perwakilan dari negara-negara Amerika Latin untuk mengadakan simposium di Washington D.C.

John Williamson seorang peneliti di Institut Ekonomi Internasional AS, mengusulkan sepuluh langkah kebijakan untuk reformasi ekonomi di negara-negara Amerika Latin yang telah disepakati di dalam institusi tersebut di atas yang dikenal sebagai "Konsensus Washington".

Pihak yang berkepentingan kelompok ekonomi AS tampaknya telah dengan alasan demi "kepentingan bersama" melalui kelompok-kelompok internasional ini dan didorong ke dunia luar. Di belakang mereka adalah kepentingan AS, dan para ekonom yang mengarahkan untuk kepentingan ini, jadi ketika berhadapan dengan kelompok asing, ada banyak yang disembunyikan dan tipu daya. AS mendorong hal ini dari balik layar, namun kelompok internasional yang tampaknya mendorongnya adalah memberi resep obat-obatan bagi negara-negara berkembang, dan sepertinya ada sesuatu yang harus dipelajari dan renungkan oleh setiap orang. (Renungkan pada saat-saat krismon di Indonesia pada tahun 1998).

Dipromosikan oleh elit Amerika, antara tahun 1970an dan 1990an, banyak negara-negara yang menerapkan kebijakan "Konsensus Washington", termasuk Chile, Meksiko, Argentina, Brasil, Rusia, Polandia, dan negara-negara Eropa Timur lainnya.

Data historis dari negara-negara ini menunjukkan bahwa hampir semua negara yang menerapkan kebijakan "konsensus Washington" mengalami inflasi, sebagian besar terjadi peningkatan hutang luar negeri, penurunan output, dan mengalami masalah ekonomi serius lainnya.(Bagaimana dengan Indonesia?).

Pada saat itu, negara-negara Amerika Latin memiliki beberapa krisis, namun akibatnya banyak aset yang dimiliki oleh banyak negara Amerika Latin semuanya digadaikan ke bank-bank besar di Eropa dan Amerika Serikat.

World Trade Organization ( WTO )

Bergabung dengan WTO juga memberi memori kelompok yang dimiliki Tiongkok pada tahun 1990an. Selama 15 tahun terjadi negosiasi yang berliku-liku dan berbelit-belit dari tahun 1986 sampai 11 Desember 2001, Tiongkok, yang baru saja mulai menyentuh pintu "globalisasi," dengan cerdik dan hati-hati menghindari segala jenis perangkap.

Dalam berbagai negosiasi yang terjadi antara Tiongkok dan AS di masa lalu, Amerika benar-benar mengatakan kepada Tiongkok apa yang harus mereka lakukan, bahwa Tiongkok harus membuka pasarnya, karena Tiongkok memiliki pasar terbesar, jadi pada saat itu, AS meneteskan air liur tentang hal itu, dan benar-benar ingin mengalirkan modal ke Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun