Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Peristiwa Penembakan di AS Bisa Sering Terjadi?

5 Maret 2018   19:37 Diperbarui: 6 Maret 2018   01:47 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah penembakan di sekloah 14 Februari, banyak pendukung pengendali senjata, termasuk korban keluarga, dengan penuh semangat menantikan tindakan Presiden Trump.

Seorang ibu yang anaknya menjadi korban tewas menyerukan: "Mengapa? Mengapa kita membiarkan seorang pria bersenjata masuk ke sekolah anak-anak kita? Bagaimana dia bisa melewati keamanan? Apakah keamanan ada disitu? Tidak ada detektor logam. 

Pria bersenjata itu---orang gila langsung berjalan ke sekolah, mengetuk jendela pintu anak saya. Dan mulai menembak, terus menembak dan membunuhnya. Presiden Trump, ayo Anda berkata, 'Apa yang bisa Anda lakukan?' "

Pada 21 Februari di Gedung Putih AS, Presiden Trump bertemu dengan keluarga korban penembakan Parkland bersama dengan perwakilan korban yang selamat.

Trump tetap diam dalam sebagian besar pertemuan yang terjadi lebih dari satu jam. Media yang teliti memperhatikan di tangannya kartu catatan yang berisi beberapa kata kunci yang dituliskan di atasnya. Misalnya "apa yang bisa kita lakukan untuk membantu Anda aman?" Dan "Saya mendengarmu."

Sumber: www.yahoo.com
Sumber: www.yahoo.com
Dan dihadapkan pada cara memperbaiki keamanan sekolah, dia membuat proposalnya sendiri. Dengan mengatakan: "Ini hanya berlaku di tempat Anda yang memiliki orang yang sangat mahir menggunakan senjata api, dan Anda punya banyak. Dan itu bisa guru, dan pelatih. Jika pelatih memiliki senjata api di lokernya, jika dia memiliki senjata api, dia tidak perlu lari. Dia pasti akan menembak, dan itu akan menjadi akhir dari itu."

Proposal Trump diatas ini mendapat tentangan dari dunia pendidikan.

Randi Weingarten, Mantan Presiden Federasi Persatuan Guru (United Federation of Teachers) mengatakan: "Ini adalah ide yang mengerikan. Dan terus terang, itu justru akan menimbulkan masalah yang lebih buruk. Ini akan mengirimkan rasa aman palsu, dan ini akan membawa lebih banyak senjata ke sekolah daripada mengurangi."

Pada 22 Februari di Gedung Putih, Trump mengajukan beberapa tindakan pengontrolan senjata yang lebih spesifik, termasuk meningkatkan usia minimum untuk membeli senapan dari usia 18 sampai 21, menerapkan prosedur pemeriksaan latar belakang yang lebih ketat untuk pembeli senjata, dan melarang peralatan seperti "bump stocks" yang bisa meningkatkan tingkat kecepatan tembakan senjata.

Jadi, seberapa efektifkah tindakan Trump ini?

Analis keamanan berpandangan, meningkatnya pemilikan senjata umur 18 ke 21 tidak akan menyelesaikan masalah mendasar. Bahkan untuk orang tua keluarga, bisa saja mereka mungkin tidak menyimpan senjata mereka dengan aman, dan orang mungkin bisa mendapatkan senjata melalui saluran terlarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun