Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masalah Laut Tiongkok Selatan & “Kebebasan Navigasi” Bagi AS (1)

20 Februari 2016   20:52 Diperbarui: 20 Februari 2016   20:59 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AS selalu menekankan  motivasi untuk patroli di Laut Tiongkok Selatan sebagai mempertahankan “kebebasan navigasi,” tapi sebagian analis terutama dari pihak Tiongkok melihat operasi lain AS di Laut Tiongkok Selatan, sangat dipertanyakan motivasinya.

Militer AS dicurigai sedang terus mengembangkan “melenturkan ototnya” di Laut Tiongkok Selatan. Pada 9 Oktober 2015, AS dan Filipina telah melakukan latihan pendaratan bersama. Lokasi latihan di Provinsi Cavite, di pulau Luzon, Filipina. Laithan ini dihipotesis sebuah pulau yang telah diduduki pihak lain. AS dan Filipina melakukan operasi pendaratan untuk mengambil kembali pulau tersebut.

Menurut laporan,  Angkatan Bela Diri Jepang (JSDF) mengirim tim observasi, untuk melakukan latihan “unit mekanis amphibi” untuk bertanggung jawab dalam pertempuran dan perebutan pulau-pulau.

AS mengerahkan sekitar 800 personil, terutama marinir yang dimarkaskan di Okinawa, sementara militer Filipina mengerahkan sekitar 700 personil untuk bergabung dalam latihan ini.    

Romeo Tanaldo, Komandan Korps Marinir Filipina mengatakan; “Kami adalah satu tim. Kami adalah teman, kita adalah sekutu. Latihan ini menunjukkan kepada kita kemampuan dan kekuatan-kekuatan kedua belah pihak yang sebenarnya. Jadi ini yang kami peroleh hari ini. Dengan bermitra dengan sekutu kami. Itu akan selalu relevan untuk mengenal satu sama lain, dan pelatihan satu sama lain. Saya harap kita tidak berperang dengan mereka.”

Akira Miyazaki, perwira JSDF mengatakan, Lingkungan ini sangat mirip dengan Jepang, ini sangat menarik bagi kami. Hal ini sangat baik bagi kita untuk bertemu mereka semua dalam latihan.

Analis melihat AS berupaya memperkuat aliansi regional antara militer AS dan militer Jepang, AS dan Korsel, Jepang-Australia, AS-Jepang-Korsel, dan aliansi Jepang-Australia-India, serta bahkan mendirikan sejenis kerjasama militer dengan Vietnam.

Satu hal lagi yang sangat penting adalah kembali ke Asia-Pasifik di Laut Tiongkok Selatan. Tidak memiliki pangkalan militer di Laut Tiongkok Selatan, dan tidak mempunyai kondisi untuk membangun pangkalan. Jadi apa yang bisa AS lakukan? Tidak lain dengan secara teratur menampilkan kehadiran militernya disini. Untuk ini kita bisa melihat kekuatan militernya dengan patroli dari kapal perang dan pesawatnya.

Regularisasi patroli menandai penguatan peningkatan kehadiran militer di kawasan tersebut. Tidak hanya akan memberanikan sekutu AS, juga akan memperkuat kapasitas manajemen militernya di kawasan tersebut.

Mensetting aturan untuk Tiongkok sambil terus mendorong strategi Asia-Pasifik adalah rencana paling ideal bagi AS untuk patroli di Laut Tiongkok Selatan. Ini menjadi sorotan sebagian analis yang menginignkan kedamian di kawasan ini.

Tapi masalahnya akan efektifkah strategi ini? Yang dikhawatirkan adalah AS bermain permainan yang berbahaya ini, dan yang lebih ditakutkan lagi bagi negara yang tidak menurut dan tidak mau bersekutu dikhawatirkan akan ditimbulkan perang proxy di negara yang bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun