Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger

Suka maka, suka jalan, suka nulis, suka bercengkerama, suka keluarga. __::Twitter: @nuzululpunya __::IG: @nuzulularifin __::FB: nuzulul.arifin __::email: zulfahkomunika@gmail.com __::www.nuzulul.com::

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bertandang ke Markas "Berjaya di Tanah Legenda"

10 Desember 2015   03:24 Diperbarui: 10 Desember 2015   06:40 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[ Indahnya pemandangan Gedung Sate di pagi hari.]

Pagi Di Gedung Sate

Waktu di HP saya masih menunjukkan jam 04.20 WIB. Setelah tuntaskan salat Subuh berjamaah di Masjid Istiqamah, segera kaki saya langkahkan susuri jalan menuju Gedung Sate. Tujuan saya pagi ini untuk mengikuti acara yang diagendakan oleh sahabat Kompasianer Bandung. Sengaja saya datang pagi banget agar tak sampai terlambat datang. Maklumlah, sesuai maklumat Bang Aswi, jika datang lebih dari jam 08.00 WIB maka akan ditinggal bus rombongan. Berabe bukan? Lha wong saya datang jauh-jauh dari Surabaya, masak harus datang terlambat.

Senin pagi itu (7/12) suasana cukup atis. Setelah semalaman Bandung diguyur gerimis dan hujan di beberapa tempat. Sekitar 15 menit berjalan santai, sampai juga di gerbang depan Gedung Sate. Rencananya juga sih ingin sambangi Lapangan Gasibu. Sayangnya renovasi belum juga tuntas. Maklumlah, di beberapa tempat terutama taman-taman, Bandung sedang bersolek. Sebagai tuan rumah utama PON XIX dan PEPARNAS XV, Bandung pasti ingin menjamu tamunya dengan sebaik mungkin.

[Taman di seputaran Gedung Sate yang tertata rapi dan cantik.]

Alhamdulillah, justru kedatangan pagi itu banyak memberi pelajaran penting bagi saya. Semakin banyak yang bisa saya eksplor seputar Gedung Sate. Tambah satu lagi, semakin mengenal figur Gubernur Jawa Barat saat ini dari penuturan para punggawa Gedung Sate. Mulai dari Satpam, cleaning service, penjual bunga, penjaga 'kantin darurat', hingga karyawan. Semua bercerita lepas tanpa beban sesuai pengamatan dan pengalaman mereka masing-masing.

[Pos Satpam Gerbang Utama (utara) dengan penjaga yg sangat simpatik.]

Jujugan saya rupanya tepat. Pos Satpam gerbang utama (utara) menjadi pintu masuk saya. Setelah mohon izin untuk bertamu, saya disila untuk menunggu di dalam pos. Hanya ada seorang Satpam saja, sebab yang lain sedang berkeliling dan bergantian untuk tunaikan salat Subuh. Sekalian juga saya sampaikan untuk dapat berkeliling di seputaran Gedung Sate. Kemudian saya dijanjikan untuk bisa bertemu dengan bagian protokoler.

[Sepotong roti dan segelas kopi panas penghangat perut yg keroncongan.]

Nah, ternyata di ruang tunggu, tersedia 'kantin darurat'. Pagi yang atis itu akhirnya saya bisa ngupi cantik. Ditemani satu potong roti tawar, cukup mengisi perut yang kosong meronta. Cukup dengan 4.500 rupiah badan kembali segar. Asli saya salut dengan keberadaan kantin ini. Apalagi menurut para Satpam, kantin darurat ini sangat menunjang tugas mereka. Tak perlu jauh-jauh untuk mencari kopi saat malam hari. Di saat kantin Kantin Gedung Sate sudah tutup.

 

Inilah Gedung Sate

[Penampakan Gedung Sate dari dekat.]

Hari Senin, rupanya kegiatan rutin diawali dengan apel pagi yang dimulai jam 07.30 WIB. Pagi itu saya cukup beruntung sebab memperoleh izin dari bagian protokoler untuk keliling Gedung Sate. Tempat di mana Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat berkantor. Dengan diantar oleh seorang Satpam muda, Kang Denden, kami susuri satu demi satu ruangan yang tertata begitu artistik.

[Di dalam ruang tamu Gubernur Jawa Barat.]

Sambil berjalan, sempat saya tanya kesan-kesan bekerja di gedung yang cukup bersejarah ini. Meski baru bekerja belum sampai 3 tahun, ternyata cukup fasih juga jelaskan fungsi masing-masing ruangan. Hal ini sangat membantu saya untuk dapat menikmati setiap sudut ruangan yang saya lewati.

[Ruang kerja Gubernur di seberang sana.]

 

Begitu juga saat saya ingin 'mengintip' seputar ruangan penting Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan atau biasa disapa dengan Kang Aher. Gubernur Jawa Barat termuda saat terpilih tahun 2008 (periode I) yang lalu, 42 tahun. Bisa masuk di ruang tamu saja. Sementara untuk menuju ruang kerja pribadi perlu akses privasi. Tapi memandang dari kejauhan saja sudah cukup bagi saya kok.

[Sebagian kecil koleksi museum yang siap akan dipindah.]

Kemudian lanjut ke ruang-ruang penting lainnya. Sampai akhirnya menuju ke menara Gedung Sate. Terdapat museum yang berisi pernak-pernik barang-barang serta foto bersejarah. Ditambah beberapa diorama seni budaya Jawa Barat. Menurut Kang Deden, beberapa koleksi mulai dipindah ke lokasi museum yang baru di bagian lain dari Gedung Sate. 

[Pemandangan dari puncak menara Gedung Sate, Gunung Tangkuban Perahu di kejauhan.]

Setelah memutari ruangan, giliran pemandangan puncak menara menanti. Beberapa kali melihat dan mengunjungi Gedung Sate, baru sekali ini sampai juga di puncak 'menara pandang' Gedung Sate. Melihat Kota Bandung raya dari ujung gedung bersejarah disertai hembusan sepoi angin pagi membuat bulu kuduk sempat berdiri. Suasana 'magis' yang terasa sepertinya terbaca oleh Kang Deden. Beliau memberitahukan bahwa bagian atas ini dahulunya biasa digunakan oleh para nonik-nonik Belanda untuk bersantai. 

[Ruang makan di atas menara Gedung Sate. Sangat impresif.}

Beberapa langkah selanjutnya, naik ke arah ruang jamuan makan bagi para tamu khusus Gubernur Jawa Barat. Cukup sederhana namun tertata rapih dan artistik. Saya yakin, para tamu akan betah untuk melahap jamuan sambil bercengkerama di ruangan ini.

 

Menunggu Kumpul

[Persiapan tempat untuk apel pagi.]

Sekitar jam 07.10 WIB, saya putuskan untuk mengakhiri 'olah raga' pagi. Naik turun gunakan tangga di komplek utama Gedung Sate. Mengingat belum ada konfirmasi terakhir tempat kumpul dari Bang Aswi, saya putuskan untuk menunggu saja di Sekretariat PB PON XIX dan PEPARNAS XV 2016 Jawa Barat. Apalagi HP dan power bank kebetulan sedang low-bat.

[Aula Mashudi, yang diambil dari nama mantan Gubernur Jabar dan mantan Ka. Kwarnas Pramuka.]

Setelah bertanya ke Satpam, saya disila untuk menunggu di ruang tunggu yang berada di lantai 2. Setelah ke temu sofa. Langsung deh, saya selonjorkan kaki di atas sofa panjang. Lumayan untuk meregangkan otot-otot kaki yang mulai terasa keder. Sambil tengok kanan-kiri cari colokan listrik. Ternyata zonk. Baru menemukan colokan listrik setelah bertanya ke salah seorang petugas kebersihan. Nah, rupanya terletak tepat di pojok ujung depan Aula Mashudi yang baru beberapa hari diresmikan.

[Apel pagi pegawai di lingkungan Pemprov Jabar dimulai.]

Hampir satu jam menunggu konfirmasi selanjutnya. Memandangi aktivitas 'di bawah' dari lantai 2 Gedung B Sekdaprov ternyata dapat 'membunuh' kebosanan. Selain persiapan apel pagi, ada satu hal yang menarik juga. Aktivitas dari anggota POLRI yang berjumlah sekitar 3 kompi dari beberapa kesatuan. Ada apakah gerangan pikir saya saat itu? Masak apel pagi pegawai saja sampai melibatkan petugas yang begitu banyak dari kepolisian. Naluri sok kepo pun muncul.

[Persiapan aksi demo damai yg dilakukan oleh pendemo dan aparat kepolisian.]

Usut punya usut setelah turun ke bawah, ternyata petugas kepolisian sedang antisipasi demontrasi. Demikian keterangan salah seorang perwira melati 2 yang saya temui. Aksi dari Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat yang mendemo salah seorang bupati di Jawa Barat. Mereka menuntut aparat untuk menangkap pejabat tersebut atas indikasi terhadap penistaan agama.

 

Menuju Kantor PPM

[Registrasi dulu sekalian pembagian atribut untuk bekal keliling venues.]

Pas ketika saya ke luar dari Gedung B Sekdaprov. Jabar yang digunakan kantor PB PON XIX, bertemu dengan rombongan para K-ers Bandung yang dipimpin Bang Aswi. Ternyata tempat meeting point-nya adalah sekretariat/kantor Bidang Penyiaran Pelayanan Media (PPM) PON XIX 2016 Jabar. Kantor yang dipimpin oleh Pak Ateng Kusnandar ini, tepat berada di bagian belakang Gedung Sate. Kantor yang sudah saya lewati beberapa jam sebelumnya. 

Cukup speechless juga saat saya tahu bahwa saya satu-satunya Kompasianer dari luar Jawa Barat. Bahkan ada beberapa sahabat K-ers yang gak percaya kalau saya datang langsung dari Surabaya demi acara ini. Padahal bagi saya, nilai materi menjadi nomor ke-sekian agar bisa bersilaturrahim untuk acara sepenting ini. Apalagi diagendakan juga untuk bersua dengan Ketua Umum PB PON XIX dan PEPARNAS XV 2016 Jawa Barat, Kang Aher. Satu kesempatan langka bersejarah yang tak boleh saya sia-siakan tentunya.

[Nah, ini lagi persiapan ngebom twitter. Ternyata jebol jg dg #BerjayaDiTanahLegenda.]

Rupanya pilihan saya untuk mengikuti K-ers Bandung gathering dengan Kang Aher ini sungguh tepat. Bisa berkenalan dengan beberapa blogger/K-ers keren Bandung. Termasuk salah satu owner kaos kreatif Bandung, Eka Riani (Gurita Kaos Bisa Ngomong). Bisa menyaksikan beberapa venues pertandingan 6 cabor PON XIX 2016 di komplek Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Sekaligus dapat beramah-tamah dengan Kang Aher. Menyibak misteri salah satu gubernur yang 'bekerja dalam senyap'. 

Setelah melaksanakan briefing sejenak, kami semakin salut kepada PB PON XIX dan PEPERNAS 2016 Jabar. Bahwa kali ini adalah untuk pertama kalinya media gathering dilakukan. Media gathering pertama bersama para K-ers Bandung, dimana yang ke-dua baru akan dilakukan malam harinya bersama para punggawa media cetak dan online. Sungguh membahagiakan sekaligus mengharukan tentu saja. Bersyukur saya menjadi bagian dari 23 K-ers Bandung keren tersebut.

 

Bertandang ke Venues 6 Cabor PON XIX 2016 Jabar

Tepat jam 09.00 WIB, rombongan gathering segera beranjak dari Gedung Sate. Tujuan dari perjalanan ini adalah meninjau beberapa venues yang digunakan oleh 6 cabor yang dipertandingkan dalam PON XIX nanti. Kebetulan lokasi yang dituju tidaklah terlalu jauh. Hanya sekitar 15 menit, kami sampai di komplek fasilitas olah raga Fak. Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) UPI Bandung. 

[Gymnasium yg akan menggelar 2 cabor PON XIX 2016.]

Renovasi serta rehabilitasi fasilitas venues baru bisa dilaksanakan secara optimal mulai tahun 2015. Namun dengan mengusung semangat "Berjaya di Tanah Legenda", seluruh venues dikebut pengerjaannya 24 jam penuh. Sebagaimana terlihat di Gymnasium yang akan digunakan untuk 2 cabor, Hockey Indoor dan cabor bela diri Tae Kwon-Do. Ditambah lagi, di lokasi ini pula akhir Desember 2015 nanti akan dihelat Wisuda Sarjana dan Pasca Sarjana UPI Bandung. Tentu proses penyelesaiannya pun cukup serius.

[Dekan FPOK UPI sekaligus Ketua Satlak Preastasi KONI Jabar.]

Beralih ke venue berikutnya adalah lapangan softball. Sekitar 70% pengerjaan lapangan telah diselesaikan. Kendala yang dihadapi adalah telatnya penyediaan pipa paralon yang dipasang di lapisan paling bawah lapisan lapangan. Namun hal tersebut segera diatasi dengan pengerjaan yang dilakukan juga secara non stop. Dalam kunjungan ini, Dekan FPOK UPI, Yuyun Yudiana menjelaskan secara global. Bagaimana upaya Pemprov. Jabar, khususnya civitas akademika UPI Bandung berusaha untuk mendukung suksesnya pergelaran PON XIX dan PEPARNAS XV 2016. 

Harapan beliau bahwa kali ini kontingen Jabar harus memperoleh minimal 25% dari 753 medali emas yang diperebutkan. 10% diantara medali tersebut, diharapkan dapat direbut dari 4 venues yang berada di komplek UPI ini. Tentu bukan pekerjaan yang mudah menurut beliau. Dibutuhkan partisipasi seluruh masyarakat Bandung dan kab/kota penyelenggara cabor PON XIX, serta masyarakat Jabar umumnya.

[Sport hall yang akan menggelar cabor sepak takraw dalam proses finishing.]

Sementara di sport hall, sedang dituntaskan pengerjaan yang akan digunakan sebagai venue cabor sepak takraw. Lokasi sport hall ini hanya beberapa puluh meter saja dari gymnasium.

[Gelanggang renang berstandar internasional milik FPOK UPI Bandung.]

[Kolam loncat indah yang telah siap menyambut para atlet.]

Berjalan sekitar 200 meter, rombongan kami menuju lokasi cabor akuatik. Lokasi yang dituju adalah gelanggang renang. Di lokasi ini cabor renang, renang indah, dan loncat indah akan digelar. Satu-satunya kolam renang dengan standar internasional ini menjadi pilihan utama. Hal ini karena belum ada lagi gelanggang renang yang memiliki standar internasional di sekitaran Kota Bandung.

Sekitar 3 jam kami berkeliling untuk melihat kondisi 4 venues di komplek FPOK UPI Bandung. Tak terasa, perut pun mulai 'menggerutu'. Namun segera mendapat kabar gembira ketika diberitahu bahwa waktu makan siang tiba. Dengan bersemangat kami segera menuju bus yang sudah stand by di pinggir lapangan panjat dinding. Komplek UPI Bandung pun kami tinggalkan.

 

Bercengkerama Asyik Bersama Kang Aher

[Hampir tak ada bangku kosong di dalam restoran ini.]

[Nah, inilah sumber bau kayu berasal.]

Bertempat di Nasi Bancakan, Jl. Trunojoyo Bandung, acara makan siang sekaligus silaturrahim dengan Kang Aher digelar. Aroma kayu dan arang yang biasa saya cium pun semerbak menyebar di seluruh ruangan. Nampak ruang makan dalam sudah cukup padat oleh pecinta kuliner. Waktu makan siang menjadi salah satu alasan juga mungkin. Selain memang rumah makan ini sudah cukup terkenal bagi mereka yang sudah pernah ke Bandung.

[Coba, mau pilih yang mana hayo?]

Restoran atau lebih nyaman disebut warung, ini juga yang menjadi tempat favorit Kang Aher, Gubernur Jawa Barat saat ini. Menu makanan yang berasa khas Sunda dapat kita temui cukup lengkap di sini. Mulai minuman es goyobot, es cingcau, dan teman-temannya. Nasi bungkus plus beragam lauk, sayur, hingga sambal khas Sunda semua tersaji cukup lengkap di sini. Sampai-sampai saya pun bingung, mana yang harus saya pilih nanti. Hehehehe...

[Makan bersama menjadi penghangat suasana.]

Menikmati segelas es goyobot di siang yang cukup gerah menjadi begitu nikmat. Namun tak lama berselang, yang ditunggu-tunggu pun datang. Setelah mengucap salam, Kang Aher segera mengambil duduk di tempat lesehan. Beliau menolak untuk duduk di bangku yang sudah disiapkan. Ini sudah menjadi catatan tersendiri bagi saya. Semuanya dilakukan dengan begitu akrab dan tanpa sekat. Hingga saya pun bisa duduk bersanding di dekat beliau.

[Nah, Mbak Wawa dari Kompasiana pun ikutan kepo lho.]

Setelah cukup untuk menikmati seluruh hidangan, beliau pun segera mengajak kami untuk berdialog. Kesempatan itu tentu tak begitu saja disia-siakan. Setelah mengunjungi beberapa venues tentu banyak pertanyaan yang mulai mengusik. Mulai dari tahap persiapan, yang telah dilakukan, hingga target penyelesaian venues yang tersedia.

[Dengan telaten Kang Aher memaparkan sekaligus menjawab pertanyaan.]

Ada beberapa catatan yang disampaikan Kang Aher dalam paparannya. Diantara poin-poin penting tersebut diantaranya adalah:

  1. Penyelenggaraan PON XIX 2016 kali ini juga dibarengkan dengan penyelenggaraan PEPARNAS (Pekan Paralimpik Nasional) XV, dimana Jawa Barat menjadi tuan rumah.
  2. Mengingat tuan rumah adalah Jawa Barat, maka Ketum PB PON XIX sekaligus Gubernur Jawa Barat, melibatkan 15 dari 27 kab./kota di Jawa Barat.
  3. Jabar terpilih menjadi tuan rumah di tahun 2010, setelah mengalahkan Provinsi Banten diantara nominasi penyelenggara PON XIX.
  4. Tahun 2010 Jabar belum fokus untuk persiapan PON 2016, tapi lebih fokus ke persiapan PON XVIII Riau tahun 2012.
  5. Di tahun 2012 Ketua KONI Jabar yang baru, H. Syarief terpilih. Dengan kerja keras seluruh tim, akhirnya Jabar mampu meraih posisi runner-up yang selisih hanya 4 medali emas dengan kontingen DKI Jakarta.
  6. Di tahun 2012 itu pula akhirnya KONI membentuk kepengurusan PB PON XIX 2016 Jabar, dimana menunjuk Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan selaku Ketua Umum PB PON XIX 2016 Jabar.
  7. Kerja cepat pun segera dilakukan dengan melengkapi kepengurusan yang ada. Hingga perencanaan persiapan venue sesuai dengan cabor yang dipertandingkan.
  8. Keseluruhan dana PON dan PAPERNAS 2016 di Jawa Barat adalah sekitar 2 trilyun yang mulai dari perencanaan sudah melibatkan unsur-unsur dari kepolisian, kejaksaan, KPK, serta BPKB. Hal tersebut untuk menghindari akses buruk penyalahgunaan anggaran negara.
  9. Dalam pelaksanaan mulai tahap persiapan, Jabar ingin mengawali dengan membuat satu buku khusus yang disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan sejenis. Sehingga memudahkan pelaksana PON berikutnya serta tidak banyak lagi mengubah format. Diharapkan persiapan jadi lebih efisien.
  10. Jawa Barat kali mengusung jargon "Berjaya di Tanah Legenda" sebab Jabar memang sudah selayaknya menjadi juara umum dengan prestasi yang mengesankan. Jalan menuju hal tersebut mulai terbuka pasca kontingen Jabar menjadi juara umum di POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) 2015.
  11. 400 hotel, 100 event organizer, 5000-an relawan, 15 kab./kota yang disiapkan untuk mendukung suksesnya event PON XIX dan PEPARNAS XV 2016.
  12. Semboyan 'Catur Sukses' yang diusung Jabar sebagai tuan rumah yaitu: sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, sukses mengangkat potensi ekonomi kreatis, dan sukses administratif.
  13. Target 90% telah selesai pengerjaan fisik seluruh di bulan Desember 2015 ini.
  14. Target bulan Juni 2016 seluruh venues telah siap untuk digunakan sebagai tempat laga 44 cabor yang merupakan jumlah cabor terbanyak selama even PON digelar.
  15. Upacara pembukaan akan dilaksanakan di Stadion Sijalak Harupat dengan menampilkan kolaborasi budaya dan teknologi. Tak menutup kemungkinan juga jika Stadiun Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage dapat digunakan untuk menggelar penyisihan cabor sepak bola.

[#BerjayaDiTanahLegenda untuk Jabar nomor hiji.]

Mengingat agenda kegiatan yang cukup padat, maka Kang Aher segera berpamitan kepada kami. Meski demikian, tetap tak menampik untuk rombongan maupun rombongan tamu lain untuk meminta berfoto bersama. Saya juga tak menyia-nyiakan momen ini. Apalagi posisi duduk saya yang cuma beberapa senti saja dari beliau.

 

Ke Lapangan Saparua

[Lintasan untuk cabor sepatu roda di Lapangan Saparua.]

Sore mulai beranjak. Setelah selesai acara bincang-bincang seputar PON dan PEPARNAS 2016 bersama Kang Aher, rombongan kami pun segera meluncur menuju Lapangan Saparua Kota Bandung. Di lapangan ini akan digelar cabor sepatu roda yang menjadi salah satu andalan kontingen Jabar untuk meraih medali emas. Stadion ini dalam tahap perawatan dan telah siap digunakan. Oleh karena itu, fasilitas ini tidak diperbolehkan untuk dipergunakan sampai pada hari H pelaksaan PON.

 

Kembali Ke Gedung Sate

Tak habis-habisnya cerita perjalanan bertandang ke markas tuan rumah PON XIX dan PEPARNAS XV ini. Setelah puter-puter ke venue di sekitar Kota Bandung, kami kembali lagi ke komplek Gedung Sate. Tawaran untuk 'naik' ke menara Gedung Sate menjadi sangat menarik bagi para K-ers Bandung. Maklum, ternyata cukup banyak yang belum pernah naik sampai ke puncak. Sementara saya cukup menunggu di ruang tunggu tamu. Sebab saya telah naik pagi harinya.

[Bersama Lili yg menjadai salah satu maskot.]

Saya pun tak melewatkan untuk mendokumentasikan maskot PON XIX dan PEPARNAS XV 2016 yaitu Lili dan Lala. Lili dan Lala ini adalah representasi dari 'Surili' (Presbytis Comata) habitat primata asli Jawa Barat yang kini terancam punah. Sifat primata ini yang lucu, bersahaja, lincah, dan penuh kehangatan lengkingannya seolah mewakili sebagian sifat dan kekuatan para atlet. 

[Lala, maskot pasangan Lili.]

Mau tahu kenapa Lili dan Lala menggunakan Iket (pengikat kepala khas Jabar)? Hal itu sebagai cerminan atas sikap luhur tradisi serta karakter masyarakat Jabar yaitu 'Cageur, Bagaeur, Bener, Singer, jeung Pinter'. Cageur artinya yakin untuk sehat jasmani dan rohani. Bageur artinya baik hati. Bener artinya jujur atau tidak bohong. Singer artinya penuh mawas diri. Sementara pinter artinya pandai ilmu dunia dan akhirat.

[Suasana yang adem di Masjid Al Muttaqin membuat betah berzikir di dalamnya.]

Pas jam 15.00 WIB kami pun berkumpul kembali. Menyempatkan foto bersama kru dari PPM PB PON XIX dan PEPERNAS XV 2016 di depan Gedung Sate. Tak berpa lamu kemudian, azan pertanda salat Asar pun berkumandang dari Masjid Al Muttaqin Komplek Gedung Sate. Nampak Kang Aher, bergegas menuju masjid. Saya pun bersalaman dan berpamitan dengan para K-ers Bandung. Kemudian segera menghambur agar tak tertinggal salat jamaah Asar.

Alhamdulillah sekali lagi. Bertandang ke markas "Berjaya di Tanah Legenda" ini banyak membersitkan kesan bagi saya. Berbagai kisah tentang sebuah perjuangan dan figur pimpinan yang cukup disegani masyarakatnya. Bukan karena kepopulerannya atau kekayaannya. Namun figur pekerja keras yang kurang begitu memperhatikan 'pencitraan diri' di era para pemimpin 'kemaruk citra diri'.

___________________________

NB: foto-foto adalah dokumen pribadi.

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun