Mohon tunggu...
Conan Edogawa
Conan Edogawa Mohon Tunggu... -

* Pemerhati Poleksosbud\r\n* Artis rumahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nenek Moyang Kita Bukan Orang Kantoran

30 Desember 2016   15:22 Diperbarui: 30 Desember 2016   15:55 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"♫♫ Nenek moyangku seorang pelaut ♫♫"

Begitulah salah satu lagu Nusantara yang pernah diajarkan ketika kita masih kecil. Ini menggambarkan bahwa di Nusantara ini, orang-orang pergi melaut untuk mencari nafkah. Apabila lagu itu dibuat di masa sekarang, mungkin liriknya akan menjadi "Nenek moyangku orang kantoran". Hahaha...

Begitulah dewasa ini. Banyak dari kita mencari nafkah sudah tidak seperti nenek moyang kita. Kita bekerja dari jam 8 pagi sampai 5 sore, terkungkung dalam kubikal, atau ruangan yang besar untuk yang levelnya lebih tinggi, dari Senin sampai Jumat, mulai dari awal bekerja sampai pensiun, atau kontrak berakhir. Belum lagi perjalanan menuju kantor, ada yang berpeluh di angkutan umum, berdesakan dalam kereta, berkutat dengan asap knalpot ketika berkendara naik motor, atau macet-macetan untuk yang naik mobil. Semua dalam rangka kelangsungan hidup dalam mencari nafkah.

Memang ada orang-orang yang kerjanya bersifat lapangan. Tapi, kita lihat saja keadaan yang ada sekarang. Kebanyakan orang bekerja di belakang meja. Di kantor. Itulah sebabnya di kota-kota besar banyak gedung perkantoran. Di dalamnya berisikan orang-orang tersebut di atas.

Kalau kita berani, sebenarnya banyak pilihan untuk mencari nafkah. Travel blogger, misalnya. Mungkin pekerjaan yang paling menarik: pergi jalan-jalan sambil dapat duit dari menulis hasil jalan-jalannya. Saya tahu, pasti akan keluar pertanyaan, "Tapi kan..."? Itulah sulitnya. Kita punya pilihan, kita sudah hantam diri kita sendiri dengan pertanyaan itu. Itu yang membuat banyak dari kita, termasuk saya sendiri, untuk tidak berani keluar dari pakem pergi kantor-pulang ke rumah itu. Karena memang itu skema yang paling aman, dari jaman dulu sampai sekarang dan seterusnya.

Pemikiran saya di atas muncul lagi menjelang berakhirnya tenor terakhir kontrak saya. Saya sebenarnya banyak melihat oportunitas. Saya bisa melakukan hal selain pekerjaan kantor. Sayangnya, pemikiran ini kurang didukung. Dan, memang, kurangnya dukungan ini memang ada impact ke semangat saya untuk mencoba sesuatu yang baru. Mungkin juga karena stigma pakem pekerjaan kantor itu memang yang dianggap paling menjamin. Siapa yang tidak ingin punya pendapatan pasti tiap bulan?

Sesuatu yang baru itu tidak selalu menjamin pendapatan pasti yang jumlahnya sama tiap bulan. Travel blogger, penulis, pengusaha, pemusik, artis, apa mereka punya pendapatan pasti? Tentu tidak. Ada yang tergantung dari kreatifitas. Ada yang tergantung dari jumlah tawaran. Memang begitu sifat profesinya: serba tidak pasti. Tapi, di situ oportunitasnya.

Itulah kata kunci yang membuat kita semua takut mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang lain daripada pakem kerja kantoran: job security. Makin kita mapan, makin kita takut mencoba. Memang sih, ada kisah-kisah orang yang melepas pekerjaan mapannya demi mencoba sesuatu yang baru. Tapi, sejauh yang pernah saya baca, kebanyakan mereka itu adalah orang-orang di luar negeri. Negeri yang ada jaminan sosial dari negara untuk rakyatnya.

Saya di sini ngomongin Indonesia. Negeri yang iklim bisnisnya memang saat ini kurang bagus. Ada yang pernah coba memulai bisnis belakangan ini? Yang saya maksud bisnis bukan semacam MLM. Tapi, bisnis. Usaha. Entah itu usaha penyedia jasa layanan, atau barang.
Atau, kalaupun tidak berbisnis, bisa memulai profesi seperti menulis.

Saya yakin, tidak ada orang yang ingin terkungkung dalam dinding seharian. Banyak orang mengaku suka dengan pekerjaannya. Bisa jadi itu adalah usaha untuk menghibur dirinya sendiri mengingat dia tidak bisa ke luar dari zona nyamannya. Saya yakin, apabila ada kesempatan orang bisa mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan tetap dan mengharuskan dia bepergian (bepergian, bukan pergi tapi untuk meeting bisnis), dia akan ambil kesempatan itu. Ciri-ciri kita tidak suka pekerjaan kita adalah kita malas dengan hari Senin. Atau, perasaan berat pergi ke kantor setelah liburan panjang. Hampir tidak ada orang yang senang dengan berakhirnya liburan panjang karena besoknya akan kembali ke kantor.

Begitulah, entah dari mana asalnya pekerjaan yang bersifat kantoran ini. Padahal, nenek moyang kita saja pergi melaut. Melanglang buana. Kapan Anda-anda yang kerja kantoran jadi pelaut? :)

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun