Mohon tunggu...
MAITSAA ALIIFAH
MAITSAA ALIIFAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43221010100 - Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

A-301_Kuis 1: Teknologi Sistem Informasi Akuntansi dengan Pemikiran Mahatma Gandhi

6 April 2023   20:52 Diperbarui: 6 April 2023   22:53 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

NIM : 43221010118

Nama : Maitsaa Aliifah

Kampus : Universitas Mercu Buana

Matkul : Sistem Informasi Akuntansi

                                                                                                                                     

Mahatma Gandhi memiliki nama asli Mohandas Karamchand Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, Kathiawar, India yang sekarang dikenal dengan nama Gujarat, India Barat. Mahatma Gandhi adalah tokoh penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Mahatma merupakan seorang pemimpin spiritual dan pilikus india serta seorang aktivis pergerakan yang tidak menggunakan kekerasan dan mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai yang dikenal sebagai “Bapak Bangsa India” dan “Mahatma” yang berarti “Jiwa Agung” (great soul).

Gandhi dilahirkan oleh Putibai, yang merupakan istri keempat dari anggota dewan negara bagian Rajkot, Karamchand Gandhi pada 2 oktober 1869. Putibai adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Sehingga rumah yang ia tempati, sekaligus untuk membesarkan seorang Gandhi, dipenuhi dengan pemujaan kepada Dewa Wisnu, dengan kecondongan terhadap aliran Jainisme. Keyakinan ajaran Jainisme yakni hidup tanpa kekerasan dan segala yang di alam adalah abadi. Lingkungan tumbuh yang demikian kemudian membentuk prinsip hidup Gandhi yang terkenal “pergerakan tanpa kekerasan”.

Mahatma Gandhi pernah melakukan studi di University College London, dia merupakan salah satu pribumi yang beruntung bisa mengecap pendidikan di luar negeri. Setelah menyelesaikan studinya di University College London Gandhi menjadi sarjana hukum dan kembali ke India menjadi seorang pengacara di Bombay namun di profesi ini Gandhi tidak sukses. Kemudian Mahatma Gandhi berpindah ke Afrika Selatan tepatnya di Durban bergabung dengan biro hukum India.

Di afrika selatan Gandhi mengamati adanya penindasan ras yaitu kulit putih yang menindas kulit hitam di afrika selatan yang disebut dengan apartheid. Sejak saat itu pula ia ikut turun untuk memperjuangkan ras hitam dan melakukan perjuangan pasif dan non kooperatif yang berakibat Mahatma Gandhi sering dipenjara. Ketika terjadi perang Boer, Ia menjadi pemimpin korps ambulans tentara Inggris serta menjadi pemimpin pula di unit Palang Merah. Hingga kemudian, Gandhi memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik yang bertujuan untuk mengubah hukum-hukum diskriminatif tersebut. Gandhi juga membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.

Gandhi selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidakadilan tanpa melakukan kekerasan. Selama tinggal di Afrika selatan Gandhi mulai mengembangkan idenya yang disebut dengan Ahimsa yang artinya anti kekerasan dan mengajarkan orang-orang india yang hidup di sana tentang cara bagaimana menerapkan Ahimsa untuk mengatasi berbagai ketidak adilan yang mereka alami.

Gandi kembali ke India lagi setelah tuntutan warga India dikabulkan oleh Inggris. Ketika kembali ke India, gandhi membantu dalam proses kemerdekaan India dari tangan jajahan Inggris, Gandhi melakukan perlawanan terhadap penjajahan Inggris menuntut otonomi India dengan konsep Satyagraha (kebenaran dan keteguhan), hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk membentuk Persemakmuran

Saat di India, Gandhi melakukan perlawanan terhadap penjajahan Inggris menuntut otonomi India dengan konsep Satyagraha (kebenaran dan keteguhan). Perlawanan non kooperasi dipimpin oleh Gandhi dengan melakukan peletakan jabatan serta pemogokan masal oleh rakyat India. Gandhi menganggap bahwa kemelaratan yang saat itu terjadi di India dikarenakan adanya eksploitasi dan penjajahan Inggris.

Perbedaan Agama dan suku yang dianut rakyat India kala itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi bebrapa negara agar kelompok yang berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah seorang Hindu yang memiliki pemikiran-pemikiran dari agama lain termasuk Islam dan Kristen. Gandhi percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara dalam di dalam satu negara.

Pada tahun 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara yaitu India dan pakistan. Hal tersebut tidak disetujui oleh Gandhi. Sementara pergerakan terus berlangsung, Gandhi tetap terus melanjutkan pencarian kebenaran dan merancang strategi yang sesuai untuk menghadapi musuh. Gandhi menyebutnya sebagai Satyagraha yaitu Penegakan Kebenaran.

Gandhi meyakini bahwa dengan melihat penderitaan seseorang yang menegakkan kebenaran pasti akan memberi pengaruh dan akan menyentuh nurani pelaku kesewenangan dari musuh. Dengan prinsip tersebut, Satyagraha kemudian dijalankan secara luas dan efektif dalam memperjuangkan kemerdekaan. Perjuangan Gandhi akhirnya mencapai titik puncak dimana Inggris tidak lagi sanggup bertahan menentang ribuan rakyat yang menentang jajahan Inggris dengan melakukan aksi-damai menuntut kemerdekaan.

Gandhi ketika mencetuskan pemisahan pakistan menuai banyak kecaman. Banyak bentrokan terjadi antara Hindu dan Muslim. Gandhi menghimbau adanya kerukunan bagi kedua umat tersebut. Ketika terjadi kerusuhan-kerusuhan Gandhi berpuasa untuk mewujudkan perdamaian. Gandhi meyakini bahwa setiap usaha dan perjuangan yang dilakukan oleh mereka yang dibimbing langsung olehnya dalam menjalankan Satyagraha dan karena ajaran dan pelatihan satyagraha tersebut perjuangan mereka membawa hasil.  

Sayangnya, bentrokan tersebut hanya berhasil berhenti selama seminggu. Ada beberapa orang dari masing-masing golongan yang akhirnya membenci dirinya dan tetap melakukan pemberontakan. Saat sedang akan berdoa Gandi meninggal akibat penembakan yang dilakukan oleh seorang nasionalis ekstrim dan Hindu fanatik bernama Nathuram Godse, yang menentang keputusannya perihal perekonomian untuk penduduk Pakistan. Orang tersebut menembaknya karena berpikiran bahwa Gandhi terlalu memihak kaum muslim. Akibat kejadian tersebut, nyawa Mahatma Gandhi tidak bisa diselamatkan. Ia meninggal tak lama setelah ditembak. Rakyat India pun berduka atas kepergiannya. Jasad Gandhi kemudian dikremasi di daerah Rajghat, Delhi (tempatnya meninggal) dan abunya ditabur di banyak tempat untuk mengenang jasa-jasanya.

Mahatma Gandhi sering mengatakan jika nilai-nilai yang ada dalam setiap ajarannya sangat sederhana yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional, yaitu kebenaran (Satya), non kekerasan (Ahimsa), larangan untuk membunuh (Nir), pemogokan nasional(Hartal), dan cinta pada produk dalam negeri (Swadesi).

  • Ahimsa
    Ahimsa memiliki arti tidak menyakiti. Secara luas, menyakiti yang dimaksud tidak hanya yang bersinggungan dengan fisik melainkan juga dengan perasaan. Artinya hal ini termasuk membenci dan memperalat yang dapat menimbulkan sakit hati orang lain. Gandhi senantiasa mendahulukan bentuk kasih sayang, tenggang rasa dan toleransi dengan demikian konsep ahimsa ini menekankan pada tindakan damai dalam menghadapi ketidakadilan.

  • Nir-Kekerasan
    Nir-kekerasan adalah larangan untuk membunuh yang ia peroleh dari ajaran kitab Injil. Pemikiran ini dipegang teguh oleh Gandhi karena dianggap parallel dengan konsep ahimsa. Realisasi nir-kekerasan dilakukan melalui menanggungkan penderitaan dengan rasa cinta dan kerelaan hati, hingga akan mampu meluluhkan hati musuh-musuh tanpa membunuh.

  • Satyagraha
    Satyagraha adalah gerakan yang digaungkan untuk melakukan perjuangan politik dan sosial. Secara bahasa satyagraha memiliki arti kebenaran. Pencarian kebenaran ini dilakukan dengan memperbaiki kesalahan menggunakan cinta damai dan anti kekerasan. Oleh karenanya, satyagraha kemudian lebih dikenal sebagai gerakan tanpa kekerasan.

  • Hartal
    Hartal diartikan sebagai pemogokan nasional. Ketika melakukan hartal maka kegiatan sosial dan buruh pabrik akan diberhentikan termasuk toko dan pasar yang ditutup. Hal ini merupakan alat protes politik yang cukup efektif untuk digencarkan.

  • Swadesi
    Swadesi adalah gerakan cinta produk dalam negeri. Swadesi digunakan Gandhi untuk bergerak mengingat sumber daya manusia di India yang besar, sehingga gerakan ini ditanamkan agar masyarakat tergerak untuk memproduksi kebutuhannya sendiri. Sebagai inisiasi, Gandhi memopulerkan industri pemintalan kapas menjadi kain, dengan demikian India mampu membuat pakaiannya sendiri. Swadesi bertujuan jangka panjang agar India mampu berdikari di atas kaki sendiri tanpa bergantung terhadap negara lain.

 Dokpri
 Dokpri
                                                                                                                                    

TEKNOLOGI TEPAT GUNA MAHATMA GANDHI

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. Teknologi tepat guna dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Teknologi tepat guna adalah umumnya dikenal sebagai pilihan teknologi beserta aplikasinya yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi, berskala relatif kecil, padat karya, hemat energi, dan terkait erat dengan kondisi lokal. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal mungkin dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

Teknologi tepat guna paling sering didiskusikan dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah alternatif dari proses transfer teknologi padat modal dari negara-negara industri maju ke negara-negara berkembang. Namun, gerakan teknologi tepat guna dapat ditemukan baik di negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, gerakan teknologi tepat guna muncul menyusul krisis energi tahun 1970 dan berfokus terutama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan (sustainability). Di samping itu, istilah teknologi tepat guna di negara maju memiliki arti yang berlainan, sering kali merujuk pada teknik atau rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial dan lingkungan.

Secara luas, istilah teknologi tepat guna biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju. Seperti dijelaskan di atas, bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal". Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna sering kali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu.

Mahatma Gandhi merupakan seorang pencetus yang mengawali adanya pendekatan teknologi tepat guna. Meskipun pada masa itu belum diperkenalkan adanya istilah teknologi tepat guna tetapi Mahatma Gandhi sudah memanfaatkan teknologi sederhana berbasis kondisi lokal. Mahatma Gandhi mencetuskan sebagian besar berupa teknologi berbasis pedesaan untuk membantu desa-desa di India agar menjadi mandiri.

Pada tahun 1925 Gandhi mendirikan the All-India Spinners Association dan pada tahun 1935. Setiap anggota Asosiasi Pemintal Seluruh India berkewajiban untuk Menyebarkan Charkha. All India Spinners Association didirikan sebagai bagian integral dari organisasi Kongres. Ini terdiri dari anggota, rekan dan donor dengan dewan eksekutif. Itu didirikan sebagai organisasi ahli untuk pengembangan pemintalan tangan dan Khaddar dengan keberadaan dan kekuatan independen. dia pensiun dari dunia politik untuk membentuk the All-India Village Industries Association. Kedua organisasi tersebut menempatkan fokusnya pada teknologi berbasis pedesaan yang mirip dengan gerakan teknologi tepat guna yang tumbuh pesat beberapa dekade setelah itu.

Menurut pandangan Mahatma Gandhi, ia tidak setuju dengan ide mengenai teknologi yang menguntungkan hanya sebagian kecil orang dengan mengorbankan sebagian besar yang lain, termasuk penerapan teknologi yang menyebabkan banyak pengurangan tenaga kerja hanya demi meningkatkan keuntungan saja. Kritiknya Mahatma Gandhi pada teknologi: “Tubuhku Ini Tak Lain Adalah Bentuk Mesin Rumit, Bagaimana Aku Bisa Anti Mesin? Alat pintalku, tusuk gigi ini adalah mesin; Aku tidak membernci mesin, namun aku benci pada rasa suka berlebihan kepada mesin; Aku tidak suka Mesin yang Melemahkan kekuatan Manusia”.

Ada yang membicarakan tentang efisiensi tenaga manusia, sementara ribuan orang terlantar ke pinggiran jalan tanpa pekerjaaan. Harusnya bukan untuk sekelompok orang, tidak hanya dikhususkan dibeberapa tangan orang, namun semua orang (teknologi adalah martabat manusia keseluruhan) tanpa ketegori. Menurut Gandhi, mesin teknologi jangan sampai memiliki kriteria sebagai berikut:

  • Material anti Humanisme.
  • Human Labor, dan manusia menjadi tidak relevan.
  • Eksplorasi ekonomi (Modal Ekspanasi) dan menjadi musuh peradaban dunia.
  • Adanya jarak ketegangan social.
  • Individualisme tak berkesudahan.
  • Sains harus mampu memberikan kepuasan kepda kelaparan tubuh, pikiran, jiwa

Mesin harus memiliki tujuannya sendiri, dan mereka selalu seperti itu, dan wajib berbagi ruang dengan manusia, namun mesin teknologi jangan sampai meruntuhkan kontribusi manusia sampai unit terakhir. Mahatma Gandhi berpesan bahwa teknologi perlu dihindarkan apabila:

  • Hanya menyenangkan tapi untuk kepentingan diri sendiri
  • Membuat manusia tidak mau beraktivitas.
  • Mempengaruhi psikologi perilaku.
  • Menuntun manusia kearah yang salah.
  • Mengubah citra dan identitas pribadi di tengah masyarakat.

Mahatma Gandhi menekankan bahwa teknologi tepat guna harus menghasilkan nilai tambah dalam aspek ekonomi agar dapat dipergunakan sesuai kebutuhan masyarakat, serta mempertimbangkan dampak social dan lingkukan yang akan ditimbulkan. Dia berkata, “Tidak ada yang menentang mesin atau menentang penyalahgunaannya, atau penggunaannya yang berlebihan”. Oleh karena itu dia ingin orang menilai mereka berdasarkan konsekuensinya terhadap berbagai aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan. Menurut Mahatma Gandhi teknologi tepat guna memiliki 5 kebermanfaatan, yaitu:

  • Tidak meninggalkan nilai-nilai tradisional kebaikan.
  • Mempermudah manusia, mental Spritual, dan multi dimensi.
  • Adanya proses memberi-menerima antara teknologi dengan moral kehidupan manusia.
  • Keberlanjutan sepanjang hayat dan dampaknya untuk generasi mendatang.
  • Adanya distribusi untuk semua manusia, bukan hanya untuk manusia tertentu.

Mahatma Gandhi sangat kritis tentang cara khas manusia menghubungkan dirinya dengan dunia dan lingkungan di zaman modern. Tumbuhnya ketergantungan manusia pada mesin adalah fitur lain dari industrialisasi, yang menurut Gandhi tidak dapat diterima. Seperti yang telah kita lihat, dia tidak menentang industrialisasi seperti itu. Dia keberatan dengan cara industri dan teknologi baru dimasukkan ke dalam masyarakat. Dia memiliki gagasan tentang hidup berdampingan secara damai, di mana industrialisasi berjalan seiring dengan kerajinan desa dan tenaga kerja manusia. Dia menambahkan: “Saya memvisualisasikan listrik, pembuatan kapal, besi, pembuatan mesin, dan sejenisnya yang ada berdampingan dengan kerajinan tangan desa. Tapi urutan ketergantungan akan dibalik.” Dia menemukan bahwa kerajinan tangan dan tenaga kerja desa adalah tanggapan paling langsung terhadap kebutuhan dan keinginan manusia yang sejati. Tapi dia siap menerima penggunaan mesin di mana pun itu tidak bisa dihindari, dan menentang ketergantungan yang berlebihan padanya.

Dari perspektif lingkungan, ia mengamati bahwa ketergantungan pada mesin ini telah menghancurkan hubungan manusia yang tidak terpisahkan dengan alam. Menurutnya, hubungan alami seperti itu ditemukan dalam kerja manual, di mana tidak ada mesin yang masuk di antara keduanya. Dia mengatakan bahwa, “Melupakan bagaimana menggali tanah dan merawat tanah berarti melupakan diri kita sendiri.” Di sini alam diperlakukan sebagai sesuatu yang berbeda dari manusia; yang selalu dituju manusia untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Dia khawatir tentang naluri hewani manusia yang tidak mengenal batas nafsu makan mereka. Hind Swaraj untuk Gandhi dengan demikian merupakan upaya untuk melihat keindahan dalam kesederhanaan sukarela, kemiskinan (sukarela), dan kelambatan.

Konsep gagasan Gandhi dalam tercapainya swaraj adalah terciptanya satu masyarakat yang mandiri dan berkompetensi diri yang mumpuni dalam hal upayanya meraih satu kesejahteraan integral. Dalam sisi sosial, gerakan ini juga dimaknai oleh Gandhi sebagai upaya pendisiplinan dan pembentukan mental warga India dalam menyongsong cita-cita swaraj. Setiap individu dalam masyarakat India, oleh Gandhi, sebisa mungkin dikondisikan sebagai individu yang berkemampuan dan berkompetensi untuk (minimal) menyokong kebutuhan dirinya sendiri.

Komitmennya pada ahimsa, atau tanpa kekerasan sudah lengkap, tapi tidak idealis. Seperti dijelaskan di atas, dia tidak pernah menjadi penentang modernisasi dan bahkan industrialisasi yang dogmatis, tetapi lebih peduli dengan penggabungan yang bijaksana dari fenomena baru semacam itu ke dalam kehidupan manusia, tanpa mengganggu hubungan alami dan bawaan manusia dengan alam dan lingkungan. Ia memvisualisasikan dudukan semua nilai dan etika manusia yang baginya bertanggung jawab atas semua kemajuan dan perkembangan manusia dalam hubungan yang tak terpatahkan itu.

Hubungan antara teknologi Sistem Informasi Akuntansi dengan pemikiran Mahatma Gandhi yang dapat kita ambil yaitu perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap manusia. Seperti yang kita ketahui Efektivitas sistem informasi akuntansi merupakan suatu keberhasilan yang dicapai oleh sistem informasi akuntansi dalam menghasilkan informasi secara tepat waktu, akurat, dan dapat dipercaya. Dampak yang diperoleh adalah teknologi informasi telah memberikan kemudahan bagi karyawan dalam melakukan pemrosesan data. Teknologi merupakan alat yang berguna untuk membantu individu dalam penyelesaian pekerjannya.

Kecanggihan teknologi di masa kini memiliki perkembangan yang pesat bahkan mampu menghasilkan beraneka ragam teknologi sistem yang dirancang untuk membantu pekerjaan manusia dalam menghasilkan kualitas informasi terbaik. Kenanekaragaman teknologi tersebut memberikan kemudahan bagi para pengguna teknologi dalam implementasi. Keefektifan sistem informasi akuntansi dapat mengukur keunggulan daya saing yang dapat diciptakan oleh perusahaan. Peningkatan efektivitas sistem informasi akuntansi memerlukan adanya peran dan partisipasi manajemen dalam mendukung implementasi dan pengembangan sistem informasi akuntansi.

Pengetahuan manajer akuntansi terhadap sistem informasi juga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam aplikasi serta pengembangan sistem informasi akuntansi. Keluaran yang dihasilkan dari sistem informasi akuntansi adalah berupa laporan keuangan yang akan diserahkan kepada pihak manajemen dan akan digunakan sebagai alat pengambilan keputusan. Sistem dapat dikatakan efektif apabila sistem mampu menghasilkan informasi yang dapat diterima dan mampu memenuhi harapan informasi secara tepat waktu (timely), akurat (accurate), dan dapat dipercaya (reliable).

Kemajuan teknologi mempengaruhi perkembangan akuntansi. Peranan TI terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan SIA dalam hal pemrosesan data, pengendalian intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan. Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan, maka perkembangan teknologi yang semakin pesat mulai menggeser kendali pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Sebagian orang menganggap dengan ditemukannya berbagai aplikasi yang mampu membantu dalam penyusunan laporan keuangan akan memberikan ancaman tersendiri terhadap profesi akuntan. Mereka menganggap bahwa dengan ditemukannya software tersebut dapat mengurangi jumlah kebutuhan tenaga kerja dibidang akuntansi. Namun, meskipun semakin banyak software akuntansi yang mampu membuat laporan keuangan tersebut, profesi akuntan tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Hal ini selaras dengan pemikiran Mahatma Gandhi mengenai teknologi tepat guna, penggunaan teknologi pada Sistem Informasi Akuntansi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penggunaan teknologi pada SIA dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. Diharapkan penggunaan teknologi ini dapat membantu memudahkan manusia dalam efektifitas, penghematan waktu dan biaya dan memiliki manfaat besar untuk semua manusia bukan hanya beberapa kalangan. Penggunaan teknologi pada SIA diharapkan mampu dipergunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tetap memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya.


CITASI

Apollo. (2023, April 05). Filsafat Teknologi Mahatma Gandhi. Retrieved from Kompasiana.

Apollo. (2023). Sistem Informasi Akuntansi Teknologi Informasi Bahan Materi Mahatma Gandhi. Jakarta.

Chakrabarty, B. (2007). Mahatma Gandhi: The Historical Biography. The Lotus Collection.

Joyo, P. R. (2019). Mengenal Mahatma Gandhi Dan Ajarannya. Dharma Duta.

Noviari, N. (2007). Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi Terhadap Perkembangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi.

Ratnaningsih, K. I., & Suaryana, I. N. (2014). Pengaruh Kecanggihan Teknologi Informasi Informasi, Partisipasi Manajemen, dan Pengetahuan Manajer Akuntansi Pada Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Sreekumar N., N. K. (2011). Gandhi’s Criticism of Industrialization and Modernity: An Environmental Perspective.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun