Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mati Suri (Bagian 5)

3 November 2022   16:44 Diperbarui: 3 November 2022   16:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image pexels-t-nguyn

Angin dingin menyapu wajahku. Sayup-sayup kudengar alunan kidung puji-pujian. Udara dipenuhi dengan aroma dupa dan beraneka bunga. Aku merinding.

"Ma, Kak Zoya menangis." Kudengar suara Theo adikku.

Aku membuka mata lalu menutupnya kembali karena silau cahaya lampu. Ruangan ini terlalu terang benderang.

"Ma---, " panggilku pelan. Suaraku terdengar kasar, tenggorokanku sakit sekali.

"Zoya? Kamu hidup kembali, Nak?" pekik mama tak percaya, "panggil dokter. Theo, panggil dokter!"

Aku heran, kubuka kembali mataku. Ada banyak orang mengelilingiku. Aku berusaha menggerakkan tangan, tetapi terasa berat. Aku menoleh dan terkejut. "Kenapa aku ada di dalam peti? Ma---! Pa---!" teriakku parau.

Om Kevin datang memeriksa. Ia menyenteri kedua mataku dan memeriksa denyut nadiku.

"Zoya masih hidup, Bu. Tolong keluarkan dia, beri minum dan udara segar. Gadis ini mengalami mati suri. Dia baru saja bangkit dari kematian," kata dokter itu tegas.

Papa menatap tak percaya. Ia bergegas mengangkatku dan menurunkan di atas sofa di samping peti. Theo mengintip takut-takut dari belakangnya. Mama lalu memberiku air mineral sambil menangis haru.

"Apa yang terjadi, Ma? Di mana ini?" tanyaku lagi.

"Kita di rumah duka, Sayang. Kamu jatuh dari tangga tadi pagi dan tidak sadar. Saat tiba di rumah sakit, kamu dinyatakan meninggal. Maaf, Sayang, kami tidak tahu. Kami memasukkanmu ke peti mati ...." Tangis mama kembali pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun