Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, mental, politik dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apa Sulitnya Sabar, Sih?

3 Maret 2025   01:40 Diperbarui: 3 Maret 2025   01:49 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebagai heran (Sumber: pixabay.com)

"Padahal mah bisa sabar, ya, menunggu," begitu kata sopir melihat sikap seorang pengendara motor, yang jelas mobilnya sedang parker tapi motor itu tetap menerabas tanpa menghiraukan mobil.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Hal ini mengingatkan aku pada ulah pengendara mobil dan motor di terminal Kadu Banen. Mobil barang yang cukup besar mau keluar dari terminal itu ke arah Lebak. Meski pun sudah mepet dan pas-pasan, kendaraan yang ada bukannya memberi ruang agar bebas keluar. Yang ada ada malah merangsek hampir saja motor itu tertabrak atau tejepit.

Dalam hati aku hanya bisa berujar, "apa susahnya sabar menunggu?"

Berapa lama sih menunggu paling hanya beberapa menit tak sampai berjam-jam. Entah kenapa "menunggu" seperti hal yang tabu dan amat sulit dilakukan. Merobos sudah menjadi kebiasaan.

Hal ini pernah pula disinggung rekan di Komunitas Rumah Dunia bahwa kesadaran antre di negeri kita memang rendah. Betapa banyak kecelakaan lalu lintas terjadi karena keteledoran kita, karena tidak mau menunggu.

Kesadaran di kita dari hal sekecil ini pun memang rendah. Misalnya ketika ada orang mau menyebrang jalan, banyak terjadi, kendaraan bukannya memperlambar kecepatan, syukur berhenti sejenak, yang ada tetap melaju tanpa peduli. Sebelum tertabrak, maka bebas saja. Tak peduli sebutuh apa orang menyebrang, asal jangan diri dan keluarganya maka tak ada alasan memperlambat kecepatan.

Padahal, apa susahnya menungu. Sabar sejenak memberi kesempatan. Toh, tak sampai berjam-jam. Untung soal kecil seperti ini saja minta ampun susahnya, bagaimana untuk hal yang besar dan penting.

Di beberapa negara maju, misalnya Jerman, pratek seperti ini adalah lumrah terjadi. Ketika ada orang mau lewat maka jauh-jauh pengendara melambatkan kecepatannya juga menghidupkan lampu pemberi tahu agar kendaraan di belakang juga mengurangi kecepatan. Di kita, di mana kesadaran warganya seperti ini. Ketika bisa memberi hak orang dengan haknya. (**)

Pandeglang, 3 Maret 2025   1.47 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun