Seorang kakek ingin bercerita.
Usianya lebih kepala enam. Sudah punya cucu, belum punya cicit. Ia galau menyaksikan kondisi musola di kampungnya. Â Sebegitu strategis letak musola itu tapi kenapa, banyak jiwa-jiwa sehat tak tersentuh melangkah ke sana.
Tiap malam minggu, agak bahagia karena ada pengajian ba'da isya. Cukup ramai jamaahnya untuk ukuran kampung. Selesai sekitar jam dua puluh dua kosong-kosong. Namun, yang bikin kakek itu heran, kenapa tiap subuh jamaah kosong melompong.
Tiap subuh, ia hanya berteman angin. Hembusan yang buat tulangnya ngilu. Ia yang azan, iqomat, dan salat berjamaah sendiri ditemani karpet, tiang berikut perkakas wakaf lainnya. Padahal kata Nabi, pahala jamaah itu besar apalagi subuh.
Ia heran, kenapa orang belum paham hukum salat berjamaah. Bahkan, ia suka sedih. Bagaimana tidak, sebegitu banyak warga ketika azan berkumandang--- tak ada kaki melangkah menyusul panggilan keramat itu.
Akhirnya, ia tetap sendiri di musola itu tanpa jamaah. Jamaah agak banyak hanya di waktu magrib selain itu, ia harus memeluk kesendirian. Entahlah ia harus bersikap bagaimana.
Kadang ia berpikir, kenapa sih acara PHBI besar-besaran diramaikan. Dana sampai jutaan habis. Kesibukan berhari-hari. Dihadirkan tokoh agama popular dari jauh. Qori bersuara emas yang tidak murah dan seabreg kebutuhan lainnya.
Tapi kenapa, tidak berefek pada penghayatan ketaatan tiap waktu. Terlalu sulitlah bakal kosong kampungnya dari para peng-gosip yang rela berjam-jam demi memakan daging saudara, atau tetangga yang kerap usil, atau pemuda yang gila oleh smartphone juga game online, atau kawula menjelang tua yang candu dengan judol.
Rasanya itu sulit. Sudah memakai kerudung juga bagus. Sudah melarang anak gadisnya membawa pacar ke rumahnya, agar tidak lama-lama berduaan saja sempurna. Sudah cukup banyak anak tidak berdosa lahir tanpa akad, tanpa bapa dan tanpa peduli kakek-neneknya.
Lebih dari itu, ia hanya ingin, tiap masuk waktu salat ada yang menemaninya jamaah. Itu sudah cukup biar di masa tuanya, ia tidak merasa bersalah. Kampung yang ia huni, jaga dan besar di sana tidak lagi kosong jamaahnya.