Mohon tunggu...
Mahsus  Effendi
Mahsus Effendi Mohon Tunggu... Penulis - Saya gabut, maka saya membaca.

What a man is a man who does not make the world better

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aku dan yang Lain

25 Oktober 2020   20:45 Diperbarui: 26 Oktober 2020   11:25 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source : www.sru.edu

Meninjau Manusia Dari Perspektif Eksistensialisme

Salam hangat untuk para pembaca dimanapun kalian berada, semoga kita semua selalu dalam keadaan terbaik untuk tetap menjalani hidup yang penuh dengan paradoks ini. Pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba menguraikan salah satu pembahasan yang selalu tampil seksi untuk dibahas kapanpun dan dimanapun, ya... kita akan membahas "Manusia". 

Pernahkah kita diganggu oleh pertanyaan seperti apakah manusia itu sebenarnya, baik dari cara beradanya atau cara memahaminya. Manusia adalah ciptaan terakhir Tuhan setelah ciptaan-ciptaan lainnya, maka tidak mengherankan jika manusia adalah ciptaan terbaik Tuhan. 

Jika kita meminjam istilah yang digunakan oleh Aristoteles, manusia kerap diidentifikasi sebagai "Animale Rationale" artinya jiwa yang berpikir, pertanyaannya adalah sesering apa kita menggunakan anugrah "berpikir" tersebut?

Manusia memiliki kecenderungan yang banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, itulah yang akan membuat manusia memiliki kekhasan atau keunikan dari manusia lainnya. 

Dari sana juga kita akan melihat perbedaan secara kualilatif antara manusia dengan makhluk lainnya, bahwa manusia memiliki suatu dimensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di dunia, yakni dimensi kesadaran. Kita sebagai manusia tidak akan menemukan jati diri kita, apabila kita tidak bereksistensi keluar dari diri kita sendiri. Apa kalian sudah tidak asing dengan kata eksistensi? Sudahkah memahami makna dari asal kata tersebut? Mari kita ketahui bersama...

Existence merupakan bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin existere artinya adalah muncul, ada, tampil atau makna kata lainnya yang mengandung arti ada secara aktual. Existere sendiri terdiri dari dua suku kata, yakni Ex yang memiliki arti "keluar" dan sistere artinya "tampil". 

Maka Jika kita pahami dari segi bahasa, eksistensi dapat dipahami sebagai yang tampil keluar, menampakkan, dan seterusnya. Ketika manusia bereksistensi berarti ia sedang mengarah pada dunia luar atau yang lain, dan tentu saja keberadaannya tersebut tertuju kepada selain dirinya, entah itu dengan sesama manusia, alam atau bahkan Tuhan. 

Jadi ada tiga jenis keterbukaan manusia kepada yang diluar dirinya untuk memahami cara beradanya sebagai makhluk yang paling sempurna, yakni keterbukaan dengan sesama manusia, dengan dunia atau alam, dan dengan Tuhan.

Namun untuk mengurangi migran, kita sisihkan terlebih dahulu pembahasan terkait keterbukaan manusia terhadap realitas diluar dirinya. Kita kembali ke pembahasan, dengan kata lain eksistensi adalah cara manusia berada di dunia. Lantas begitu penting agar kita mengetahui bagaimana cara kita berada di dunia ini, dan eksistensialisme sebagai salah satu aliran filsafat hadir untuk menjawab persoalan tersebut. 

Mungkin pembaca tidak asing dengan pribahasa atau apapun istilahnya yang berbunyi "manusia tidak bisa hidup sendiri, tetapi membutuhkan orang lain". Nah, dari kalimat itu kita dapat menemukan bahwa eksistensi manusia dapat dipahami sebagai koeksistensi, artinya adalah keberadaan manusia di dunia dapat terwujud dengan adanya keterjalinan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun