Mohon tunggu...
Mahsus  Effendi
Mahsus Effendi Mohon Tunggu... Penulis - Saya gabut, maka saya membaca.

What a man is a man who does not make the world better

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Merahmu Adalah Ilusi Bagi Kemerdekaan Kaum Tertindas

1 Oktober 2020   01:53 Diperbarui: 21 Februari 2021   02:38 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : https://www.romadecade.org/sejarah-pki/#!

Telaah Sejarah Perkembangan Ideologi & Politik Komunisme di Indonesia 1914-1965

Indonesia adalah negara yang selalu memiliki kenangan buruk dari masa ke masa dengan ideologi kiri yang tumbuh dan berkembang di wilayah Barat Eropa, yakni paham komunis. Sebelum kita mengetahui bagaimana komunisme ini mulai masuk dan berkembang di tanah air, alangkah baiknya kita memahami sekilas mengenai apa itu komunisme. Pada paragraf-paragraf awal, penulis akan mencoba memberikan sedikit pandangan untuk pembekalan pembaca dalam memahami ideologi komunis yang berkembang di daratan Eropa Barat. Harapan penulis adalah agar pembaca dapat mengetahui bagaimana dan seperti apakah latar belakang lahirnya ideologi ini. Selamat membaca dan memahami.

Komunisme merupakan suatu ideologi yang dipelopori oleh seorang filosof dan revolusioner berkebangsaan Jerman, ia adalah Karl Heinrich Marx (1818-1883). Ideologi ini muncul sebagai reaksi terhadap keadaan sosial Eropa Barat pada waktu itu, terutama kaum buruh dan proletar. Ada tiga hal yang mendasari lahirnya ideologi ini, yakni dialektika, materialisme historis, dan pertentangan kelas. Selain Marx sendiri dia juga memiliki rekan profesionalnya sebagai penggagas komunisme, adalah Frederic Engles. Kedua orang visioner tersebut mendambakan terwujudnya teori dan gerakan sosialisme dalam gerakan nyata, yang pada masa sebelum mereka hanya bersifat utopia belaka. Meski demikian, Marx sendiri juga hanya memprediksi kehidupan sosial-ekonomi yang seharusnya diterapkan (yakni; komunis) setelah keruntuhan kapitalisme. Pada masa transisi itu, Marx menilai kapitalisme akan segera menemui kehancurannya disebabkan sistem yang telah mereka rusak sendiri. Begitupun Engles berpendapat bahwa komunisme sebagai doktrin yang akan mengeluarkan (pembebasan) kaum proletariat dari cengkraman sistem kapitalis yang mencekik mereka.

Dalam perkembangan sejarahnya, komunisme mengalami serangkaian perkembangan pemikiran. Masa setelah Karl Marx dan Engles, komunisme dipimpin oleh Joseph Stalin, ajaran komunisme  pada era ini mengalami perombakan di tangannya. Apabila pandangan Marx tentang adanya peranan pemimpin adalah tidak begitu penting, sebaliknya menurut pandangan Stalin, dalam konsepnya yaitu The Profesional Revolutionary Stalin menganggap vitalnya peran pemimpin untuk membawa cita-cita komunisme agar tercapai dengan sempurna. Sebab bagi Stalin pembebasan kaum proletariat dari penindasan kapitalisme tidak bisa dilakukan secara spontan, sebagaimana menurut pendapat Marx hanya dengan terorganisirnya kaum buruh dan proletar. Stalin pada era itu yang menjabat sebagai Skretaris Jendral partai komunis, pimpinan tertinggi partai adalah Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin (1870-1924) dia adalah orang yang mendirikan Uni Soviet dan yang pertama kali membangun negara dengan basis komunisme. Sepak terjang Lenin tidak hanya di daratan Eropa, melainkan hingga ke panggung Internasional. Dirinya yang menggagas Comintren (Comunisme International) untuk menyebarkan ajaran komunis ke seluruh penjuru dunia, tak terlewatkan Indonesia yang pada masa itu masih dikenal dengan sebutan Hindia-Belanda. 

Pada paragraf-paragraf berikutnya, penulis mencoba memaparkan perjalanan sejarah perkembangan paham komunis, yang secara periodik dapat kita ketahui menjadi tiga periode, yakni Masa Kolonial, Masa Awal Kemerdekaan, dan Tragedi 30 September 1965. Jadi komunisme di Indonesia terbagi menjadi tiga fase semenjak awal perkembangannya hingga musnahnya ideologi kiri tersebut dari negeri ini. 

Komunisme Masa Kolonial Belanda & Jepang

Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet adalah seseorang yang berkebangsaan Belanda, dia adalah orang yang membawa paham komunis ke Hindia-Belanda. Perjalanannya menanamkan paham komunis dimulai semenjak ia dan rekan-rekannya di organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel (VSTP) yang berpusat di Semarang, mereka mendirikan organisasi politik radikal bernama Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau juga dikenal Serikat Sosial Demokrat India. Setelah melakukan serangkaian konsolidasi dengan pimpinan Sarekat Islam (SI), yakni pada waktu itu Oemar Said Tjokroaminoto. Sneevliet memanfaatkan anti-kolonialisme & kapitalisme kubu SI untuk mendapatkan simpati rakyat kecil yang banyak tergabung dalam Sarekat Islam. Setelah revolusi Rusia meletus pada tahun 1917, pergerakan Sneevliet semakin radikal terhadap pemerintahan Belanda. Singkat cerita pada tahun berikutnya 1918 pemerintah Belanda mengusir Sneevliet dari Hinda Belanda. 

Pembaca yang budiman, terusirnya Sneevliet dan rekan-rekannya tidak membuat  paham komunis lenyap. Komunisme justru telah tertancap dengan kuat dalam tubuh SI Semarang yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Tepat pada 23 Mei 1920, ISDV resmi berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Semaun menjabat sebagai ketua organisasi yang berpaham komunis ini, dan Darsono wakilnya. Pada kongres ke-VI, CSI (Central Sarekat Islam) mengeluarkan kebijakan bahwa anggota SI tidak diperbolehkan merangkap keanggotaanya dengan organisasi lain. Kebijakan tersebut sontak mendapatkan perlawanan dari kubu SI Semarang yakni kubu Darsono & Tan Malaka, mereka menolak dikeluarkannya kebijakan baru tersebut yang pada waktu itu SI dipimpin oleh K.H. Agus Salim. Penolakan itu menimbulkan kelompok separatis dalam kubu SI, pertama adalah kelompok yang setuju dengan kebijakan Kongres ke-VI, yang kemudian dikenal dengan sebutan SI Putih, dan kelompok kedua adalah yang menolak kebijakan itu yang kemudian dikenal dengan SI Merah. Demikian komunisme telah berhasil membelah Sarekat Islam.

Semenjak saat itu, pemerintah Belanda mulai serius menyorot pergerakan komunisme di Hindia-Belanda. Pemerintah pada awal tahun 1923 sempat mengusir pentolan PKI seperti Musso, Alimin, Darsono dan Semaun. Namun tidak lama mereka kembali lagi pada akhir tahun yang sama, kedatangan mereka kembali bermaksud untuk mendeklarasikan nama baru organisasi mereka menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mereka juga telah memindah markas mereka dari Semarang ke Batavia (Jakarta). Perlawanan PKI mulai terlihat semenjak awal tahun 1924, PKI mulai melakukan kampanye agar anggotanya yang menjadi buruh melakukan mogok kerja besar-besaran. Tindakan tersebut membuat pemerintah Belanda melakukan peringatan keras dengan mengusir hampir seluruh tokoh berpengaruh PKI ke luar negeri. Setelah terusirnya para tokoh PKI tersebut, di dalam negeri tokoh-tokoh PKI lainnya yang masih bebas mengadakan kongres di Prambanan, untuk membicarakan masa depan partai yang semakin terancam keberadaannya. 

Pada tahun 1926, para tokoh PKI yang berada di luar negeri seperti Musso, Alimin dkk. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil kongres Prambanan, yakni untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda. Hasil keputusan Prambanan tersebut ditolak oleh Tan Malaka karena dianggap tidak legitimate, menurut Tan keputusan itu terlalu tergesa-gesa, dan minim kesiapan, terlebih jika melihat kekuatan musuh yang masih cukup kuat untuk dilengserkan. Namun Musso dan Alimin tidak menghiraukan pendapat Tan, mereka ingin terus melancar hasil keputusan Prambanan itu. Mereka (Musso & Alimin) bahkan pergi ke Rusia untuk meminta pendapat Komintren (Komunis Internasional). Sayangnya, Stalin & Trostky pun menolak keputusan Prambanan itu dengan argumen yang hampir sama dengan yang disampaikan oleh Tan Malaka. Perselisihan antara Alimin dan Musso dengan Tan Malaka menjadi sejarah awal lepasnya Tan malaka dari PKI, partai yang ia harapkan akan memberikan kebebasan bagi bangsanya dari penjajahan. Musso menolak keputusan Stalin dan tetap bersikeras ingin melancarkan keputusan Prambanan, namun sebelum mereka sampai di Indonesia, pemberontakan sudah terjadi. Pada tanggal 12 November 1926 PKI merebut gedung telepon dan telegraf di Batavia, namun Belanda dengan sigap dapat dengan cepat menghentikan pemberontakan itu. Tercatat ada sekitar 13.000 anggota PKI yang ditangkap oleh Belanda di berbagai daerah, sedangkan tokoh-tokoh lainnya banyak yang melarikan diri hingga ke luar negeri. 

Setelah kekuatan Belanda mulai melemah dan Indonesia mulai dikuasai oleh Jepang, pergerakan sayap kiri mulai melakukan perlawanannya lagi untuk memerangi fasisme di dunia. Hal tersebut merupakan instruksi dari komintren, bahwa komunis internasional meminta untuk mengubah haluan perjuangan, yakni dengan memerangi fasisme, setelah menganggap bahwa fasisme lebih mengancam ketimbang kaum kapitalis. Amir Sjarifuddin merupakan salah satu tokoh PKI yang memimpin perlawanan terhadap fasisme melalui Gerakan Anti-Fasis (Geraf). Disaat gerakan ini masih melakukan pergerakannya dibawah tanah (sembunyi-sembunyi/tertutup), Jepang telah menangkap seluruh anggota dan pimpinan Geraf. Bahkan pimpinan gerakan ini seluruhnya dihukum mati oleh jepang, keculai Amir Sjarifuddin yang dihukum seumur hidup atas permohonan Soekarno-Hatta kepada pemerintahan Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun