Mohon tunggu...
Humaniora

Bukan Sekedar Salah dan Benar

17 Juni 2017   17:51 Diperbarui: 18 Juni 2017   01:00 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
true or false image

Pada bulan Ramadhan seribu empat ratus tiga puluh dua tahun yang lalu, ada sebuah kejadian yang terekam dalam Al-Quran, yakni peristiwa al-ifk, atau sering disebut dengan hadits al-ifk. Dalam kamus-kamus Bahasa Arab, ifk biasa diartikan dengan kebohongan, pembelokan dan pemutarbalikan. Kalau mengikuti perkembangan bahasa yang ngetren sekarang, mungkin ia bisa di sebut dengan istilah hoaks.

Tentang detail peristiwa al-ifk ini diceritakan dalam sebuah hadits yang panjang, yang diriwayatkan al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi (peperangan). Singkat ceritanya, ketika pulang dari perang Banu Musthaliq, Aisyah r.a. tertinggal rombongan pasukan muslimin karena mencari kalungnya yang hilang. Untungnya ada seorang sahabat bernama Shafwan, yang kemudian mengantarkannya kembali ke Madinah.

Peristiwa ini oleh orang-orang munafik kemudian dipelintir, diputarbalikkan dan dibumbui sedemikian rupa sehingga menjadi sedap untuk dibicarakan. Disebarkan isu terjadi hubungan yang tidak senonoh antara Aisyah dan Shafwan. Sayangnya seperti halnya masyarakat kita sekarang, banyak warga Madinah yang suka gosip. Sehingga isu itu menyebar cepat dan membuat percaya banyak sahabat.

Mendengar rumor yang beredar terkait dirinya, Aisyah menjadi sangat sedih. Hari-harinya dihabiskan dengan menangis. Demikian pula dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau tersiksa dengan gunjingan orang terkait masalah rumah tangganya. Namun dalam menyikapi peristiwa ini Nabi bersikap tenang, tidak terpengaruh dengan isu dan lantas menginterogasi istrinya. Bahkan Nabi tidak pernah membicarakan masalah ini dengan Aisyah walau tinggal di satu rumah. Nabi berusaha menyelidiki kebenaran rumor tersebut dengan menggali informasi dari sahabat-sahabatnya.

Ketika ditanya kebenaran isu ini, 'Aisyah berkata: "Demi Allah, aku mengetahui kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan orang-orang, hingga kalian pun telah memasukkannya dalam hati lalu membenarkannya. Seandainya aku katakan bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan mempercayaiku. Seandainya aku membenarkan fitnah tersebut, kalian pasti membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan suatu perumpamaan antara aku dan kalian kecuali perkataan ayahnya Yusuf a.s, "Maka kesabaran yang baik. Hanya Allah tempat memohon pertolongan terhadap apa yang kalian ceritakan" (QS. Yusuf: 18)

Setelah menunggu lebih dari sebulan, turun lah ayat Al-Qur'an surah an-Nur ayat 11 sampai 20. Ayat-ayat tersebut membersihkan Aisyah dari tuduhan keji yang menimpanya.

Berkaca pada cerita hadits di atas dan ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan terkait dengannya, setidaknya ada beberapa hikmah yang bisa kita diambil. Pertama, musuh-musuh agama atau negara menyerang bukan hanya dengan senjata, tapi ada kalanya dengan menghembuskan berita dusta yang akan memperkeruh suasana. Isu-isu yang menimpa bangsa kita saat ini bisa jadi termasuk di dalamnya.

Kedua, seperti yang dilakukan Nabi, dalam menanggapi isu hendaknya disikapi dengan tenang. Bukannya ikut rame-rame menuduh tanpa bukti. Tapi coba selidiki kebenarannya dengan teliti.

Ketiga, dalam surah an-Nur ayat 12 yang diturunkan terkait peristiwa di atas, Allah menyeru kita untuk berbaik sangka kepada sesama mukmin. Bukannya dalam setiap hal kita harus berbaik sangka. Kita perlu menjaga diri dengan berburuk sangka terhadap orang yang dikenal buruk perangainya. Namun tidaklah pantas kepada orang yang terkenal baik kita berburuk sangka.

Keempat, dalam surah an-Nur ayat 15, Allah menegur kebiasaan menggosip, yang dikatakan Allah sering kita pandang sebagai hal sepele, padahal itu adalah hal besar di sisi-Nya. Hal yang dianggap sepele itu kadang bisa menghancurkan sebuah rumah tangga bila yang digosipkan adalah suami/istri orang. Akan memancing kemarahan umat bila objeknya adalah tokoh agama. Dan kacaunya sebuah bangsa bila objeknya adalah kepala negara.

Dan kelima, bagi mereka yang tertimpa isu tidak benar, sering orang tidak percaya penjelasan yang sebenarnya, karena yang tidak benar itu biasanya lebih menarik untuk dipercaya. Maka dengan kesabaran, bila Allah menghendaki, Ia akan menolong dengan satu cara atau lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun