Mohon tunggu...
Mahmuda Aulia
Mahmuda Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik Sosial dalam Ilmu Sosiologi

27 September 2025   22:55 Diperbarui: 27 September 2025   22:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konflik sosial merupakan salah satu topik penting dalam kajian sosiologi. Secara sederhana, konflik sosial dapat dipahami sebagai pertentangan, perbedaan, atau benturan kepentingan antara individu maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pandangan sosiologi, konflik tidak selalu dipandang sebagai sesuatu yang negatif atau merusak, melainkan juga sebagai fenomena yang bisa mendorong terjadinya perubahan sosial.

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat umumnya berakar pada ketidaksetaraan. Karl Marx menekankan bahwa konflik lahir dari kesenjangan ekonomi dan perebutan sumber daya, sementara Friedrich Engels menyoroti peran sistem politik dan struktur sosial yang memperkuat ketimpangan tersebut. Dalam masyarakat modern, konflik sering kali dikelola melalui mekanisme demokrasi, misalnya melalui dialog, mediasi, pluralisasi konflik, serta penyesuaian aturan sosial agar lebih inklusif.

Dampak konflik sosial pun tidak bisa dipandang satu arah saja. Konflik memang bisa menimbulkan perpecahan, prasangka, hingga kekerasan yang berujung pada terorisme atau pembersihan etnis. Namun, di sisi lain, konflik juga bisa memperkuat integrasi sosial. Dalam sistem demokratis, konflik yang dikelola dengan baik justru mendorong terciptanya aturan baru yang lebih adil, membuka ruang dialog antar kelompok, serta memperkuat solidaritas dalam masyarakat.

Sejumlah teori sosiologi turut memberikan cara pandang yang beragam dalam memahami konflik sosial. Karl Marx melalui teori konflik menekankan pertarungan kelas antara pemilik modal dan pekerja. Lewis Coser melihat konflik justru memiliki fungsi positif karena dapat memperkuat solidaritas kelompok. Ralf Dahrendorf menyoroti konflik sebagai hasil dari perebutan otoritas dan kekuasaan, sementara Randall Collins menekankan bahwa interaksi sehari-hari pun dapat menjadi arena lahirnya konflik.

Berbagai contoh konflik sosial juga banyak dikaji dalam sosiologi, baik di masa lalu maupun masa kini. Konflik etnis dan minoritas memperlihatkan bahwa ketidaksetaraan sering kali menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Konflik yang dipicu oleh migrasi dapat melahirkan negosiasi baru yang berujung pada perubahan kebijakan dan kelembagaan. Sementara dalam masyarakat majemuk, batas-batas sosial, fisik, maupun ideologis bisa mempersempit ruang interaksi dan memperbesar potensi konflik.

Dengan demikian, konflik sosial dalam konteks sosiologi bukan hanya masalah, melainkan juga dinamika sosial yang bisa melahirkan perubahan. Melalui pemahaman teori-teori konflik, kita dapat menyadari bahwa konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari sepenuhnya, melainkan perlu dikelola agar menghasilkan integrasi sosial dan membawa perubahan menuju masyarakat yang lebih adil.

Sumber Referensi

  1. Barkan, S.E. (2018). The Conflict Approach. The Cambridge Handbook of Social Problems.

  2. Deitelhoff, N., & Schmelzle, C. (2022). Social Integration Through Conflict: Mechanisms and Challenges in Pluralist Democracies. Kolner Zeitschrift fr Soziologie und Sozialpsychologie.

  3. De Dreu, C.K.W. (2014). Social Conflict Within and Between Groups. Psychology Press.

  4. Soen, D., Shechory, M., & David, S.B. (2014). Minority Groups: Coercion, Discrimination, Exclusion, Deviance and the Quest for Equality. Nova Science Publishers.

  5. Dukes, E.F. (2018). Structural Forces in Conflict and Conflict Resolution in Democratic Society. In: Conflict Resolution: Dynamics, Process and Structure.

  6. Szczeciska-Musielak, E. (2016). Social Conflict Theory in Studying the Conflict in Northern Ireland. Polish Sociological Review.

  7. Soen, D., Shechory, M., & Ben David, S. (2012). Minority Groups: Coercion, Discrimination, Exclusion, Deviance and the Quest for Equality. Nova Science Publishers.

  8. Budnik, M., Grossmann, K., & Hedtke, C. (2021). Migration-related Conflicts as Drivers of Institutional Change? Urban Planning.

  9. Abdullah, I., Jubba, H., Iribaram, S., & Saka, P.A. (2024). The Existence of Social Boundaries as a Factor of Violent Conflict in a Pluralistic Society. International Journal of Diverse Identities.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun