Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kembali ke Realita Tak Membosankan

8 Mei 2022   15:31 Diperbarui: 10 Mei 2022   13:45 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja kembali di kantor. (sumber: Doc. Shutterstock via kompas.com)

Idul Fitri, lebaran, mudik, silaturahmi, telah usai. Kini, kita kembali ke realita. Realita yang jauh dari apa yang dikhayalkan dan diimpikan. Realita yang terkadang menyenangkan, tetapi terkadang juga membosankan.

Bosan, menjadi kata sihir realita kehidupan. Kita tersihir dengan rasa bosan yang sebenarnya bisa kita halau kedatangannya. Seperti halnya sihir, bosan bisa datang secara tiba-tiba. Dampaknya bisa menyebabkan hal-hal buruk dalam kehidupan kita.

Bagaimana bisa kita menghalau datangnya rasa bosan ketika menghadapi realita kehidupan?

Sebelum menjawabnya, mari kita perhatikan pengertian bosan itu sendiri. Menurut KBBI, bosan berarti sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering atau banyak; jemu. Ada dua komponen penting dalam definisi bosan ini, yaitu sering dan tidak suka. 

Kedua komponen bosan adalah satu kesatuan. Jika satunya tidak ada, maka tidak bisa dikatakan bosan. Tidak akan membosankan jika sesuatu yang sering kita lakukan, tetapi kita sukai. Begitu juga sesuatu yang tidak sering kita lakukan, pastinya tidak akan membosankan.

Jika kita tilik lebih dalam, dasar rasa bosan adalah sesuatu yang kita suka. Karena terlalu sering kita lakukan, akhirnya menjadi tidak suka. Maka solusi untuk menghalau rasa bosan adalah bagaimana kita menghilangkan keseringan dalam melakukan sesuatu.

Keseringan bisa dihilangkan dengan mencari alternatif jalan. Misalnya, jika kita berangkat kerja dengan selalu menggunakan jalan yang sama, maka hal itu bisa menyebabkan kita bosan dalam bekerja.

Yang seharusnya kita lakukan adalah sesekali menggunakan jalan berbeda ketika berangkat bekerja. Akan lebih baik lagi, jika kita memiliki banyak alternatif jalan. Setiap hari kita bisa memilih jalan mana yang akan kita lewati. 

(sumber: kompas image/Kristianto Purnomo)
(sumber: kompas image/Kristianto Purnomo)

Mencari alternatif suatu pekerjaan bukanlah perkara mudah. Begitu juga untuk melakukannya. Apalagi jika sudah terbiasa dengan sesuatu, untuk melakukan perubahan diperlukan usaha yang luar biasa. Banyak orang yang tidak mampu keluar dari rutinitas yang akhirnya membawa kepada kebosanan.

Menghalau rasa bosan tidak hanya sebatas pada mencari jalan alternatif, tetapi juga berhubungan dengan apa prioritas dalam hidup kita. Jika setiap bangun pagi kita memiliki prioritas utama dalam kehidupan, maka hidup kita akan sangat menyenangkan, jauh dari kebosanan.

Misalnya, jika hari ini prioritas kita menyelesaikan pekerjaan A, maka besok kita ganti dengan pekerjaan B. Hal ini sudah kita rencanakan dan ketahui prioritasnya sejak ketika kita bangun di pagi hari. Prioritas dalam kehidupan sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan pengelolaan waktu yang baik dalam kehidupan.

Perencanaan dan pengelolaan waktu adalah bagian penting dalam menetapkan prioritas. Pekerjaan mana yang harus kita dahulukan dan mana yang harus dibelakangkan seharusnya bisa ditempatkan pada porsinya masing-masing. Pada akhirnya, semua pekerjaan yang harus kita lakukan bisa terlaksana dengan baik.

Selain mencari alternatif dan prioritas, rasa bosan juga bisa dihalau dengan adanya target dalam kehidupan. Dengan adanya target, maka kita akan disibukkan dengan memikirkan strategi terbaik untuk mencapai target kita tersebut. Kesibukan akan menghindarkan kita dari kebosanan.

Dengan adanya target, hidup kita tidak terombang-ambing dan mudah terbawa arus kehidupan. Biduk bahtera kehidupan akan memiliki tujuan yang jelas, dan siap melawan ombak sebesar apapun datangnya. Orang yang hidupnya lurus, akan sulit untuk diterpa kebosanan, walaupun datangnya sedahsyat badai.

Ya, kembali ke realita tidak selalu membosankan. Memiliki alternatif jalan, prioritas, dan target yang jelas akan menghindari kita dari kebosanan. Kembali ke realita semestinya dapat membawa kita kepada semangat baru dalam meniti jalan kehidupan.

Bukankah hari raya Idul Fitri mengajarkan kita untuk kembali kepada fitrah manusia? Ketika bulan Ramadan dilewatkan dengan baik, dosa-dosa kita akan diampuni. Kita layaknya bayi yang terlahir kembali dengan kesucian, tanpa adanya dosa. Fitrah inilah yang diharapkan mengiringi kita kembali ke realita.

Jadi, marilah kita songsong realita. Hari-hari penuh cerita, canda dan tawa kita bawa kembali ke realita. Realita yang akan membuat hidup kita penuh dengan rasa suka cita, tanpa ada rasa bosan dan derita. Inilah makna kemenangan yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun