Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cinta Rasul, Orangtua, dan Anak

17 April 2022   20:20 Diperbarui: 17 April 2022   20:37 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Shahih Bukhari (sumber: muslim.or.id)

Ada juga ayat yang menyebutkan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya digandeng menjadi satu kesatuan (QS Ali Imran: 132). 

Apa perbedaanya? Para ulama tafsir menjelaskan ketika Al-Quran menggunakan redaksi taatilah Allah dan taatilah Rasul, berarti konteksnya adalah Rasul memiliki prerogatif untuk menetapkan syariatnya sendiri yang tidak disebutkan di dalam Al-Quran.

Contohnya, Al-Quran mengharamkan kita mengonsumsi bangkai, darah, daging babi, dan sesuatu yang disembelih tidak menyebut nama Allah. Apakah hanya itu yang diharamkan? Jawabannya tidak, karena Rasulullah SAW juga menetapkan hukum atau aturan sesuatu yang diharamkan. Misalnya, binatang yang berkuku tajam, bertaring, yang bisa mengandung, yang bisa menjijikan.

Ini adalah satu paket, mentaati Allah dan Rasul. Seperti halnya syahadat yang harus bergandengan. 

Mencintai Nabi SAW bukan hanya dalam bentuk ucapan, tetapi juga harus melalui yang konkrit dengan mengikuti sunnahnya dan suri teladannya yang baik (QS Al-Ahzab: 33).

Di dalam Al-Quran cuma ada dua Nabi yang disebut sebagai uswatun hasanah, yaitu Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS. Nabi yang lain juga baik, tetapi tidak disebut uswatun hasanah. Apa hikmahnya? Episode hidup nabi yang lain hanya patut dicontoh untuk orang tertentu. 

Misalnya, Nabi Yusuf cocok dicontoh oleh orang yang rupawan, yang jabatannya tinggi, yang terkenal. Nabi Ayub dicontoh oleh orang yang sedang sakit.

Lantas, apa yang menjadi prioritas kita meneladani Nabi SAW? Yang utama adalah akhlaknya, budi pekertinya (QS Al-Qalam: 4).

Dalam Al-Quran, Nabi tidak dipuji karena shalatnya yang khusyu atau hajinya yang mabrur, tetapi budi pekertinya yang luhur. 

Demikianlah pembahasan hadits hari ini. Kita jumpa lagi besok. Insya allah.

* Refleksi Kajian Ramadan Masjid Inti Iman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun