Begitu juga siswa yang memiliki mentalitas seperti ini. Pembelajaran daring hanya dijadikan rutinitas biasa. Bukan tidak mungkin rasa jenuh ketika belajar dari rumah akan bisa menurunkan prestasinya. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa yang memiliki mentalitas seperti ini.
Terakhir, bagi mereka yang menganggap pembelajaran daring sebagai liburan, maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif.Â
Bagi guru yang memiliki mentalitas seperti ini, mengajar secara daring hanyalah sebuah wacana belaka. Memberikan tugas yang banyak kepada siswa akan menjadi jalan keluar bagi mereka untuk memenuhi kewajibannya mengajar.Â
Bagi siswa yang memiliki mentalitas ini, maka belajar dari rumah ibarat liburan akhir semester yang berkepanjangan. Bak seseorang yang melakukan liburan, tak ada tantangan dan beban yang dipikirkan. Kenyamanan tinggal di rumah menjadi prioritas utama.
Saya pikir, ketiga hal itulah yang menyebabkan mengapa Mas Menteri tidak terlalu memaparkan secara detail mengenai pembelajaran daring. Ditambah lagi masih ada sekitar 46.000 sekolah yang tidak mendapatkan aliran listrik dan internet. Ini menjadi sebuah tantangan tersendiri.Â
Alhasil, acara ini menjadi secercah cahaya di bidang pendidikan yang diberikan oleh Mas Menteri. Secercah cahaya yang akan terus menerangi harapan kita bersama dalam membangun dunia pendidikan yang lebih baik di era pandemi ini. Semoga pandemi ini cepat berlalu.