Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dialog Lumpur: Kita adalah Saudaranya

5 Februari 2018   23:05 Diperbarui: 6 Februari 2018   00:28 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersahabat dengan lumpur (youtube.com)

"Tapi itu dulu. Sekarang aku rasanya susah untuk memahami bahwa manusia itu bersaudara dengan kera. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Aku pun meragukan pengetahuan tersebut, kok tidak semuanya kera menjadi manusia juga? Kok masih tetap ada di bumi ini kera-kera berkeliaran?"

"Jika memang manusia berasal dari kera, seharusnya semua kera sekarang menjadi manusia. Dan itu adalah sebuah keadilan Tuhan. Keadilan untuk mengubah semua kera menjadi manusia." Begitu aku membalas protes si lumpur tadi.

***

"Sebentar." Kata si lumpur menyela. "Kamu ini sebenarnya sejalan dengan pikiranku, tetapi dalam satu sisi kamu mencampuradukkan keyakinanmu dengan pengetahuanmu." Kata si lumpur protes lagi. 

Pikiranku pun mulai curiga, kok si lumpur tahu perbedaan antara "keyakinan" dan "pengetahuan".

Si lumpur sedikit menggerakkan badannya hingga membuatku terpeleset jatuh dan masuk ke selokan di sampingnya. 


"Sebaiknya, jangan kamu campuradukkan antara  yang kamu ketahui dan yang kamu imani. Jika kamu lakukan itu, maka keimananmu terancam oleh pengetahuanmu." Si lumpur melanjutkan kata-katanya.

"Itu tidak berarti bahwa pengetahuan dan keimanan berseberangan. Tetapi kamu harus paham bahwa masing-masing memiliki batas kebenaran dan ruangnya sendiri-sendiri. Ketika batas masih ada, jangan kamu paksakan untuk saling melintasi. Itu berbahaya." Katanya.

***

"Oh berarti, ketika aku mengetahui sebuah teori bahwa manusia itu berevolusi dari kera, cukup saja aku ketahui tanpa harus mencampuradukkannya dengan keyakinanku bahwa manusia itu diciptakan Tuhan langsung. Begitu maksudnya?" Tanyaku kepadanya.

"Itu cara pemahaman yang benar" Jawabnya. "Tuhan juga tidak akan menyalahkanmu ketika kamu sedang berusaha untuk mencari kebenaran dari alam semesta ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun