Mohon tunggu...
Mahawikan Akmal
Mahawikan Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tulisanku sebagai warisan abadi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lonjakan Kematian akibat Covid-19 di Jawa Tengah

28 November 2020   05:50 Diperbarui: 28 November 2020   05:53 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemakaman COVID-19, via:kompas.com

Pada tanggal 27 November 2020, Indonesia mencatatkan rekor harian pertambahan kasus COVID-19 dan kematian akibat COVID-19 yang terkonfirmasi. 

Tercatat 5.828 kasus baru dan 169 kematian baru akibat COVID-19 terjadi pada kurun waktu 24 jam. Lonjakan kasus baru dan kematian baru ini mayoritas (65%) berasal dari 6 Provinsi yang ada di Pulau Jawa dengan sumbangan kasus harian secara kumulatif sebanyak 3806 kasus baru dalam sehari. 51 kasus kematian baru atau sekitar 30% jumlah kematian nasional yang dilaporkan pada tanggal 27 November 2020 bersumber dari Jawa Tengah. Namun, terdapat perbedaan data antara data yang dirilis oleh BNPB dengan data yang dirilis oleh website COVID-19 Jawa Tengah. 

Menurut data yang diambil dari website COVID-19 Jawa Tengah, pada hari Jumat 27 November, Provinsi Jawa Tengah mencatatkan 77 kematian baru dalam kurun waktu 24 jam. 

Perbedaan data antara pusat dengan daerah ini belum diketahui alasannya. Namun, hal ini sudah berlangsung sejak lama, Penulis pun tak dapat mengingat kapan terakhir kali data COVID-19 antara Pusat dengan Jawa Tengah sinkron. 

Tepat sehari sebelumnya, Website COVID-19 Provinsi Jawa Tengah mencatatkan 75 kematian baru akibat COVID-19 dalam sehari. Artinya, dalam 1 jam 3 pasien COVID-19 di Jawa Tengah meninggal. Pertambahan ini mengakibatkan jumlah pasien COVID-19 yang meninggal di Jawa Tengah naik sekitar 4% dalam waktu 2 hari. 

Tangkapan layar website corona Jawa Tengah. Kamis, 26 November 2020.
Tangkapan layar website corona Jawa Tengah. Kamis, 26 November 2020.

Tangkapan layar website corona Jawa Tengah. Jumat, 27 November 2020.
Tangkapan layar website corona Jawa Tengah. Jumat, 27 November 2020.

Lonjakan kematian akibat COVID-19 ini belum jelas apa penyebabnya. Namun, jika angka kematian harian ini terus dibiarkan di atas 50-80 kematian/hari atau lebih dari itu, bukan tidak mungkin angka kematian akibat COVID-19 di Jawa Tengah pada akhir tahun nanti bisa mencapai lebih dari 5000-6000 kematian terkonfirmasi. 

Hal ini perlu diperhatikan karena libur natal dan akhir tahun sebentar lagi datang. Seperti yang diketahui dari pengalaman sebelumnya, setiap terjadi libur panjang, akan terjadi lonjakan kasus penularan COVID-19. 

Baik itu lonjakan yang terjadi di daerah rantauan seperti Jabodetabek, maupun lonjakan di daerah tempat wisata ataupun tempat berpulang kampung seperti di Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sedangkan, jika kita melihat konsekuensi logisnya, lonjakan kasus COVID-19 akan mengakibatkan lonjakan kematian akibat COVID-19.  

Penulis memprediksi bahwa arus mudik akhir tahun kali ini akan sangat besar bahkan melebihi arus mudik lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah. Hal ini mengingat budaya mudik dan atau pulang kampung yang biasa dilakukan warga Jabodetabek setiap tahunnya, entah itu di momentum lebaran atau di momentum liburan akhir tahun. Mereka yang tidak mudik waktu lebaran yang lalu akan tergerak untuk mudik di momentum libur akhir tahun ini. Mereka yang mudik waktu itupun berkemungkinan besar akan mudik lagi. Karena walau pada saat itu mudik secara halus "dilarang" oleh pemerintah, mereka tetap ngotot mudik.  

Tempat tujuan mudiknya orang Jabodetabek pun secara mayoritas akan tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Padahal, kasus di wilayah Jabodetabek sekarang meningkat drastis dibanding waktu mudik lebaran lalu. Jika pergerakan manusia dari kawasan Jabodetabek ke Jawa Tengah tidak bisa dicegah, maka dikhawatirkan lonjakan yang baru terjadi hanyalah awalnya. Jumlah kematian/hari dapat melonjak lebih tinggi dari yang sekarang terjadi. 

Penulis mempunyai alasan logis untuk hal ini. Pemudik akan mudik ke tempat tujuan umumnya untuk mengunjungi orangtua dan sanak saudara di kampungnya. Jika para pemudik membawa penyakit ini dari daerah dengan penularan yang meluas seperti Jabodetabek ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, daerah-daerah di Jateng dan Jatim yang tadinya memiliki jumlah penularan rendah akan mengalami kenaikan penularan yang signifikan. Tentunya orang pertama yang akan mereka tulari adalah keluarga mereka sendiri, khususnya orangtua dan sanak saudara mereka. 

Masalahnya, di masa liburan ini lab-lab pemeriksaan PCR akan banyak yang tutup. Personel satuan kesehatan lokal akan menurun, lalu kinerja tracing akan menurun. Hal ini akan menyebabkan penularan yang lebih besar dan lebih besar. 

Yang dikhawatirkan adalah ketika COVID ini mencapai mereka yang tergolong lansia, orang berkomorbid, dan orang-orang rentan COVID lainnya. Sementara, fasilitas kesehatan yang ada di daerah itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan fasilitas yang ada di DKI misalnya. Kapasitasnya pun akan terbatas, jauh lebih terbatas dari yang ada di kota-kota besar. Jika terjadi kenaikan angka pasien COVID-19 yang memerlukan perawatan, sedangkan fasilitas kesehatan lumpuh, maka lonjakan kematian akibat COVID-19 tidak akan terelakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun