Mohon tunggu...
Mahawikan Akmal
Mahawikan Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tulisanku sebagai warisan abadi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kayu atau Berlian yang Lebih Langka?

22 Oktober 2020   11:30 Diperbarui: 22 Oktober 2020   11:42 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via youtube channel Keno

Untuk memahami ini, kita perlu memperlebar jangkauan pemahaman kita sampai ke ujung tata surya.

Alam semesta kita memiliki diameter lebih dari 93 miliar tahun cahaya. Ada sekitar 200 miliar galaksi dan masing-masing memiliki sekitar 100 miliar bintang dengan sistemnya masing-masing layaknya tata surya kita. 

Jika kita membandingkan bumi dengan itu semua, kita akan mendapatkan skala yang tidak dapat dipahami oleh manusia. Semua yang kita ketahui, semua yang kita kenal, semua yang kita kuasai di dunia ini bukan tandingan bagi luasnya alam semesta yang terus berkembang lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

Lalu apa yang kita ketahui tentang berlian dan kayu di alam semesta ini?

Di bumi berlian memang langka. Namun, bagaimana dengan di alam semesta? Yakinlah bahwa berlian tidak selangka itu.

Berlian di Planet Surya:


Jika kita telaah lebih lanjut, kita dapat menemukan berlian di planet-planet surya. Pada tahun 1981 Marvin Ross menulis makalah, berjudul "Lapisan es di Uranus dan Neptunus --- berlian di langit?" di mana ia mengusulkan bahwa sejumlah besar berlian dapat ditemukan di dalam Uranus dan Neptunus.

di LLNL (Lawrence Livermore National Laboratory) ia menganalisis data dari kompresi gelombang kejut metana dan menemukan bahwa tekanan ekstrim memisahkan karbon dari hidrogen sehingga membebaskannya untuk membentuk berlian.

Jupiter dan Saturnus:

Ketahuilah bahwa di Jupiter dan Saturnus kita bisa merasakan hujan berlian. Planet-planet ini memiliki atmosfer kaya metana. Selama badai, kilat mengubah metana menjadi karbon. Karbon yang jatuh pun mengalami suhu dan tekanan yang intens. Kondisi ini mengubah mereka menjadi bongkahan Grafit. Saat tekanan meningkat, grafit dikompresi, membuatnya benar-benar menjadi hujan berlian.

Menurut laboratorium propulsi jet NASA, berlian semacam itu akan berdiameter sekitar satu sentimeter. Bayangkan triliunan berlian ini jatuh dari langit dan menghujani apapun yang ada di bawahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun