Mohon tunggu...
I Putu Hendra Mas Martayana
I Putu Hendra Mas Martayana Mohon Tunggu... Dosen - pendulumsenja

Ik Ben Een Vrijmaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Flu Spanyol di Hindia Belanda 1918, Cermin Penanganan Wabah di Masa Lalu

9 Juni 2020   21:37 Diperbarui: 9 Juni 2020   21:31 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Storymaps.arcgis.com

Dalam kasus mewabahnya Covid19, kita perlu membuka kembali lembaran sejarah  tentang pandemi serupa di Indonesia pada tahun 1918 (saat itu bernama Hindia Belanda). 

Flu Spanyol yang mewabah di dunia dan Hindia Belanda pada tahun 1917-1918 merupakan virus inuenza tipe A dengan subtipe H1N1. Sangat menular dan memiliki kemampuan membunuh yang tinggi. 

Virus tersebut diperkirakan menjadi virus inuenza terganas dalam sejarah manusia. Membunuh banyak orang dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Lebih mengerikan dari wabah Black Death pada abad ke-14 di Eropa. Bahkan menurut catatan statistik telah membunuh lebih banyak orang dalam kurun waktu 24 minggu dibandingkan dengan penyebaran HIV AIDS selama 24 tahun.

Perhitungan konvensional menunjukkan sekitar 20-40 juta orang meninggal. Namun ada juga yang mencantumkan angka 100 juta orang meninggal. Sumber-sumber lain menyatakan sepertiga populasi dunia terjangkit. Dengan kemampuan membunuh yang tinggi, 1 diantara 20 orang yang terjangkit Flu Spanyol memiliki fatality rate hampir 100 %. Delapan kali lebih ganas dibandingkan wabah u musiman. Estimasi jumlah korban yang ada akibat pandemi ini diperkirakan antara 20-50 juta orang.

Akan tetapi jika dianalisis, perkiraan jumlah korban patut dipertanyakan. Alasannya, pertama, kondisi dunia saat itu sedang mengalami Perang Dunia I (1914-1918), menyebabkan program sensus dan pendataan masyarakat tidak berjalan dengan baik.

Kedua, pada tahun tersebut, jasa pelayanan kesehatan masyarakat belum sebaik saat ini, sehingga data pasien dan penyakit dipastikan tidak akurat. Kemungkinan besar tidak semua orang dapat dengan mudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan ketika mereka sakit.

Oleh karena itu, kemungkinan korban Pandemi Inuenza 1918 dapat berjumlah lebih besar dari yang diperkirakan banyak ahli. Meski begitu, kebanyakan akademisi setuju menyebutkan jumlah korban yang tewas berkisar 20-50 juta orang.

Menurut Colin Brown, di Hindia Belanda, pandemi Flu Spanyol menelan korban kira-kira 1,5 juta jiwa. Secara global, pandemi tersebut diperkirakan merenggut 50 juta jiwa, jauh lebih tinggi ketimbang korban Perang Dunia I yang berlangsung pada tahun 1914-1917. Media-media saat itu sudah melaporkan kasus Flu Spanyol yang terjadi di negara-negara Eropa dan Asia lainnya. Namun Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tidak member respon. Bahkan tidak berupaya melakukan langkah preventif yang konkrit.

Penulis sejarah pandemi u, John M. Barry, menjelaskan bahwa banyaknya korban meninggal dalam Pandemi Inuenza 1918 adalah kalangan usia muda rentang 20-40 yang umumnya  memiliki ketahanan tubuh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia di bawah dan di atasnya. 

Dalam bukunya, The Great Inuenza, Barry menjelaskan bahwa ada sebuah proses yang dinamakan cytokine storm, yaitu proses di mana kekebalan tubuh berusaha memerangi virus baru yang masuk ke tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun