Mohon tunggu...
Karnoto
Karnoto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Me Its Me

Wiraswasta | Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta | Penulis Buku Speak Brand | Suka Menulis Tema Komunikasi Pemasaran | Branding | Advertising | Media | Traveling | Public Relation. Profil Visit Us : www.masnoto.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Personal Branding Presenter Cantik

6 November 2019   20:45 Diperbarui: 6 November 2019   20:50 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Diri kita adalah brand, siapapun Anda sesungguhnya adalah brand maka sejatinya  dimaintenance secara apik sesuai dengan brand yang kuat dan melekat pada diri Anda. Profesi apapun bisa dibranding termasuk presenter televisi dan faktanya sebagian dari mereka telah  sukses melakukan personal branding. 

Sebut saja Grace Natalie, mantan presenter TVOne yang sukses membranding dirinya sebagai seorang politisi. Terlepas dari pro kontra statement Grace terkait beberapa isu, tetapi dari sisi personal branding ia bisa dikatakan telah sukses dan terbukti mencapai nyaris di puncak karir sebagai politisi yaitu Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Grace merupakan salah satu presenter yang berhasil menggali potensinya sejak kemunculannya di layar kaca sebagai presenter tv khusus tema - tema politik. Personal brand Grace lalu diperkuat dengan letupan karirnya sebagai seorang politisi dan langsung berada di pucuk pimpinan partai. Presenter lainnya adalah Muetia Hafidz, dia juga sukses membranding dirinya sebagai seorang politisi.

Ia mampu mengorek potensi yang melekat pada dirinya dan dominan yaitu dibidang politik. Ia pun sukses menjadi seorang politisi di parlemen. Politisi Partai Golkar ini tampaknya sudah meyakini benar bahwa brand yang kuat dan melekat pada dirinya adalah politik sehingga iapun terus memperkuat personal brandnya sebagai seorang politisi.

Tak semua presenter memiliki highlight diri pada bidang politik, ada presenter lain yang juga menemukan personal brandnya dibidang lain. Salah satunya adalah Ira Koesno yang justru menemukan brand personalnya sebagai konsultan public speaking. Dan dia sukses juga dengan personal brandingnya.

Ada pula presenter yang terkesan memaksakan diri dengan personal brand politik padahal boleh jadi itu bukanlan keunikan yang mendominasi pribadinya. Bisa saja hanya seneng atau menyukai tetapi itu bukanlah karakter yang paling menonjol dalam pribadinya. Dan akhirnya sebagian dari mereka memang terbukti gagal di tengah jalan membangun personal brandnya sebagai seorang politisi.

Situasi seperti ini bukan saja terjadi pada diri seorang presenter, melainkan dialami sebagian orang pada profesi lain. Ada yang mencoba memaksa membranding dirinya diluar karakter yang mendominasi pribadinya. Sering saya katakan bahwa sebagian orang lupa bahwa personal branding itu bukanlah merekayasa kepribadian, melainkan upaya meletupkan keunikan yang dimiliki dan masih tersembunyi sehingga lebih kuat.

Kalau memaksakan diri membranding padahal itu bukan keunikan yang dimiliki maka seseorang itu tidak akan menjadi dirinya sendiri. Dan hampir dipastikan ini akan menyulitkan pribadinya karena dia tampil menjadi orang lain, bukan menjadi dirinya sendiri. Hal ini terjadi lantaran sebagian orang tidak mengetahui potensi paling menonjol yang sebenarnya dimiliki. Tak jarang orang sering mengaku tidak tahu potensi yang ia miliki meski usianya sudah dewasa.

Bagaimana mungkin bisa melakukan personal branding kalau dirinya sendiri tidak mengetahui brand yang kuat dan melekat pada dirinya. Oleh karena itu eksplorasi pribadi atau konsep diri itu menjadi titik awal untuk melakukan personal branding. Orang sering bingung ketika ditanyakan siapa dirinya? Siapa dalam artian bukan tempat lahir, tanggal lahir dan pendidikan, melainkan potensi yang masih tersembunyi yang nantinya akan dibranding.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum melakukan personal branding, pertama adalah kita harus mengetahui persepsi diri kita terhadap diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Dua persepsi ini sering terjadi bertolakbelakang dan terjadi jarak dan disitulah sebenarnya fungsi branding bekerja.

Bisa jadi kita mempersepsikan diri sebagai seorang politisi tetapi persepsi orang lain justru tidak. Langkah kedua setelah mengetahui dua persepsi itu adalah menetapkan brand apa yang mau kita branding dalam diri kita dan selanjutnya membuat konsep personal branding dan terakhir mengeksusi melalui komunikasi pemasaran, baik advertising, media planning, public relation dan lain sebagainya.

Kesalahan lainnya yang sering dilakukan perihal branding adalah mengira bahwa branding seperti makan cabe yang hari itu kita makan maka sudah terasa pedasnya, padahal branding itu proses tidak bisa dalam waktu sekejap. Bisa setahun, dua tahun tiga tahun tergantung kemampuan kita melakukan aktivasi branding.

Pada tahap aktivasi brandingpun sering terjadi kesalahan, dimana antara brand dan aktivasinya tidak berjalan selaras. Misalkan, ketika seorang presenter menetapkan atau menemukan dan melakukan personal branding sebagai politisi maka sejatinya semua tools komunikasi pemasaran mengarah kesana dan dilakukan secara sistematis dan terus menerus.

Kalau kemudian membranding diri sebagai seorang politisi lalu tiba - tiba muncul dalam acara keluarga, ini jelas akan mengaburkan personal brand yang sedang dilakukan, kecuali ketika tampil dalam aktivasi branding dengan tema keluarga masih berhubungan dengan politik, misalkan gahtering istri politisi, pelatihan publix speaking istri anggota dewan dan lain sebagainya.

Tetapi kalau acara keluarganya mutlak parenting maka ini akan menjadi massage personal branding mengalami noise atau gangguan sehingga perosnal brandnya menjadi buram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun