Mohon tunggu...
Karnoto
Karnoto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Me Its Me

Wiraswasta | Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Universitas Mercu Buana, Jakarta | Penulis Buku Speak Brand | Suka Menulis Tema Komunikasi Pemasaran | Branding | Advertising | Media | Traveling | Public Relation. Profil Visit Us : www.masnoto.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bukan Tak Laku, tapi Salah Pasar

3 November 2019   20:56 Diperbarui: 3 November 2019   20:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: olahan pribadi

"Saya bukan tidak laku, tapi saya salah pilih pasar. Buktinya beberapa laki-laki tertarik dan memuji diri saya."--Neneng Setiasih, penulis novel De Journal--

Meriset pasar itu butuh ilmu, bukan sekadar insting atau pakai perasaan saja. Inilah mengapa teori itu penting, karena teori itu adalah hasil dari pengamatan fenomena-fenomena sosial yang terjadi. 

Apa yang dikatakan oleh Neneng Setiasih dalam novel yang ia tulis setelah melakukan backpacker menurut saya ada benarnya juga. Dalam novelnya itu, Setiasih menceritakan bahwa dirinya dinilai wanita kelaki-lakian, tidak feminim alias tomboy.

Kondisi fisik Setiasih berbeda jauh dengan kakaknya yang memiliki karakter kewanitaan, sehingga ia kurang percaya diri soal urusan asmara. Namun, belakangan banyak pria yang tertarik pada dirinya termasuk orang bule. Saat itulah Setiasih seperti mendapat suntikan motivasi khusus untuk masalah ini. "Ternyata saya cuma salah pasar," kata Setiasih dalam novel perjalannya itu.

Dalam teori pemasaran, sebagaimana yang ditulis oleh E Jerome dan Wiliam D Perreault JR dalam buku Dasar-dasar Pemasaran, ada empat jenis peluang pasar yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi.

Dalam konteks menjual diri kepada publik maka kita pun perlu melakukan saran dari pakar pemasaran yang telah mendapatkan penghargaan Trailblazer dari American Marketing Association pada tahun 1987 itu. 

Apa yang disampaikan Setiasih dalam novelnya bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk memasarkan diri. Kekurangan yang ada pada diri kita tidaklah menjadi penghalang untuk menjual diri ke publik.

Apalagi menurut sejumlah pakar pengembangan diri, tidak ada manusia yang bodoh. Seto Mulyadi mengatakan bahwa setiap diri kita adalah cerdas. Cerdas sesuai dengan potensi yang dimiliki, bukan hanya kecerdasan akademik sebagaimana yang dianut sebagian orang. 

Bahkan menurut sejumlah ahli, ada beberapa kecerdasan yang ada pada diri manusia, di antaranya, kecerdasan akademik, sosial, lingustik, dan kinestetik.

Nah, jadi sekarang tidak perlu minder atau tidak percaya diri hanya karena kondisi fisik yang kurang ideal. Jangan sampai kita tidak berani menjual hanya karena terdapat tompel di pipi, kurang tinggi, terlalu gemuk atau memiliki hidung besar dan pesek. Pada hakikatnya, masing-masing individu memiliki kelebihan yang siap dipasarkan ke publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun