Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Review Posisi Kekayaan Bakrie 2007-2009 dan Ramalan 2010

31 Desember 2009   19:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:41 5901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_46467" align="alignleft" width="243" caption="Aburizal Bakrie (foto sumber : google)"][/caption]

Para konglomerat yang pada waktu krisis 1997 mengalami kebangkrutan, dengan cepat kembali bangkit dan menguasai berbagai sektor usaha dari hulu ke hilir, tentunya setelah mendapat bantuan kebijakan pemerintah dalam kerangka Politik Ekonomi Pertumbuhan. Padahal ketika perusahaan dan bank milik mereka bangkrut mereka mengaku tidak punya uang sehingga untuk membayar kewajiban mereka terhadap nasabah bank dan negara, pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan dana BLBI Rp.250 triliun lebih yang bunganya ditanggung APBN.

Belum cukup dana BLBI, pemerintah pun mengucurkan bantuan Obligasi Rekap senilai Rp.400 triliun untuk menyehatkan perbankan Indonesia, yang lagi-lagi cicilan bunga dan pokoknya harus ditanggung rakyat melalui APBN. Kemudian satu persatu bank nasional yang dimanjakan pemerintah tersebut diobral dengan harga di bawah biaya obligasi rekap. Sebelumnya saat menerima BLBI, nilai asset yang yang mereka jaminkan pun masih jauh di bawah dana yang mereka terima, boleh dibilang nilai asset yang ‘cuma’ beberapa triliun bisa mendapat bantuan puluhan triliun uang negara, pada waktu itu pengawasan BI memang sangat lemah, belum seketat sekarang. BPPN yang menjadi motor pengembalian uang negara pun berjalan tersengal-sengal layaknya sepeda motor tua kehabisan bensin, tidak bisa diandalkan. (Lihat)

Satu dekade kemudian, tepatnya pada tahun 2007, salah satu konglomerat yang menjadi kebanggaan masyarakat pribumi, yaitu Aburizal Bakrie dengan jaringan keluarganya, mampu melesat ke jajaran elit daftar orang terkaya Indonesia. Meski diterpa masalah Lumpur Lapindo sejak Mei 2006, tahun itu tidak mengurangi jumlah hartanya yang menjadikannya orang terkayanomor satu di Indonesia versi majalah bisnis Forbes Asia. (Lihat).

Untuk diketahui, kasus Lapindo ditetapkan sebagai bencana alam sehingga harus ditangani menggunakan dana APBN, meski keputusan itu sempat ditentang Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan alasan dapat mengganggu stabilitas APBN.

Setahun kemudian, 2008, krisis global yang merupakan ulangan krisis moneter tahun 1997 melanda ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam siaran persnya dari Singapura, Kamis (11/12/2008), majalah Forbes Asia menyatakan kekayaan netto Indonesia merosot drastis dengan pasar modal yang anjlok sekitar 54% dari tahun sebelumnya. Harga komoditas merosot dan rupiah yang melemah hampir seperempat nilainya dibandingkan tahun 2007. Sementara itu, total kekayaan bersih dari 40 orang terkaya di Indonesia anjlok hampir 50% dari tahun lalu, sehingga totalnya kini sekitar US$ 21 miliar dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar US$ 40 miliar.

Sukanto Tanoto, yang pernah menduduki posisi puncak daftar orang kaya Forbes Asia pada 2006, tahun itu kembali meraih titel sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan netto US$ 2 miliar, nilai yang sebenarnya turun sekitar 57% dari tahun lalu yang tercatat US$ 4,7 miliar. (Lihat).

Sedangkan posisi Aburizal Bakrie?

Tahun 2008 total kekayaannya turun drastis dari US$ 5,4 miliar menjadi ‘hanya’ US$ 850 juta, otomatis posisinya dari daftar orang terkaya ikut terjun bebas, jika tahun sebelumnya menduduki puncak tahun itu dia hanya menduduki peringkat sembilan, turun delapan tingkat. Apa penyebab kejatuhan tersebut?

Akibat dampak krisis global, saham-saham perusahaan keluarga Bakrie jatuh sekitar 90% karena para bankir khawatir terulangnya krisis finansial 1997-1998 dan tidak mau berisiko atas pinjaman kepada grup usaha Bakrie senilai miliaran rupiah. Hal itu menyebabkan saham grup Bakrie yang semula berkisar Rp. 8.000,- per lembar rontok menjadi hanya Rp. 425,- per saham. Dengan memanfaatkan jabatannya sebagai Menko Kesra, dia berusaha mencampuri bursa efek guna menghentikan sementara saham-saham Grup Bakrie, antara lain Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR),  PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

Lagi-lagi koleganya di Kabinet Indonesia Bersatu, Sri Mulyani Inderawati yang menjabat Menteri Keuangan menjegal usahanya dengan meminta bursa melepas kembali saham Bakrie Grup. Inilah yang menurut Sri Mulyani dalam wawancara dengan Wall Street Journal menjadi alasan "Aburizal Bakrie is not happy with me", selain penetapan kasus Lapindo juga tentunya. (Lihat).

Untuk tahun yang baru kita lewati yakni 2009, Aburizal Bakrie cukup beruntung posisinya bisa naik lagi ke peringkat empat besar dengan total kekayaan mencapai US$ 2,5 miliar. Bisa jadi posisinya terkatrol dikarenakan situasi ekonomi Indonesia yang makin baik pada tahun 2009. Mungkin posisi ini akan berbeda seandainya bailout Bank Century yang menurut BI berdampak sistemik terhadap perekonomian bangsa tidak terlaksana. Suatu kebijakan yang harusnya patut disyukuri oleh Aburizal dan pelaku usaha lainnya, bukan malah mengerahkan bala tentaranya menyerang Boediono dan Sri Mulyani, salah satunya oleh anak buahnya sewaktu di Kadin dan Partai Golkar, Bambang Susatyo. Meskipun pada saat krisis global 2008, dia meminta pemerintah cepat tanggap membuat kebijakan penyelamatan agar dunia usaha tidak ikut hancur layaknya terjadi di Amerika. Pernyataannya itu bisa di lihat di sini atau sini dan sini-sini lain silahkan cari sendiri.

Bagaimana perkiraan kekayaan Aburizal Bakrie tahun 2010 ini?

Jika melihat kondisi perekonomian Indonesia dan global saat ini telah pulih kembali, kemungkinan posisi saham-saham keluarga Bakrie akan ikut terangkat. Apalagi Multicapital, anak usaha Bakrie Capital dan Bumi Resources (BUMI) baru mendapat jatah terbesar dari divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara. Multicapital akhirnya mendapatkan 75% dari 14% jatah divestasi Newmont tahun 2008 dan 2009, setelah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mundur. Padahal sebelumnya, Multicapital sudah mendapat jatah 75 persen dari 10 persen saham divestasi Newmont tahun 2006 dan 2007. Mengenai alasan PT Antam mundur dapat dilihat di sini.

Pernyataan ini dikuatkan setelah pihak Multicapital mentransfer dana US$ 246,82 juta ke rekening milik PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) untuk pembayaran 7 persen saham jatah divestasi tahun 2008, Jumat (11/12/2009). Transfer dana dilakukan dari Bank Mandiri Cabang Singapura ke Citibank Cabang New York dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Jepang.

Begitu dana telah diterima, malam itu juga digelar serah terima saham dari Newmont ke manajemen MDB di Menara Rajawali Jakarta, tempat Newmont berkantor. DMB adalah perusahaan daerah bentukan tiga pemda di NTB. DMB bersama Multicapital telah membentuk perusahaan patungan PT Multi Daerah Bersaing (MDB) untuk mengeksekusi pembelian saham Newmont.

Sedangkan 7% saham divestasi tahun 2009, sesuai dengan Surat Perjanjian Jual Beli atau Sales Purchase Agreement yang diteken MDB dengan Newmont 23 November 2009 akan dibayar setelah Newmont melakukan Rapat Umum Pemegang Saham. (Lihat).

Dapat disimpulkan, dalam kondisi perekonomian yang stabil, jumlah kekayaan Aburizal Bakrie dan keluarganya dipastikan akan meningkat, terutama dari saham BUMI Resource yang baru saja memborong usaha mineral stategis tersebut. Dengan syarat mereka bisa mengalahkan dominasi usaha R. Budi & Michael Hartono, Martua Sitorus, dan Susilo Wonowidjojo yang menduduki peringkat pertama sampai ketiga pada tahun 2009 serta tidak tersaingi Eka Tjipta Widjaja, Putera Sampoerna, Sukanto Tanoto, atau pengusaha-pengusaha lain di bawahnya.

Namun sebagai catatan, posisi bisa saja berbeda, jika tahun 2010 ini dia terbentur Kasus Lapindo yang status sebagai bencana alam kini akan ditinjau kembali dan kasus pidana pajak perusahaan grupnya terungkap, mengingat utang pajak beserta dendanya akan menguras kekayaan keluarga Bakrie triliunan rupiah.

Saya bukan pengamat apalagi ahli ekonomi, oleh karena itu silahkan dikoreksi seandainya punya pendapat berbeda, terima kasih.

Demi Indonesia Lebih Baik, saatnya berpadu dengan bantal.

Edited 02 Jan 2009, 00.35 WIB :

karena kemarin ngantuk belum sempat nge-link daftar orang-orang itu, silahkan dicek :

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun