Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media dan co-PR -- Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

RSUD Bobong: Rumah Sakit di Ujung Timur Laut

26 September 2025   23:21 Diperbarui: 27 September 2025   04:51 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangunan RSUD Bobong di ibukota Kabupaten Pulau Taliabu (Foto:tabloidlugas.com)


Oleh: Mahar Prastowo

Saya membayangkan seorang ibu di Bobong. Malam itu, ia panik. Anaknya demam tinggi. Di pulau kecil seperti Taliabu, panik itu artinya ganda: bukan hanya soal penyakit, tapi juga soal jarak. Jika harus dirujuk, ia harus menyeberang lautan.

Selama ini, itulah kenyataan warga Taliabu. Kalau sakit agak serius, jawabannya selalu sama: "Harus ke Ternate." Atau, kalau lebih parah, "ke Ambon." Tidak ada rumah sakit yang "benar-benar rumah sakit."

Banyak juga yang rujukan berobatnya ke Luwuk Banggai (Sulteng) dan Kendari (Sultra) lantaran ke Ternate  yang notabene ibukota provinsi, malah lebih jauh.

Maka, ketika Presiden Prabowo Subianto menyebut nama Taliabu dalam daftar 30 kabupaten yang akan dibangunkan rumah sakit, warga langsung punya harapan baru. Nama Taliabu tiba-tiba sejajar dengan Tobelo dan Anambas. Presiden menyebutnya dalam acara peresmian Gedung Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional RS PON di Jakarta.

Saya membayangkan betapa kagetnya orang Taliabu mendengar nama pulau mereka meluncur dari mulut Presiden. Pulau kecil yang di peta saja orang sering tidak tahu letaknya.

Tapi pembangunan rumah sakit itu tidak semulus imajinasi. Lokasi harus dipindah, dari Ratahaya ke depan kantor DPRD Taliabu. Urusan administrasi pun ikut menunda. Target yang semula akhir 2025, bergeser ke April 2026.

Siapa yang membangun? Nama lama: WIKA. Perusahaan plat merah yang sudah kenyang proyek infrastruktur. Bukan hanya di Taliabu, WIKA juga sedang menggarap revitalisasi RSUD Maba di Halmahera Timur. Nilainya ratusan miliar rupiah: Rp 131,5 miliar untuk Bobong, Rp 121 miliar untuk Maba. Uangnya dari APBN. Skemanya Design & Build.

Direktur Utama WIKA, Agung BW, berbicara dengan bahasa khas korporasi: efisiensi, mutu terbaik, transformasi bisnis. Di Jakarta, itu terdengar biasa. Tapi di Taliabu, artinya sangat nyata: warga tak lagi harus menjual kebun atau sapi hanya untuk membiayai perjalanan berobat ke Ternate.

WIKA memang sedang sibuk. Hingga kuartal pertama 2025, kontrak barunya sudah Rp 2,16 triliun. Dari konstruksi gedung, infrastruktur, hingga industri pendukung. Tapi yang akan diingat orang Taliabu bukan angka triliun itu. Yang akan mereka ingat adalah: "Ada rumah sakit baru di sini."

Tentu saja proyek sebesar ini tidak luput dari isu. Soal izin. Soal galian C. Tapi pihak WIKA buru-buru menjelaskan: semua izin sudah dikoordinasikan dengan pemerintah pusat maupun daerah. IMB? Itu domain Dinas Kesehatan. Galian C? Sudah lewat perusahaan ekspedisi resmi.

Bagi warga, semua itu tidak terlalu penting. Mereka hanya ingin gedung itu benar-benar berdiri. Mereka ingin ada ruang bersalin yang layak. Ada dokter spesialis. Ada laboratorium.

Apakah itu akan terwujud? April 2026 akan jadi jawabannya.

Sampai hari itu tiba, masyarakat Taliabu hanya bisa menunggu. Sambil berharap, sakit berat jangan dulu datang.


[mp]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun