Yang menarik, ternyata di lokasi lain, para remaja putra juga dibina. Bahasannya beda: soal tanggung jawab sosial, kedisiplinan, dan nilai-nilai keislaman. Tapi tujuannya sama: membentuk generasi muda yang utuh---akal, iman, dan adabnya.
Dan kegiatan keputrian di Karang Sari  ini membuat saya merasakan satu perasaan yang aneh: lega.
Di tengah semua berita tentang anak muda yang kabur dari rumah, tawuran, narkoba, atau tersesat jadi konten kreator pencari cuan lewat prank dan kontroversi, di satu sudut Banyuasin, para remaja sedang belajar tentang air wudhu dan busana syar'i. Dengan gembira. Dengan sadar. Dengan niat.
Saya tidak tahu apakah seminar ini akan mengubah mereka selamanya. Tapi saya tahu, setiap perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.
Mungkin dari membasuh wajah sebelum subuh. Mungkin dari memilih warna jilbab yang tetap syar'i tapi tidak monoton.
Atau dari satu niat sederhana: ingin jadi muslimah yang baik.
Dan seperti kata Zaka, "Ini bukan sekadar tentang pakaian. Ini tentang peradaban."
[mp]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI