Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media, PR, Ghotswriter, Paralegal. Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" | https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menteri Agama: Hilal Tidak Tampak, Lebaran Ditunda Sehari

30 Maret 2025   11:51 Diperbarui: 30 Maret 2025   11:40 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hilal yang selalu jadi perdebatan. (ilustrasi)

Sudah bukan hal baru: negeri ini terlalu rumit untuk hal-hal yang seharusnya sederhana. Lebaran, yang seharusnya jadi hari kemenangan, malah berubah jadi kekacauan. Sudah siap-siap takbiran? Sudah cuci baju baru? Sudah atur janji ke rumah saudara? Eh, tiba-tiba Menteri Agama muncul di TV dan berkata, "Maaf, Lebaran bukan besok, tapi lusa!"

Apa ini? Kenapa setiap tahun harus ribut soal melihat bulan? Apa kita masih hidup di abad ke-12, ketika teleskop belum ditemukan? Bagaimana mungkin teknologi sudah secanggih ini, tapi untuk menentukan satu tanggal saja masih harus sidang berjam-jam? Muhammadiyah bilang begini, NU bilang begitu, pemerintah bilang "nanti dulu." Sementara rakyat? Hanya bisa gigit jari!

Di rumah-rumah, ibu-ibu mendadak panik. "Ketupat ini jadi dimakan atau disimpan? Opor ini jadi dihidangkan atau dibekukan?" Anak-anak bingung, "Jadi puasa lagi atau boleh makan?" Sementara bapak-bapak di warung kopi sibuk debat kusir, seolah merekalah yang akan menentukan kapan Lebaran.

Dan ini bukan cuma soal bingung makan. Para pedagang pasar kelabakan. Harga daging sudah naik, stok sudah habis, tapi karena Lebaran mundur, permintaan melonjak lagi. Sementara para pekerja yang sudah atur jadwal mudik jadi kena imbas: tiket kereta dan pesawat habis, cuti sudah diatur, tapi Lebaran malah bergeser. Siapa yang mau tanggung jawab?

Lebaran seharusnya hari kemenangan. Hari yang menyatukan. Tapi setiap tahun kita justru dipecah-belah: yang satu takbiran duluan, yang satu masih menahan lapar. Yang satu sudah bermaaf-maafan, yang satu masih menunggu fatwa ulama. Negeri ini begitu sulit bersatu, bahkan untuk sesuatu yang seharusnya pasti. Lalu, bagaimana mau maju?

Itulah sekelumit kenangan tragedi opor dan ketupat yang dihangatkan, gara-gara Menteri Agama Suryadarma Ali mengumumkan penundaan lebaran 2011, dari tanggal 30 menjadi 31 Agustus. Tapi tenang, kali ini tetap 31 Maret. Itu sudah yang terakhir. Di sebagian Maluku sudah ada yang lebaran 27 Maret, di sebagian NTB 28 Maret, di Makkah 30 Maret. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun