Bogor, 23 Maret 2025Â - Langit Bogor berselimut mendung tipis, namun semangat yang membuncah di RM Kampung Parahyangan, Cibubur, terasa hangat. Hari itu, pomparan Tuan Sihuring Simanjuntak Anak, Boru, dan Bere se-Jabodetabek berkumpul dalam sukacita, menyaksikan pelantikan pengurus baru yang diharapkan mampu membawa napas segar bagi punguan mereka.
"Ima do marhitean hita di tano toras on," ujar Bernard Bona Mampe Simanjuntak, Ketua Umum terpilih, dengan suara lantang. Artinya, di tanah rantau ini, kita hidup saling menopang. Baginya, punguan bukan sekadar simbol kekerabatan, melainkan rumah bersama yang siap mengulurkan tangan di kala suka maupun duka.
Adat yang Menyatukan
Bernard tidak hanya berbicara tentang seremonial semata. Dalam setiap kegiatan, katanya, nilai-nilai adat Batak harus tetap menjadi roh yang menghidupi kebersamaan.
"Kalau kita menggelar pesta adat tanpa memahami ruhut-ruhutnya, apa kata leluhur?" tegasnya. Pada 13 Maret lalu, pengurus menghadiri sosialisasi buku Ruhut-Ruhut Adat Batak Toba yang digagas Dewan Mangaraja Lokus Adat Budaya Batak (DM LABB). Salah satu misinya ialah menyederhanakan pelaksanaan adat, agar efisien tanpa mengurangi maknanya. Upacara adat perkawinan, misalnya, ditargetkan rampung dalam empat jam.
"Togu do na ni uhum, alai toguan ma hita," Bernard mengingatkan. Hukum adat memang kokoh, tapi pelaksananya juga harus tangguh. Dengan adanya panduan yang jelas, pengurus yakin punguan akan lebih solid.
Generasi Penerus Parsinabung
St. Kadim Simanjuntak, penasihat punguan, mengarahkan pandangannya pada generasi muda. Baginya, regenerasi adalah kunci lestarinya adat.
"Parsinabung itu bukan sekadar pemimpin upacara adat. Dia simbol kehormatan marga," ujarnya. Ia mendorong pengurus membina kader-kader baru agar siap menjadi parsinabung di masa depan.
"Sudah saya berikan buku materi adat. Tinggal dibaca, dipahami, lalu dipraktikkan. Holan sian huting do naso marguru," ucapnya. Hanya orang malas yang enggan belajar.
Struktur Pengurus Baru
Punguan Pomparan Tuan Sihuring Simanjuntak mencakup keturunan dari empat garis besar: Raja Pangarisan, Raja Partumpuan, Tuan Nagani, dan Ompu Salean. Keempatnya telah berkembang pesat di Jabodetabek, membawa serta kekayaan tradisi yang kini menjadi perekat antar anggota.