Mohon tunggu...
Mahardy Purnama
Mahardy Purnama Mohon Tunggu... Guru - Pecinta Sejarah

Pecinta Sejarah dan Sastra. Suka nonton sepakbola dan koleksi buku.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saya Fans Brazil tapi Bahagia Messi Juara

21 Juli 2021   12:54 Diperbarui: 21 Juli 2021   13:19 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya penggemar tim nasional Brazil sejak Piala Dunia 1998 di Prancis. Piala Dunia pertama yang saya nonton di layar televisi 14 inci. Di masa itu anak-anak SD seusia saya sangat mengidolakan Ronaldo Luiz Nazario de Lima. 

Ronaldo pertama yang saya kenal sebelum muncul Cristiano Ronaldo. Betapa bahagianya saya ketika Brazil menjuarai Copa America 1999 disusul Piala Dunia 2002 di Korea dan Jepang. Dan hati saya tersayat ketika Brazil dilibas Prancis 0-3 di final 1998 dan Jerman 1-7 di kandang sendiri tahun 2014. Begitulah perasaan seseorang pada tim yang dijagokan.

Kesukaan saya pada Brazil satu paket dengan kesukaan saya kepada pemain-pemainnya. Dulu saya pernah menjadi penggemar Inter Milan karena Ronaldo bermain di sana. 

Ketika pemain berkepala plontos itu pindah ke Real Madrid saya jadi penggemar Real Madrid. Sebenci-bencinya saya dengan Barcelona, saya senang melihat Ronaldinho mengangkat trofi si Kuping Besar tahun 2006 bersama tim berjuluk Blaugrana tersebut. Saya juga jadi pecinta AC Milan ketika Kaka bermain di sana. Dan ketika Neymar pindah ke Barcelona dari Santos, rasa benci saya pada klub Catalan tersebut jadi berkurang.

Final Copa America kemarin (11/7/2021) tentu saja saya menjagokan Brazil untuk menjadi juara. Tetapi melihat lawannya di final adalah Argentina, dari hati saya paling dalam berharap Brazil rela mengalah demi melihat seorang Lionel Messi mengangkat piala untuk negaranya.

Saya setidaknya sudah menonton empat kali timnas Argentina tampil di final dimana Messi masuk dalam skuadnya. Pertama Copa America tahun 2007 di Venezuela. Di tahun ini Messi masih berusia 20 tahun bermain dengan senior-seniornya seperti Requelme, Crespo, Zanetti, dan Veron. Meski mencapai final, Tim Tango dibantai tiga gol tanpa balas oleh Brazil di partai puncak.

Berikutnya adalah Piala Dunia 2014 di Brazil, masa ketika Messi telah menjadi pemain hebat yang memenangkan banyak gelar bergengsi bersama Barcelona maupun gelar individu. Sampai tahun itu Messi telah enam kali juara La Liga, dua Copa del Rey, lima Piala Super Spanyol, tiga Liga Champions Eropa, dua Piala Super Eropa dan dua Piala Dunia Antar Klub. Sayang, prestasi Messi bersama klub tidak menular ke timnas Argentina. Pada final yang digelar di Stadion Maracana, Rio de Janeiro itu Messi cs kalah dari Jerman melalui gol semata wayang Mario Gotze di babak perpanjangan waktu.

Tahun 2015 kembali Messi membawa Argentina di partai puncak. Kali ini di ajang Copa America yang berlangsung di Chile. Di tahun itu Messi baru saja membawa Barcelona meraih treble winner. Banyak yang memprediksi bahwa kali ini Messi akan mengangkat piala bersama negaranya. Apalagi tim yang dihadapi di final adalah Chile, tim yang belum pernah satu kalipun menjuarai Copa America. Namun, prediksi banyak orang salah. Chile justru menjadi juara setelah menang adu tos-tosan 4-1. Messi lagi-lagi gagal mengangkat trofi.

Setahun berselang, Messi kembali mencapai partai puncak untuk kali ketiga secara berturut-turut bersama Argentina. Pada Copa America 2016 ini penggemar sepakbola, termasuk saya, berharap Messi menjadi juara. 

Dengan skuat yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, Argentina masih menjadi tim bertabur bintang. 

Di sana ada Aguero, Di Maria, Lavezzi, Banega, dan masih banyak lagi. Partai ulang final 2015 terjadi, Argentina kembali bertemu Chile. Bedanya, kali ini kompetisi digelar di Amerika Serikat.

Dan ternyata, hasil buruk tahun 2015 terulang lagi. Bermain tanpa gol di waktu normal dan extra time, Argentina tumbang di babak adu penalti. Lebih buruk lagi, karena Messi menjadi salah satu pemain yang gagal memasukkan bola ke gawang Claudio Bravo. 

Messi berduka. Messi menangis. 

Terlihat ia sangat frustrasi. Apalagi para pecinta sepakbola kembali membandingkannya dengan Cristiano Ronaldo yang baru saja menjuarai EURO di tahun yang sama. CR7 dianggap lebih sukses ketimbang Messi karena berhasil membawa timnas Portugal menjadi juara.

Beberapa saat setelah pertandingan mengecewakan melawan Chile, secara mengejutkan Messi mengumumkan pensiun dari timnas Argentina.  Fans bersedih dan berharap Messi menarik keputusannya tersebut. Mungkin karena banyak yang mendesaknya untuk kembali bermain bersama timnas, termasuk Presiden Argentina Mauricio Macri, akhirnya Messi bersedia comeback.

Setelah gagal di dua gelaran berturut-turut, Piala Dunia 2018 dan Copa America 2019, Argentina kembali masuk final pada Copa America 2021. Saya sebenarnya yakin Brazil kembali menjadi juara di Copa America tahun ini. Selain unggul sebagai tuan rumah, Brazil juga diisi oleh pemain kelas dunia di setiap lini. Sebut saja Alisson Becker dan Ederson Moraes di bawah mistar gawang. Marquinhos dan Thiago Silva di belakang. Casemiro dan Fabinho di lini tengah. Dan di lini depan ada pemain termahal dunia, Neymar Junior.

Sementara di kubu Argentina lebih mengandalkan pemain muda yang belum banyak pengalaman di kompetisi akbar. Nama-nama yang akrab di telinga, sebut saja Higuain, Icardi, Dybala, dan Ever Banega, tidak lagi dipanggil oleh pelatih Lionel Scaloni. Sebagai gantinya Scaloni memanggil nama-nama yang tidak begitu terkenal seperti Rodrigo De Paul, Joaquin Correa, dan Angel Correa, dan kiper Aston Villa yang baru mulai dikenal dunia, Emiliano Martinez.

Merajai klasemen Grup A, Messi dkk melibas Ekuador 3-0 di perempat final dan menang susah payah atas Kolombia di semifinal lewat drama adu penalti. Partai final Idealpun terjadi, Brazil bertemu Argentina.

Saya katakan di awal, saya adalah fans timnas Brazil sejak kecil. Saya akan senang jika Brazil juara lagi tahun ini. Tapi saya tidak bisa membohongi hati kecil saya, saya berharap melihat Lionel Messi sukses bersama timnas Argentina. Meskipun sekali saja dalam seumur hidup saya.

Harapan saya bukan tanpa alasan. Saya akui Messi adalah pemain sepakbola terbaik di dunia. Ia telah mendapatkan segalanya bersama Barcelona. Akan indah melihat pemain terbaik dunia bisa memenangkan gelar bergengsi bersama timnasnya. Terlebih lagi Messi telah berusia 34 tahun. Dengan usianya yang telah memasuki usia senja bagi seorang pesepakbola professional, mungkin saya tidak akan melihatnya lagi bermain di Copa America atau Piala Dunia edisi mendatang. Mungkin saja. Sebab itu saya berharap sebelum gantung sepatu, setidaknya bisa melihat Messi satu kali saja mengangkat trofi bersama timnas senior Argentina.

Saya tidak terlalu kecewa Brazil juara karena saya sudah sering melihat tim berjuluk Selecao menjadi juara. 

Tapi seumur hidup, saya baru melihat timnas Argentina menjuarai kompetisi bergengsi. Memang ada satu trofi yang dimenangkan Messi bersama timnas Argentina, yaitu juara Olimpiade 2008 di Beijing. Tetapi ia termasuk kategori timnas U-23, dan saya tidak pernah menyaksikan kompetisi tersebut.

Dan ternyata keinginan saya terkabul. Di stadion Maracana, 11 Juli 2021 waktu Indonesia, saya akhirnya bisa melihat Messi mengangkat piala dengan seragam garis biru putihnya. 

Lihat saja bagaimana para pemain berlari memeluk Messi sesaat setelah wasit meniup peluit panjang. Saya yakin mereka juga sama seperti saya, berharap melihat sang kapten mengangkat piala bersama timnas Argentina sebelum ia pensiun. Akhirnya juara juga kau La Pulga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun