Mohon tunggu...
Fiksiana

Resensi Novel Amelia, Serial Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

27 Oktober 2015   09:58 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 6274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tema yang dapat diambil adalah novel tersebut bertemakan tentang keharmonisan dan kesederhanaan kehidupan kaluarga.

    f. Kritik Kelemahan Buku

Sebenarnya hanya sedikit yang dapat dikritik, yaitu hanya kadang penulisan kata yang kekurangan huruf, jadi penulis maupun editor harus lebih memperhatikan penulisannya.

    g. Kesan Terhadap Buku

Setelah selesai membaca novel “Amelia” pembaca pasti akan terkesan akan tokoh anak kecil Amelia. Anak bungsu dari empat besaudara ini memiliki karakter yang kuat. Bahkan orang dewasa pun dapat belajar dari tokoh tersebut. Sikap pantang menyerahnya membuat semua orang yang membacanya akan terkesan bila cerita tersebut benar-benar terjadi. Kekuatan dari novel ini adalah kehebatan penulis menggambarkan tingkah, pemikiran, dan percakapan anak-anak. Selain itu, seperti dalam buku-buku sebelumnya penulis selalu bisa memberikan pemahaman baru, tentunya dengan bahasa yang sedehana, tentang nilai kehidupan.

    2. Isi

       a. Sinopsis

Kenalkan, namaku Amelia. Disekolah, di tempat belajar mengaji Nek Kiba, di sungai, di balai kampong, teman-teman bermain, dan bahkan semua orang memanggilku Amel. Aku dan keluargaku tinggal di perkampungan yang indah. Persis di Lembah Bukit Barisan. Dilingkari oleh hutan lebat di bagian atasnya. Saat ini aku duduk dibangku sekolah dasar kelas 3. Aku anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak tertuaku bernama Eliana, Eliana si pemberani. Kakak nomor duaku bernama Pukat, Pukat si jenius. Terakhir, kakak nomor tigaku bernama Burlian, Burlian si anak spesial.

Penggalan paragraf diatas mungkin menjadi perkenalan singkat tentang tokoh utama dalam novel yang berjudul sesuai nama tokoh utamanya yaitu Amelia. Novel Amelia menceritakan tentang kehidupan keluarga Syahdan di kampung di pedalaman Sumatera, dari sudut pandang bocah kecil bernama Amelia. 

Petualangan Amelia dimulai ketika ia mulai jenuh diomeli kakaknya Eli. Setiap hari ia terus mengeluh karena diatur-atur oleh kak Eli. Kak Eli selalu menyuruh-nyuruh Amelia mencuci, menyetrika, dan pekerjaan rumah lainnya, setidaknya itu yang dirasakan Amelia. Amelia merasa tidak adil karena kakaknya yang lain yaitu Burlian dan Pukat yang kerjaannya hanya bermain seharian tidak diomeli kak Eli.

Amelia benci menjadi anak bungsu, ia ingin menjadi anak sulung seperti kak Eli. Apalagi kak Burlian dan kak Pukat sering mengolok-olok dirinya. Mengatakan jika Amelia tidak bisa pergi jauh, ia akan menjadi penunggu rumah, hanya penunggu rumah. Suatu ketika, kekesalan Amelia pada kak Eli membuatya melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ia sengaja menyikat sepatunya menggunakan sikat gigi kak Eli. Kak Eli yang mengetahui sikat giginya rusak melaporkan pada bapak. Wajah Amelia memerah, takut, penuh rasa bersalah. Dengan besar hati Amelia pun mengakui kesalahannya. Kak Eli marah besar kepada Amelia, begitu pula dengan bapak. Amelia pun di hukum mengerjakan tugas kak Eli selama seminggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun