Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tarif Tol Naik, Bagaimana Pelayanan Pengelola Tol?

3 November 2015   08:10 Diperbarui: 3 November 2015   08:33 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Macet di Tol Dalam Kota Malam Hari."][/caption]

Minggu (1/11) kemarin tarif 15 ruas jalan tol di Jakarta dan sejumlah provinsi lainnya naik. Besaran kenaikan tarif tol berkisar antara 8-15 persen.

Untuk tol dalam kota yang nyaris setiap hari saya lalui, kenaikannya tidak terlalu terasa, yaitu “hanya” Rp 1.000, dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000. Bandingkan ketika dulu setelah sekian lama bercokol di angka Rp 3.000 (sampai seorang teman menyebutnya sebagai “tol tiga ribu”), naik 30 persen jadi Rp 3.500.

Waktu itu, awal 2001, kenaikannya cukup terasa. Apalagi seperti saya yang rutin melewatinya, tiap pagi dan sore hari. Waktu itu, tarif tol dalam kota dinaikkan setelah 9 tahun tidak naik-naik. Rasanya, setelah itu kenaikannya lumayan sering, hingga kini menyentuh angka Rp 9.000.

Boleh-boleh saja tarif tol naik dan menurutku itu juga hal yang lumrah dalam bisnis. Namun, yang perlu diperhatikan, mestinya kenaikan tarif juga diikuti perbaikan pelayanan. Rasanya pernyataan ini bukan hal yang baru, karena pasti diulang setiap kali tarif tol naik. Tapi ya tetap sampai di bibir saja, tidak berlanjut pada tindakan konkret (atau saya yang kurang informasi barangkali).

Dulu, sebelum tarif tol 2001 dinaikkan, saya sempat berbincang-bincang dengan direktur Jasa Marga (waktu itu) Frans Sunito. Menurut dia, kenaikan tarif tol tidak terelakkan karena sejumlah alasan. Terutama menyangkut perawatan. Secara berkala, pengelola harus mengaspal kembali atau memperbaiki bagian-bagian tol yang rusak. Dan, ini biayanya tidak murah (saya tidak ingat angkanya, tapi cukup besar. Sekarang sih mungkin sudah jauh berubah dan pastinya tidak akan lebih murah).

Hal lain adalah menyangkut pelayanan seperti patroli petugas dan layanan mobil derek. Oya, pada masa itu penetrasi ponsel belum semasif sekarang. Jadi, untuk mengantisipasi masalah yang mungkin dialami pengguna di tengah jalan tol, setiap beberapa kilometer disediakan telepon untuk menghubungi petugas. Yang disebut terakhir rasanya sudah tidak relevan karena hampir semua orang sudah menenteng ponsel. Sedangkan soal patroli petugas, saya pernah mengalami ketika mobil bermasalah di tol dalam kota, tidak sampai 5 menit sudah ada petugas yang datang dan tak lama mobil derek pun tiba. Ini kebetulan kejadiannya di tol dalam kota masih dekat kuningan, jadi menurut petugasnya memang prioritas untuk segera ditangani. Soalnya, sewaktu-waktu bisa saja ada VIP yang lewat.

Jadi, meski tidak menghitung secara detail, menurutku semua alasan kenaikan itu masuk akal.

Hanya saja, komplain utamaku terhadap jalan tol yaitu kita sudah bayar tapi tidak ada jaminan jalan akan lebih lancar. Kalau pada peak hour pagi hari ya sudahlah, nggak usah ditanya lagi, semua akses menuju pusat kota pasti macet. Kalau pulang kantor yang tidak ketahuan. “Tebak-tebak buah manggis,” kata seorang teman yang sering nebeng pulang bareng. Siapa yang tak jengkel, sudah bayar dan masuk jalan tol, ternyata macet. Padahal, di luar jalan tol lancar jaya. Wah, ini sih kita membayar untuk macet (baca juga: Macetnya Jakarta, Derita Warga).

Pengelola memang tak bisa disalahkan sepenuhnya. Pertambangan kendaraan bermotor di Ibu Kota memang luar biasa. Sayangnya, kemampuan warga untuk memiliki kendaraan ternyata tak diimbangi sopan santun dan pengetahuan berlalu lintas yang memadai. Main serobot sudah biasa. Di Jakartalah bisa terjadi orang yang tertib berlalu lintas menjadi salah, sedangkan yang seenaknya menjadi benar.

Sesungguhnya saya masih berharap pada transportasi umum. Siapa sih yang suka bermacet ria selama berjam-jam? Namun, kalau kondisi transportasi umum masih seperti sekarang, ya memang sulit untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun