Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Money

Bursa ‘Cakar’ Makassar, Pakaian Kren Harga Murah

4 Mei 2011   09:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05 6121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Baju dan celana bermerk dengan harga jual jutaan rupiah di toko-toko pakaian atau butik, dapat anda peroleh dengan harga hanya antara Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu per potong di lokasi Bursa-bursa Cakar yang terdapat di Kota Makassar.

[caption id="attachment_106090" align="aligncenter" width="591" caption="Sentral Cakar Ratulangi di Jl.Ratulangi Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Untuk sebuah kemeja produksi dari pabrik atau rumah-rumah mode di Korea, Australia, Amerika, Eropa, dan Jepang dapat dibeli dengan harga hanya Rp 50.000 per potong. ‘’Bahkan,hari Minggu kemarin di Sentral Cakar Ratulangi saya bisa memperoleh tiga potong kemeja dengan harga Rp 100 ribu. Mungkin karena belanjanya sudah jelang Magrib, sehingga saya diberi harga begitu oleh sang ibu -- si penjualnya,’’ jelas seorang rekan.

[caption id="attachment_106092" align="alignright" width="471" caption="Bursa Cakar di Jl.Gunung Bawakaraeng Kota Makassar/Ft : Mahaji Noesa"][/caption]

Di Bursa-bursa Cakar Kota Makassar ini bertebaran merk kren baju dan celana, seperti Kenzo, Armani, Corocodile, Gucci, Leonardo, Givency, Slazenger, Audi, Edwin, IVL, Adidas, dan lain-lain. Celana bermerk berharga jutaan di pasaran umum, seperti Levis, Wrangler atau BMW dapat diperoleh dengan harga hanya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per buah.

Selain baju dan celana, di Bursa Cakar Kota Makassar terdapat penjualan produk luar negeri lainnya, seperti berbagai jenis, model dan merk sepatu, jaket, switter, jas (laki dan perempuan), rim, kaos oblong, pakaian anak-anak, topi, gorden, ambal (karpet), dasi, kaos kaki, hingga berbagai jenis pakaian dalam wanita. Harganya, ya….tetap ‘miring’ sampai duapuluh kali ‘lebih murah’ dibanding produk dengan merk dan kualitas sama yang dijual di kawasan perdagangan umum atau toko-toko pakaian.

Bagi warga Kota Makassar, penyebutan ‘Bursa Cakar’ sudah dimaklumi sebagai lokasi penjualan berbagai model baju dan celana produk luar negeri dengan harga murah. Bagi anda yang berada di luar atau baru mau berkunjung ke Kota Makassar, perlu diberi tahu jika ‘Bursa Cakar’ itu adalah lokasi penjualan pakaian berupa baju, celana serta berbagai asesoris ‘Bekas Pakai’ yang berasal dari berbagai negara di dunia.

Bursa Cakar seperti ini sebenarnya mulai dikenal di Kota Pangkajene, ibukota Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Provinsi Sulsel pada tahun 80-an. Sejumlah pedagang di daerah tersebut memperoleh bahan-bahan pakaian bekas dari luar negeri -- mulanya hanya jenis baju kemeja, yang dibeli dari para pedagang di Pulau Wanci (kini Kabupaten Wakatobi) di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Di wilayah Sulawesi Tenggara perdagangan pakaian bekas ini dikenal dengan istilah Pasar ‘RB’ (RB singkatan dari kata ‘Rombengan’). Tapi karena perdagangan pakaian bekas ini dilakukan dengan cara penjualan Bal per Bal. Maksudnya, tidak dijual satu per satu, tapi harus per karung (bal) berisi hingga 300 potong kemeja bekas yang masih dalam kondisi disegel dari Negara asalnya. Maka kemudian pedagang dan masyarakat di Kabupaten Sidrap menyebutnya sebagai pakaian ‘Cap Karung’.

Dalam perkembangannya kemudian, sebutan pakaian ‘Cap Karung’ itu disingkat sebagai ‘Cakar’. Istilah itu dianggap cocok, sebab awal dari perdagangan pakaian bekas ini di Sidrap, para pembeli seolah saling cakar berebut untuk memilih pakaian-pakaian yang cocok dan baik ketika baru dibuka dari bal-nya. Umumnya pembeli yang kemudian berdatangan dari berbagai kabupaten tetangganya Sidrap, seperti dari Kabupaten Wajo, Soppeng dan Pinrang antusias untuk membeli Cakar yang baru dibuka langsung dari bal-nya.

Belakangan, perdagangan ‘Cakar’ yang diminati warga merambah ke semua wilayah kabupaten/kota hingga ke wilayah pelosok di Provinsi Sulawesi Selatan. Termasuk pada akhir tahun 90-an mulai menerobos dan justru diminati warga di Kota Makassar. Tak heran jika perdagangan atau ‘Bursa Cakar’ ini tak hanya hadir mewarnai dinamika perdagangan pasar-pasar tradisional di Kota Makassar, seperti di Pasar Terong, Pasar daya, Pasar Cidu (Tinumbu), Pasar Karuwisi, dan Pasar Maricaya.

Akan tetapi, juga masuk ke kawasan pusat perdagangan seperti Bursa Cakar ‘Daimaru’ di Jl. Andalas, Bursa Cakar Roberta dan Eks Jujur Jaya di Jl. Gunung Bawakaraeng, serta menempati puluhan lodz di Pasar Sentral Toddopuli Kota Makassar. Selain ada juga yang membangun stand baru khusus untuk Bursa Cakar, seperti di Bursa Cakar Jl. Alauddin dan Sentral Cakar Ratulangi (SCR) di Jl. Ratulangi. Bahkan bekas Hotel Makassar City (d/h. Hotel Raoda) di Jl. Khairil Anwar pernah menjadi lokasi perdagangan Bursa Cakar terbesar di Kota Makassar.

Awal kehadiran perdagangan pakaian bekas ini, warga Kota Makassar tampak malu-malu untuk mampir secara terang-terangan ke lokasi-lokasi Bursa cakar yang ada. Tapi sekarang, lokasi-lokasi tersebut umumnya hidup, setiap saat ramai dikunjungi pembeli layaknya lokasi pusat-pusat perdagangan lainnya.

Beberapa waktu lalu, berbagai jenis pakaian yang dijual dalam stand-stand Bursa Cakar di Kota Makassar hanya ditumpuk-tumpuk untuk memberi kebebasan kepada para pembeli memilih sendiri model dan merk yang disenangi. Akibatnya, pakaian-pakaian yang dibeli selalu dalam kondisi kumal. Akan tetapi, saat ini hampir sebagian besar stand Bursa Cakar telah berlangganan dengan usaha-usaha laundry, memproses pakaian-pakaian bekas tersebut sebelum dipajang sehingga tak mengesankan sebagai pakaian bekas. Apalagi, untuk pakaian-pakaian yang diloundry tersebut memang merupakan pilihan dengan tingkat kebaruan antara 80 hingga 95 persen.

Darimana para pedagang di Bursa Cakar memperoleh pasokan pakaian bekas dari berbagai negara tersebut, tak diperoleh keterangan pasti. Namun, pasokan tampaknya berjalan lancar, lantaran stand-stand di hampir setiap lokasi Bursa Cakar di Kota Makassar melakukan ‘Buka Baru’ pakaian bekas pada Hari Sabtu dan Minggu setiap minggunya. Dan anda tahu, hampir sebagian besar pedagang di Bursa Cakar tersebut adalah warga asal daerah kabupaten/kota (Provinsi Sulsel) di luar Kota Makassar.

Bursa Cakar di Kota Makassar, ini juga merupakan bagian dari wajah asli Indonesia kita saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun