Mohon tunggu...
Magdalena Cindy Canosa
Magdalena Cindy Canosa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Merupakan mahasiswa teknik kimia

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Wisata Digital Metaverse: Sensasi Virtual yang Mengancam Destinasi Fisik?

18 Agustus 2025   21:28 Diperbarui: 18 Agustus 2025   21:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metaverse. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi metaverse dan realitas virtual (VR), konsep wisata digital tak lagi sekadar imajinasi. Kini, siapa pun bisa "mengunjungi" tempat-tempat ikonik seperti Menara Eiffel, piramida Mesir kuno, atau bahkan menjelajahi luar angkasa tanpa harus beranjak dari sofa mereka. Pertanyaannya, apakah sensasi virtual ini berpotensi mengancam keberadaan destinasi wisata fisik yang kita kenal?


Daya Tarik Wisata Digital: Aksesibilitas Tanpa Batas

Wisata digital menawarkan aksesibilitas tanpa batas dan biaya yang jauh lebih murah, membuka peluang bagi banyak orang untuk merasakan pengalaman "berwisata" ke tempat-tempat yang mustahil dikunjungi secara fisik. Selain itu, wisata digital memungkinkan kita menjelajahi lokasi yang mustahil di dunia nyata, seperti masa lalu yang telah lenyap atau planet yang jauh di sana. Inovasi teknologi VR dan AR yang semakin imersif menghadirkan sensasi yang makin realistis, lengkap dengan visual 3D yang mendetail, audio spasial, dan bahkan umpan balik haptik.


Ancaman atau Peluang bagi Industri Pariwisata Fisik?

Meningkatnya popularitas wisata digital  tentu menimbulkan kekhawatiran besar bagi industri pariwisata fisik. Akankah hotel-hotel sepi, maskapai penerbangan kehilangan penumpang, dan destinasi wisata tradisional ditinggalkan? Kekhawatiran ini cukup beralasan, terutama bagi wisatawan dengan anggaran terbatas yang mungkin memilih alternatif virtual.

Namun, alih-alih menjadi ancaman murni, wisata digital justru bisa menjadi peluang kolaborasi. Destinasi fisik dapat memanfaatkannya sebagai alat promosi interaktif, memberikan "cicipan" pengalaman virtual yang mendorong kunjungan nyata. Ini juga bisa berfungsi sebagai sarana pendidikan yang efektif, memperkenalkan budaya dan sejarah suatu tempat kepada audiens global.

Realitas vs. Virtual

Di luar aspek ekonomi, muncul pertanyaan yang lebih mendalam: bisakah pengalaman virtual sepenuhnya menggantikan sensasi nyata? Secara filosofis, pengalaman fisik melibatkan multisensori (sentuhan, bau, interaksi sosial spontan) yang sulit direplikasi sepenuhnya di dunia digital. Pada akhirnya, wisata digital kemungkinan akan menjadi pelengkap, bukan pengganti mutlak. Ini akan memperluas cakrawala pariwisata, membuatnya lebih inklusif dan mudah diakses, sekaligus mendorong inovasi dalam industri pariwisata fisik. Tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara realitas  virtual yang menawan dan keunikan pengalaman dunia nyata yang tak tergantikan.

Bagaimana pendapatmu, apakah Virtual dapat menggantikan pesona realitas ? 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun