Mohon tunggu...
Mafruhin
Mafruhin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pengikut dan Pengagum Gus Dur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gus Dur Sebagai Wali ke-10

13 Agustus 2012   22:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah sekian abad di Nusantara ini kehidupan keberagamaan (Islam) diwarnai oleh ketokohan penyebar agama utama yang dikenal dengan Wali Songo.

Para wali adalah para pemimpin dan penyebar agama baru. Sebab di tanah Jawa dan Nusantara, masyarakat telah menganut agama (selain Islam) atau kepercayaan.Para wali selalu memberi contoh. Tak pernah mengambil jalan kekerasan.

Para wali bahkan mampu memahami dengan baik seluruh kebutuhan perikehidupan masyarakat di sekitar dimana mereka tinggal. Dengan budaya lokal para wali mengalihkan cara memandang dan meyakini adanya Tuhan Yang Esa.

Dan Islam merupakan satu-satunya jalan beragama yang sangat logis dan masuk akal.

Berbeda dengan cara penyebaran Islam di seputaran Timur Tengah dan Eropa yang sering disertai peperangan dan mengharuskan dengan pertumpahan darah, masuknya Islam di tanah Nusantara berjalan sangat mulus dan damai. Nyaris tak pernah ada kekerasan apalagi pertumpahan darah atas kehadiran agama baru di bumi Nusantara ini.

Semua masyarakat yang telah diberikan hidayah oleh Allah langsung mengucap kalimat dua syahadat. Kalimosodo. Yang tidak dan belum bisa meyakini agama Islam ini juga tidak mendapatkan tekanan apa pun. Mereka tetap hidup rukun dan damai.

Dalam sejarah, sering ditemui seorang raja dapat dengan mudah menjadi mualaf ketika berdialog dan ngaji kepada penyebar Islam ini. Penyebar Islam memiliki ilmu yang begitu mumpuni. Raja bisa menerima Islam semata-mata karena diawali dengan pikiran yang logis.

Kita di abad modern ini ternyata memiliki seorang wali lagi. Beliau adalah Gus Dur (almarhum). Inilah Wali ke sepuluh.

Nah, orang boleh gak setuju Gus Dur menjadi wali. Tetapi orang juga tak boleh melarang kepada yang sepakat bahwa Wali Ke-10 adalah Gus Dur. Sebagai catatan, kesembilan wali itu juga tak pernah meminta mereka disebut sebagai wali. Mereka tetap manusia biasa. Namun, kapasitas dan peran mereka akan secara otomatis memberikan label seperti itu.

Begitu pun dengan Gus Dur. Peran dan kapasitasnya pasti akan membawanya ke sana. Cepat atau lambat!***

Artikel Lain:

ADA YANG MELECEHKAN ALLAH klik --> http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/08/13/melecehkan-allah/

Dan Ustad yang amalnya ditolak Malaikat klik di:http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2012/08/12/mengapa-amal-ustad-tak-diterima-allah/

http://politik.kompasiana.com/2012/08/12/kehebatan-jokowi-melawan-pks/

http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/02/suara-vokal-sang-rektor/

Bagaimana Menyikapi Turunnya Rangkin Sepak Bola Indonesia dalam Daftar FIFA: http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/08/09/rangking-fifa-indonesia-terus-turun-siapa-salah/

Cerita Mafia Bola http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/04/17/mafia-bola/

http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/03/28/wawancara-imaginer-cepot-dengan-gus-dur/

http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/08/13/pssi-tak-usah-risau-dengan-apa-yang-dilakukan-kpsi/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun